Pentingnya Pendidikan untuk Suku Anak Dalam Jambi
Sekolah Alam Putri Tijah yang beralamat di Dusun Kutai, Desa Pematang Kabau, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi.
TRIBUNJAMBI.COM - Pemerataan pendidikan menjadi satu di antara fokus pemerintah saat ini. Untuk mewujudkannya diperlukan kerjasama semua pihak.
Ketika pendidikan ini dapat dikerjasamakan dengan baik maka tentu akan memberikan sumbangsih secara signifikan dalam pembangunan sumber daya manusia.
Selain itu pendidikan juga menjadi kunci kemajuan sebuah komunitas, tidak terkecuali komunitas adat terpencil seperti Suku Anak Dalam (SAD) yang biasa juga disebut sebagai Orang Rimba.

Adalah Sekolah Alam Putri Tijah yang beralamat di Dusun Kutai, Desa Pematang Kabau, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi.
Sekolah ini didirikan oleh PT Sari Aditya Loka 1 (SAL-1), perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dan pengolahan minyak sawit, yang merupakan satu di antara anak perusahaan PT Astra Agro Lestari, Tbk.
Sekolah ini berada di Penyangga Taman Nasional Bukit Dua Belas. Untuk menuju ke lokasi ini bisa menggunakan mobil dari Kota Jambi dengan waktu tempuh sekira tujuh hingga delapan jam.
Di sekolah ini diajarkan kebersihan, baik kebersihan pribadi maupun kebersihan lingkungan. Kebersihan pribadi yang diajarkan adalah mandi, memotong rambut dan memotong kuku.
Sedangkan kebersihan lingkungan yang diajarkan adalah kebersihan lingkungan sekolah.
Sekolah yang telah berdiri sejak 2009 ini telah mengalami perubahan yang mencolok. Setiap tahun jumlah siswa semakin meningkat dan kesadaran akan pendidikan juga semakin meningkat.
Baca juga: Alasan Sopir Truk Angkutan Batubara Langgar Jam Operasional, Polres Batanghari Amankan 11 Armada
Baca juga: Dua Jenazah Terjebak, Sopir Truk Batu Bara Meninggal Saat Macet di Jalan Batanghari-Sarolangun
Sekolah ini terdiri atas tiga tingkatan pendidikan, yaitu Pendidikan Dasar, Menengah, dan Atas.
Ahmad Rismawan merupakan pria berusia 22 tahun yang menjadi salah satu pengajar di Sekolah ini. Wawan, begitu sapaan akrabnya, adalah warga asli Kota Jambi, yang lahir dan besar di Kabupaten Sarolangun.
Salah satu alasan Wawan tertarik ikut di pemberdayaan SAD, karena adanya pandangan negatif masyarakat tentang beberapa anak-anak SAD. Seperti isu mencuri buah-buahan atau barang yang bukan haknya ketika sedang berjalan di lingkungan masyarakat desa sekitar.
“Dari situ saya bertekad ingin menghapuskan stigma negatif tersebut di masyarakat, dan meyakinkan kepada mereka bahwa anak-anak SAD juga mampu dididik dengan baik," kata Wawan.
Selama satu tahun bergabung sebagai pengajar, Wawan harus menempuh empat jam perjalanan pulang pergi untuk sampai sekolah.
Dengan mengendarai sepeda motor, Wawan dan para guru dari PT SAL ini menerobos hutan dan medan berbukit dengan waktu tempuh empat jam perjalanan.
Tidak jarang mereka berjalan kaki jika sepeda motor mereka mogok atau mengalami kerusakan. Hal ini harus mereka lakoni karena mereka tidak tega membiarkan siswa didik atau anak-anak SAD menunggu kehadiran mereka di sekolah.
Di awal-awal mengajar, Wawan bahkan sempat mengajar dengan sukarela alias tidak mendapat bayaran sama sekali.
Hal yang tak pernah disangka, pada tahun 2019 Wawan direkrut oleh PT SAL sebagai guru untuk anak-anak SAD, hingga saat ini ia mengajar. Sejak direkrut PT SAL sebagai guru bagi anak-anak SAD, Wawan dan teman guru lainnya kini telah mendapatkan penghasilan berupa gaji yang ditanggung oleh PT SAL.
Wawan sempat mengutarakan harapannya.
Baca juga: Nelayan di Tanjabtim Jambi Resah Soal MyPertamina untuk Beli Solar: Hanya Pakai HP Lawas
“Saya berharap anak-anak SAD bisa mendapatakan pendidikan yang cukup dan setara dengan anak-anak di luar sana. Minimal satu atau dua anak menjadi gambaran bagi orang tua dan anak-anak lainnya,” jelas Wawan dengan mata berkaca-kaca.
Sementara Corporate Social Responsibility (CSR) PT Sari Aditya Loka, Slamet Riyadi mengatakan PT SAL memiliki program-program untuk membantu kehidupan mereka.
Terdapat empat pilar program yang dijalankan oleh PT SAL. Tidak hanya program-program charity, akan tetapi juga program-program pemberdayaan yang diharapkan mampu meningkatkan kehidupan Orang Rimba.
Keempat program itu adalah program di bidang Pendidikan, bidang kesehatan, bidang ekonomi, dan bidang ketahanan pangan.
Semua program tersebut dilaksanakan untuk membantu masyarakat sekitar wilayah kebun PT SAL agar dapat mendapatkan akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan ekonomi dengan baik.
“Khusus untuk program CSR bidang pendidikan, hingga kini, sudah ada 11 sekolah yang dikembangkan tim CSR PT SAL, baik sekolah dengan bangunan maupun sekolah lapang. Sebanyak 345 siswa juga telah merasakan manfaat program pendidikan PT Sari Aditya Loka, bahkan ada anak-anak yang disekolahkan sampai ke Jogjakarta,” ungkap Slamet Riyadi
Lebih lanjut ia menambahkan dan berharap agar Orang Rimba yang berada di sekitar PT SAL bisa hidup setara dan sejahtera dengan masyarakat lainnya.
“Kami ingin Suku Anak Dalam dapat memenuhi kebutuhannya dengan baik dan layak,” pungkas Slamet Riyadi. (*)
Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News
Baca juga: Alasan Sopir Truk Angkutan Batubara Langgar Jam Operasional, Polres Batanghari Amankan 11 Armada
Baca juga: Dua Jenazah Terjebak, Sopir Truk Batu Bara Meninggal Saat Macet di Jalan Batanghari-Sarolangun
Baca juga: Ketua DPRD Jambi Lakukan Pertemuan Dengan Kajati Jambi