Cerita Sejarah Belanda di Sarolangun Dalam Sebuah Monumen, Kini Menjadi Destinasi Wisata

Monumen tugu kapal tenggelam Ophelia berada di tengah kota Kabupaten Sarolangun. Tepatnya di depan Rumah Dinas Bupati Sarolangun.

Penulis: Abdullah Usman | Editor: Teguh Suprayitno
Tribunjambi/Abdullah Usman
Tugu Kapal Karam Ophelia di kawasan Ancol Sarolangun. 

 

TRIBUNJAMBI.COM, SAROLANGUN - Pada edisi tribun travel kali ini, tribun akan diajak berkeliling di kawasan Kota Kabupaten Sarolangun. Melihat monumen sejarah tenggelamnya kapal Ophelia yang berada di kawasan Ancol Sarolangun. 

Monumen Tugu Kapal Karam Ophelia tersebut, berada di tengah kota Kabupaten Sarolangun. Tepatnya di depan Rumah Dinas Bupati Sarolangun atau di samping Masjid Al Falah Sarolangun. 

Berada tepat di pinggiran Sungai Batang Tembesi, tugu yang memiliki ukuran diameter lebar lebih kurang empat meter tersebut memiliki sejarah tersendiri di kalangan masyarakat Sarolangun. 

Membutuhkan waktu 5 jam dari Kota Jambi ke lokasi tugu, dengan akses jalan aspal dan berada di tengah kota sehingga tidak membutuhkan waktu lama untuk dapat menuju tugu bersejarah tersebut.

Lokasinya yang berada di kawasan wisata, bagi pengunjung tidak perlu khawatir untuk kesulitan mencari cemilan ketika perut kosong. Karena di lokasi juga banyak aneka kuliner terpampang jelas di sepanjang Sungai Batang Tembesi (ancol).

Baca juga: Di Balik Tenggelamnya Kapal Ophelia, Bukti dari Perjuangan Melalui Doa 

Pengunjung hanya mengeluarkan biaya untuk tempat parkir saja, dan biaya jajan keperluan ketika melihat tugu kapal Ophelia. 

Tugu tersebut cukup menarik, terutama lokasi yang berada di tengah kota atau pinggiran kawasan Ancol Sarolangun yang cukup mudah dijangkau.

Tugu berbentuk petak, memiliki tinggi sekitar 250 sentimeter, dengan sisi simetris dan berwarna khas dengan beberapa sudut pada bagian tugu cukup mencolok berada disalah satu sudut ancol sarolangun. 

Meski tugu tersebut tidak memperlihatkan seperti monumen kapal karam pada umumnya berbentuk kapal, namun tugu peninggalan sejarah penjajah Belanda ini memiliki nilai dan bukti sejarah cukup kental.

Pada tahun 1936-2000an pada bagian depan tugu, terdapat satu kotak besar yang bagian depannya ada marmer ukuran 50x40 sentimeter. Konon, marmer itu telah hilang lantaran tangan jahil. Lalu di sisi kanan dan kiri ada kotak yang lebih kecil dengan marmer bertuliskan bahasa Belanda.

Ada catatan menyebutkan beberapa orang pasukan Belanda beserta istrinya dan kanselir, meninggal di Kapal Hekweider (lambung) "Ophelia. Tulisannya, "eee aan de gevallen makers ges neuveld in dienst verdronken", yang artinya "hormat kepada teman teman yang gugur tenggelam dalam tugas.

Baca juga: Sejarah di Balik Monumen Kapal Karam Ophelia Sarolangun

Ophelia adalah sebuah hekwieler atau kapal roda lambung yang didesain khusus untuk transportasi perairan dangkal. Ophelia memiliki panjang 25 m, lebar 4.85 m dan tinggi 8.5 m dari permukaan sungai. 

Memiliki draft 60 cm dan freeboard (jarak antar permukaan air dengan lantai dek bawah) 15–20 cm. Rendahnya freeboard ini menyebabkan Ophelia mudah karam karena air dengan mudah masuk ke dek ketika Ophelia miring. 

Kecepatannya Ophelia adalah 10.5 km/jam. Dikirim tahun 1918 dari galangan kapal bekas di Sekanak yang berada di dekat Jembatan Ampera Palembang saat ini. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved