Renungan Kristen

Renungan Harian Kristen - Menemukan Karya Tuhan dalam Pengalaman

Bacaan ayat: Kejadian 45:5 (TB) Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk me

Editor: Suci Rahayu PK
Instagram @ferinugroho77
Pdt Feri Nugroho 

Renungan Harian Kristen - Menemukan Karya Tuhan dalam Pengalaman

Bacaan ayat: Kejadian 45:5 (TB) Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu.

Oleh Pdt Feri Nugroho

Menjadi korban kejahatan itu tidak enak. Merujuk pada kata korban, maka dipastikan mereka yang mengalaminya akan berada pada posisi menderita, sengsara, lemah dan tidak berdaya. Banyak yang mecoba memberontak, melawan sebisa mungkin. Beberapa berhasil dan tidak jarang yang mengalami kegagalan karena banyak faktor.

Pilihan menerima menjadi pilihan yang masuk akal. Beradaptasi, menata diri dan menata hati, mencoba memahami makna di balik semua pengalaman yang terjadi.

Bertanya pada Tuhan tentang otoritas dan kehendak-Nya, menjadi pilihan yang masuk akal. Sampai akhirnya pasrah pada keadaan; mau tidak mau harus diterima.

Apakah persoalan berhenti sampai disitu? Ternyata tidak! Karena pengalaman tersebut akan berpengaruh pada penciptaan pengalaman di masa yang akan datang.

Kalau Yusuf sampai pada kejayaan hari itu, ternyata itu melalui jalan terjal, berbatu-batu dan berliku. Yusuf bisa memakai kuasanya untuk bertindak semena-mena kepada para saudaranya yang telah berlaku jahat kepadanya. Ia bisa memilih membalaskan sakit hatinya hari itu.

Dan itu bisa menjadi pilihan paling manusiawi, yang pernah ada.

Tidak! Yusuf memilih mengampuni saudaranya dan menerima mereka! Bayangkan, dijual oleh saudaranya padahal ia sangat mengasihi mereka; hidup sebagai budak di negeri asing; difitnahkan hal yang jahat kepadanya sampai akhirnya masuk penjara. Dilupakan sahabatnya dalam penjara yang telah bebas.

Kalau Yusuf menjadi jahat, itu bisa menjadi sebuah kewajaran, menimbang pengalaman hidupnya cukup untuk menjadikannya demikian. Kita pasti bisa maklum kalau Yusuf melampiaskan sedikit kekesalannya kepada saudara-saudaranya!

Tidak, itu bukan pilihan Yusuf! Ia memilih mengampuni saudaranya dan menerima mereka kembali!

Bagaimana itu bisa terjadi? Perhatikan, bahwa di tengah kondisi hidup yang menderita, ia tetap hidup dalam takut akan Tuhan.

Pilihannya untuk mengampuni saudaranya, bukanlah hasil instan dalam satu malam. Dalam proses penderitaan yang dilaluinya Yusuf tetap fokus kepada Tuhan.

Takut akan Tuhan menjadi pedoman utama dalam hidupnya. Hal inilah yang membuat Yusuf, dimanapun ia berada selalu menjadi berkat bagi orang-orang disekitarnya.

Sumber: Tribun Jambi
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved