Renungan Kristen

Renungan Harian Kristen 19 Jan 2023 - Bersekutu untuk Kemuliaan Tuhan

Bacaan ayat: Matius 18:20 (TB) Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka."

Editor: Suci Rahayu PK
Instagram @ferinugroho77
Pdt Feri Nugroho 

Renungan Harian Kristen 19 Jan 2023 - Bersekutu untuk Kemuliaan Tuhan

Bacaan ayat: Matius 18:20 (TB) Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka."

Oleh Pdt Feri Nugroho

"Di rumah saya bisa membaca Alkitab, berdoa dan memuji Tuhan. Di rumah saya bisa mendengarkan kotbah dari TV, tidak perlu harus datang ke gedung gereja; agak merepotkan. Di rumah saya dapat mengatur waktu yang tepat untuk ibadah. Bahkan di rumah saya bisa lebih khusuk dalam berdoa, tidak harus terganggu dengan suara jemaat lain, atau rekan yang datang terlambat. Saya bisa lebih fokus, tanpa harus mengeluarkan tenaga dan biaya banyak menuju ke gedung gereja."

Mendengar pernyataan tersebut, rasanya menjadi uangkapan hati siapa saja. Beberapa akan mengakui kebenarannya, "Gue banget..!"

Memang ada benarnya bahwa dalam setiap ritual ibadah yang kita perlukan adalah perjumpaan dengan Tuhan tanpa harus terganggu dengan orang lain.

Ada begitu banyak faktor yang mempengaruhi dan hal ini terkait dengan bagaimana seseorang memahami tentang ibadah yang dilakukan.

Bukankah perjumpaan dengan Tuhan itu bersifat personal?


Ada baiknya kita membaca ulang bagaimana Allah yang berkarya dalam sejarah telah mencontohkan pejumpamaan manusia dengan-Nya.

Memang sangat personal bagi beberapa orang. Para nabi adalah orang-orang yang tercatat memiliki kekhususan tersebut. Namun akhirnya mereka diminta untuk menjumpai orang-orang.

Musa secara personal berjumpa dengan Tuhan melalui semak duri yang menyala tanpa terbakar. Namun ia dibawa untuk bersekutu dengan umat yang lain, untuk membawa mereka keluar dari Mesir.

Sejak semula Allah menciptakan manusia dikehendaki untuk menjadi penolong yang sepadan bagi yang lain.

Itu artinya setiap orang dalam perjumpaannya dengan yang lain akan mewujud dalam sebuah persekutuan.

Allah memakai mezbah untuk menyampaikan korban bakaran.

Kemah Pertemuan dibuat selama perjalanan umat di padang gurun dari Mesir menuju Kanaan.

Tiang awan dan tiang api menyatakan kehadiran Allah.

Bait Allah dibangun, juga menjadi tanda bahwa Allah itu ada dalam rumah-Nya. Disana Ia dapat dijumpai; meskipun akhirnya hancur sebagai korban pergolakan politik.

Nampaknya kita perlu memahami ulang apa yang Yesus maksudkan ketika Ia berkata, "Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka."

Melalui perkataan Yesus tersebut, kita mudah hendak menyatakan, "Lihat, tidak perlu banyak orang. Hubungan Tuhan itu personal, tidak perlu orang banyak!"

Padahal pengajaran Yesus sebenarnya sedang menyatakan tentang kepastian bahwa Ia akan hadir dalam persekutuan, berapapun adanya mereka yang bersekutu.

Bukankah itu dapat kita pahami bahwa Yesus sedang mengajarkan tentang pentingnya persekutuan?

Pada kenyataannya, setiap orang mengambil keputusan untuk percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat, adalah keputusan personal.

Keputusan personal inilah yang membuat seseorang dibawa untuk masuk dalam persekutuan yang lebih besar.

Ia berjumpa dengan sesama dalam mempraktikkan kasih yang ia telah terima dari Tuhan.

Itu sebabnya mengasihi Allah dan mengasihi sesama menjadi dua sisi dari satu mata uang.

Lambat namun pasti, kita sedang berada pada normal yang baru terkait dengan pandemi yang sedang terjadi.

Dua tahun ibadah online telah membentuk paham baru tentang kehidupan beriman.

Ekstrim kiri mulai bermunculan ketika muncul pemahaman bahwa persekutuan tidak diperlukan lagi.

Tubuh sehat dan kesempatan ada, namun membiarkan gedung gereja sebagai tempat bersekutu tetap kosong; hanya segelintir orang yang bersekutu. Bersekutu memang bisa online atau offline, dunia maya atau dunia nyata.

Namun jika Tuhan masih memberikan kesehatan dan kekuatan serta fasilitas untuk bisa bersekutu dalam dunia nyata, mari jangan manjakan diri dengan dunia maya.

Pakai dunia maya dan dunia nyata sesuai dengan peruntukannya.

Dunia maya untuk menghubungkan kita dalam persekutuan yang tidak memungkinkan dalam dunia nyata.

Jika ada dunia nyata ada di depan mata, mengapa harus lari ke dunia maya? Amin

Renungan Kristen oleh Pdt Feri Nugroho, GKSBS Palembang Siloam

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved