Sepekan Alami Erupsi, Gunung Marapi Sumatera Barat Tercatat Sudah 208 Kali Letusan
Sepekan mengalami erupsi, Gunung Merapi Sumatera Barat mengalami hingga 208 kali letusan.
Penulis: Darwin Sijabat | Editor: Darwin Sijabat
TRIBUNJAMBI.COM - Sepekan mengalami erupsi, Gunung Marapi Sumatera Barat mengalami hingga 208 kali letusan.
Letusan Marapi tersebut terjadi di perbatasan Kabupaten Agam dan Tanah Datar.
Erupsi tersebut terjadi pertama kali di tahun 2023 yakni pada Sabru (7/1/2023) lalu dengan 15 kali letusan.
Data itu berdasarkan informasi dari pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Marapi.
Kemudian erupsi tersebut terjadi pada Minggu (8/1/2023) dengan 27 kali letusan.
Selanjutnya pada Senin (9/1/2023) terjad 35 kali letusan.
Erupsi tersebut kembali terjadi pada Selasa (10/1/2023) dengan jumlah letusan sebanyak 34 kali.
Kemudian pada Rabu (11/1/2023) sebanyak 23 kali.
Sementara itu, Kamis (12/1/2023) terjadi 24 kali letusan dan Jumat (13/1/2023) terjadi 19 kali letusan disertai abu vulkanik yang turun ke wilayah Cumantiang, Canduang, Agam.
Sedangkan, pada Sabtu (14/1/2023), erupsi Gunung Marapi belum juga menemui titik reda, sebanyak 31 kali letusan terjadi di gunung tersebut.
Baca juga: Abu Vulkanik Tipis Turun ke Beberapa Wilayah di Sumbar Pasca Erupsi Gunung Merapi Pekan Lalu
Usai sepekan erupsi, letusan Gunung Marapi telah tercatati sebanyak 208 kali. Dengan dampak hujan abu mengenai dua wilayah di sekitar lereng Marapi.
BPBD Agam merincikan wilayah yang rawan terkena dampak erupsi di lereng Gunung Marapi.
Di antaranya, sekira 30 nagari di lima kecamatan di Kabupaten Agam, berpotensi besar terkena dampak dari erupsi di gunung itu.
Informasi tersebut disampaikan oleh Kalaksa BPBD Agam, Bambang Warsito kepada TribunPadang.com, Minggu (15/1/2023).
Bambang mengatakan, terdapat lima kecamatan Kabupaten Agam yang berada di lereng Gunung Marapi.
Lima kecamatan itu, di antaranya Sungai Pua, Canduang, Banuhampu, Baso, Ampek Angkek.
"Sejak Marapi mengalami erupsi, BPBD Agam telah melakukan simulasi bencana kepada masyarakat di lima kenagarian ini, supaya bisa siaga dan waspada," kata Bambang.
Bambang menyebut, aktivitas warga di sekitar lereng Gununf Marapi masih berjalan normal.
Sejauh ini, kata Bambang, juga belum terdapat laporan atau keluhan yang disampaikan oleh masyarakat terkait erupsi Gunung Marapi tersebut.
"Kami juga berpesan supaya masyarakat tetap waspada dan tidak panik, selalu patuhi protokol erupsi gunung api, seperti tidak mendekati gunung di radius 3 km dari puncak," kata Bambang dikutip dari Tribunpadang.com.
Kendati aktivitas warga masih berjalan normal, ternyata dampak erupsi Gunung Marapi sudah mulai terjadi di sebagian wilayah sekitar lereng gunung.
Baca juga: Erupsi Gunung Kerinci Setinggi 1.200 Meter pada Pukul 18.10 WIB
Abu Vulkanik Hujani Beberapa Wilayah
Beberapa wilayah di Sumatera Barat mulai dihujani abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi yang terjadi selama satu pekan terakhir.
Wilayah yang dijatuhi tersebut seperti Cumantiang, Kecamatan Candung, Kabupaten Agam.
Hujan abu tipis itu dibenarkan Camat Cndung, Noviardi.
Dia menyebutkan bahwa abu vulkanik mulai turun di Cumantiang pasca erupsi pada pukul 7.00 WIB.
"Kondisi di Cumantiang setelah erupsi Merapi sekira pukul 7.00 WIB pagi tadi, mengarahkan abu vulkanik halus ke sini," ungkap Noviardi.
Abu vulkanik tersebut mengeluarkan aroma menyengat khas belerang di sekitar Cumantiang.
"Abu vulkanik ini agak berbau belerang, tercium juga oleh warga di Cumantiang," terang Noviardi.
Kendati demikian, kata Noviardi, abu vulkanik yang turun di Cumantiang itu tidak berlangsung lama, sebab berselang setengah jam arah angin sudah berubah lagi.
"Jelang setengah jam pasca abu vulkanik turun di Cumantiang ini, arah angin berubah lagi, diperkirakan ke arah timur," kata Noviardi.
Novriadi menyampaikan, hujan abu atau turunnya abu vulkanik imbas erupsi Marapi itu, baru dirasakan di sekitar Cumantiang saja.
Sedangkan, kata Novriadi, di wilayah lain serupa Nagari Lasi dan Candung, belum ada laporan serupa hujan abu itu.
Diketahui, erupsi di Gunung Marapi telah terjadi sejak Sabtu (7/1/2023), dengan letusan perdananya pada pukul 06.11 WIB. Lalu, erupsi di Gunung Marapi masih berlanjut hingga kini.
Pendakian dan aktivitas warga ke Gunung Marapi juga telah dihentikan sementara waktu, hingga kondisi erupsi di Gunung Marapi sudah berhenti total.
Diberitakan sebelumnya, Para ahli memperkirakan, dampak bahaya dari erupsi Gunung Marapi tidak semenakutkan yang dibayangkan.
Pasalnya, erupsi Gunung Marapi itu masuk kategori letusan freatik. Terjadi akibat adanya gerakan uap air yang terlalu panas di dasar kawah.
"Kita ibaratkan serupa air dalam teko, saat dia panas, maka air otomatis keluar lalu menimbulkan uap, itulah yang kini terjadi di Gunung Marapi," kata Kepala pos PGA Marapi, Teguh Purnomo.
Teguh menyampaikan, Gunung Marapi memiliki keunikan dibanding gunung api yang lainnya. Keunikan itu pula yang bisa disebut sebagai keberuntungan.
Baca juga: Puluhan Pendaki Dikabarkan di Puncak Saat Gunung Merapi Sumbar Erupsi dan Semburkan Abu Vulkanik
"Jika gunung api yang lain ketika erupsi ini menimbulkan letusan percikan api dan lava yang mengalir, Gunung Marapi tidak seperti itu," ungkap Teguh.
Sebab, kata Teguh, potensi paling bahaya dari erupsi di Gunung Marapi ini, hanya berdampak kepada ketebalan asapnya dan turunnya abu vulkanik ke pemukiman warga.
Lebih lanjut, jika ledakan erupsi Gunung Marapi cukup dahsyat dan melebihi rata-rata, kata Teguh, bakal menyebabkan material batuam kecil sebesar kelereng sampai ke pemukiman.
"Radiusnya pun juga tidak terlalu jauh. Material yang terlempar itu berdampak kepada pemukiman di badan Gunung Marapi saja," kata Teguh.
"Kalau abu vulkanik yang dikeluarkan itu, bisa turun ke pemukiman yang dibawa kemana arah angin pada saat itu," tambah Teguh.
Untuk itu, Teguh mengatakan, masyarakat tidak telalu cemas dan takut ketika erupsi di Gunung Marapi. Serta, selalu memperhatikan atap rumah dan bahan pangannya.
"Ditakutkan nanti ada abu vulkanik yang turun dan sampai ke atap hingga sumur, ini beresiko besar terhadap keracunan jika sampai termakan" tutur Teguh.
Sementara itu petugas pos PGA Marapi, Ahmad Rifandi menyampaikan, sejarah Gunung Marapi meletus disertai lelehan lava pernah terjadi.
"Kalau dirunut ke sejarahnya, lelehan lava pernah terjadi di Gunung Marapi, tercatat itu pada 1987 silam," ungkap Rifandi.
Namun, potensi terjadinya lelehan lava itu, kata Rifandi, diprediksi tidak akan terjadi saat erupsi Gunung Marapi saat ini.
Sebab, sejauh ini PGA Marapi tidak melihat adanya indikasi perubahan sifat erupsi di Gunung Marapi.
"Sejauh ini masih akan bersifat letusan atau erupsi freatik, hanya berdampak kepada banyaknya uap berupa abu vulkanik yang disemburkan keluar kawah," kata Rifandi.
Rifandi menjelaskan, perubahan sifat letusan dari gunung api itu, tidak didasari faktor khusus. Semuanya terjadi secara alami saja.
"Untuk melihat dan menyebutnya freatik itu, kita harus melihat dan mengamati dari gerakan letusannya hingga tremor yang terjadi juga. Sejauh ini, Gunung Marapi masih aman, hanya erupsi bersifat freatik," pungkas Rifandi.
Baca berita terbaru Tribunjambi.com di Google News
Baca juga: Pelatih PSG Beri Peringatan Ke Pemain Bintangnya Usai Kalah dari Rennes : Piala Dunia Telah Berakhir
Baca juga: Tidak Ada Bukti Terlibat Pembunuhan, Penasehat Hukum Minta JPU Tuntut Bebas Kuat Maruf
Baca juga: Abu Vulkanik Tipis Turun ke Beberapa Wilayah di Sumbar Pasca Erupsi Gunung Merapi Pekan Lalu
Baca juga: Barcelona Raih Trofi Pertama Musim Ini Setelah Mengalahkan Real Madrid 1-3, Gavi Tampil Brilian
Artikel ini telah tayang di TribunPadang.com
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.