Berita Pendidikan
Peran Rempah di Dunia Kesehatan hingga Peluang untuk Mencapai Kestabilan Perekonomian UMKM
Seminar Internasional Dunia Melayu dalam Jaringan Perdagangan Rempah Dunia. Jalur Rempah, Perannya dalam Dunia Kesehatan, dan Peluang di Masa Depan.
Penulis: Rohmayana | Editor: Rohmayana
TRIBUNJAMBI.COM- Catatan dunia memang tidak akan menghapus soal rempah dalam kemerdekaan Repubik Indonesia.
Bagaimana tidak, Indonesia memang sudah dikenal kaya akan rempah sejak masa kolonial hingga zaman modern milenial saat ini.
Hingga pemanfaatan dan perdagangan rempah rasanya perlu dibahas untuk meningkatkan kesehatan hingga perekonomian masyarakat.
Terutama bagi para pelaku UMKM yang belum merambah ke bisnis rempah.
Ditambah dengan majunya teknologi dianggap perlu untuk memajukan perdagangan rempah hingga ke kelas dunia.
Hal ini juga dibahas dalam Seminar Internasional Melayu dalam Jaringan Perdagangan Rempah Dunia yang disampaikannya secara daring, Senin, 19 September 2022.
Penting bagi kita untuk menelusuri sejarah yang cukup jauh ke belakang, melihat ikatan dan saling keterhubungan yang ada di dalam masyarakat yang sudah berlangsung berabad-abad, jauh sebelum adanya nasionalisme modern.
“Penting bagi kita berdiskusi mendalami seperti apa dunia Melayu di dalam jalur perdagangan rempah dunia. Dari keterangan para sejarawan dan narasumber yang hadir, kita bisa melihat bahwa hubungan-hubungan itu cukup erat sesungguhnya, tercermin bukan hanya dari catatan sejarah, tetapi kita juga bisa memeriksanya dari perspektif linguistik, tinggalan arkeologisnya, kita bisa melihat dari ekspresi budaya yang kemudian bermunculan di seluruh Nusantara ini,” ujar Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid.

Muhammad Nur, Sejarawan Universitas Andalas dalam materinya yang berjudul “Peran Sungai dan Laut dalam Sejarah Peradaban Rempah Dunia Melayu” mengatakan, “Bagai gula yang dicari semut, rempah merupakan satu-satunya primadona perdagangan pada masa kuno di dunia Melayu.
Sejak abad ke-7 sampai abad ke-18 pusat-pusat perdagangan rempah di dunia Melayu memiliki bandar-bandar dagang yang besar, baik sebagai pelabuhan laut maupun bantaran sungai.
Bandar tersebut sering dikunjungi oleh kapal-kapal dari berbagai daerah yang cukup jauh, misalnya Cina, Gujarat, India, Persia, Arab, Roma, dan Mediterania.
Ia menjelaskan faktor-faktor penyebab negeri Melayu menjadi pusat pelayaran dan perdagangan rempah adalah karena di sekitar pantai timur dan pantai barat Sumatra tumbuh berbagai tanaman rempah yang dibutuhkan oleh orang Eropa, Mediterania, Persia, Mesir, dll.
“Perdagangan rempah di dunia Melayu, sekaligus menyebabkan terjadinya komunikasi budaya antara Nusantara dan India, Cina, dan bangsa lainnya di bagian barat,” ujarnya.
Sementara itu, Prof. Xu Liping dalam materi “The Spice Trade of China-Indonesia and Its Impact” mengatakan, Perdagangan rempah-rempah antara Cina dan Indonesia berlangsung selama ribuan tahun dari Dinasti Han dan Tang ke Dinasti Qing.
Sebelum kedatangan penjajah Barat, Tiongkok kuno dan Indonesia selalu memelihara hubungan persahabatan yang mendorong perkembangan perdagangan rempah-rempah antara Tiongkok dan Indonesia sehingga memberikan pengaruh besar pada kehidupan sosial Tiongkok,” ujarnya.