Perang Rusia Ukraina

Pasukan Rusia Dikepung di Kherson, Pejuang Ukraina Berusaha Rebut Wilayahnya

Ukraina dengan pasukan yang didukung senjata barat berupaya  merebut kembali Kherson dari Rusia.

Penulis: Heri Prihartono | Editor: Heri Prihartono
(AFP/GETTY IMAGES via BBC INDONESIA)
Ukraina dengan pasukan yang didukung senjata barat berupaya  merebut kembali Kherson dari Rusia. 

TRIBUNJAMBI.COM - Ukraina dengan pasukan yang didukung senjata barat berupaya  merebut kembali Kherson dari Rusia.

Pertempuran di Kherson, hingga membuat pasukan Rusia kewalahan.

"Serangan balasan Ukraina untuk merebut kembali Kherson akan menjadi " operasi lambat untuk menggiling musuh ", kata penasihat senior presiden Oleksiy Arestovych.

"Tentu saja, banyak yang menginginkan serangan besar-besaran dengan berita tentang penangkapan oleh militer kami dari sebuah pemukiman dalam satu jam," tulisnya.

“Tapi kami tidak bertarung seperti itu… Dana terbatas.”


Presiden Zelenskiy, mengatakan "pertempuran sengit" berlanjut di "hampir seluruh wilayah" Kherson.

Rusia Dikepung Ukraina

Pasukan Ukraina terus mengepung tentara Rusia yang masih berada di wilayah Kherson.

Tercatat 1.200 pasukan Ukraina jadi korban di Kherson dalam peperangan dengan Rusia.

Sementara Rusia dilaporkan kehilangan 450 orang tentaranya di Kherson.

Hingga Jumat (2/9/2022) diperkirakan tentara Rusia yang tewas oleh pasukan Ukraina telah melebihi 50.000.

Militer Ukraina melaporkan  pada Kamis (1/9/2022) tentara Rusia yang telah tewas mencapai 48.350 tewas dan terluka akibat perang tersebut.

Dari pemberitaan sejumlah media  sebanyak 80.000 prajurit Rusia tewas.


Tentara Volodymyr Zelensky juga menyebut 1.997 tank, 4.345 Kendaraan bersenjata, 1.115 artileri, 287 Sistem peluncur roket, 234 Pesawat tempur, 153 Sistem pertahanan Udara, 296 Helikopter, 851 drone, 205 helikopter, 196 misil dari kapal, 15 kapal perang dan 3.239 kendaraan perang.

Sementara dari kubu Ukraina sendiri, Rusia tidak mengumumkan jumlah pastinya, Kementerin Pertahanan Rusia hanya menyebutkan demiliterisasi di Ukraina telah merontokkan 280 pesawat tempur, 151helikopter, 1.852 drone, 371 sistem rudaal anti pesawat dan 4.663 tank.

Dilema Tentara Rusia

 Dilema tentara Rusia hanya memiliki dua pilihan, dipenjara atau berperang melawan Ukraina.

Tentara Rusia yang menolak berperang melawan Ukraina akan menghadapi resiko dipenjara.

Resiko dipenjara harus dihadapi tentara Rusia yang menolak perang dengan Ukraina.

Hal ini terjadi pada prajurit Brigade Serangan Udara Pengawal ke-11, sebuah unit militer dari Republik Siberia Buryatia.

Brigade yang ditempatkan di Ukraina sejak invasi Rusia mengajukan pengunduran diri mereka awal bulan ini. Namun permintaan tersebut mendapat perlawanan dari otoritas militer Rusia.

“Awalnya ada 78 (penentang), tetapi setelah beberapa putaran pemaksaan, komando militer berhasil mengurangi jumlah itu,” kata salah satu pendiri organisasi anti-perang Free Buryati Foundation, Vladimir Budaev, yang dikutip dari The Moscow Time, Minggu (24/7/2022).


Dalam sebuah video imbauan yang disebarkan oleh Free Buryatia Foundation, ibu dari salah satu tentara, Oksana Plusnina mengatakan setelah menolak untuk menerima permintaan pengunduran diri, komandan brigade membagi para penentang menjadi kelompok-kelompok kecil.

Kemudian kelompok tersebut dibagi delapan dan sepuluh orang serta mengirim mereka ke fasilitas penahanan khusus di kota Luhansk, yang terletak di Ukraina timur dan saat ini diduduki Rusia.

Tentara tidak memiliki surat identitas dengan alasan untuk melindungi mereka jika sewaktu-waktu ditangkap pasukan Ukraina.

Mereka tidak diizinkan menggunakan ponsel dan sarana lain untuk menghubungi keluarga atau pengacara mereka.


Sebelum ditahan, putra Plusnina, Ilya Kaminsky menyebut kepada saluran televisi berbahasa Rusia, TV Current Time, bahwa sekelompok rekan prajuritnya yang menolak berperang di Ukraina dikunci di garasi dan diberi makan bubur sekali sehari sebelum dikirim ke pusat penahanan.

Kaminsky juga menyediakan rekaman audio percakapan tentara dengan komandan brigade Letnan Kolonel Agafonov yang mencoba membujuk mereka untuk membatalkan pengunduran diri mereka.

Current Time TV menyensor kata-kata kasar Agafonov saat menayangkan rekaman suara tersebut.

"Delapan orang sudah (pergi ke Luhansk) dan sekarang mereka benar-benar ingin kembali ke medan perang. Saya tidak tahu apa yang mereka lakukan atau katakan kepada mereka," kata Agafonov dalam rekaman yang ditayangkan oleh Current Time TV.


Kaminsky awalnya menyebut telah menulis sekitar 20 permohonan pemecatan dari militer, tiba-tiba tidak dapat dihubungi setelah melakukan wawancara dengan Current Time TV.

"Kami tidak dapat berbicara dengannya atau melacak di mana dia berada sekarang atau apa yang terjadi padanya," kata Plusnina dalam video yang diposting pekan lalu.

Komandan brigade mengancam akan mengumpulkan semua penentang dan mengirim mereka ke garis depan, sebagai upaya untuk menggagalkan keputusan mereka meninggalkan medan perang.

Baca juga: 900 Pasukan Khusus Rusia Tewas di Ukraina, Putin Dilaporkan Kehilangan 80 Ribu Tentara Selama Invasi

Baca juga: Neraka di Kherson, Serfangan Balasan Ukraina Tewaskan 450 Pasukan Rusia

Baca juga: Pertempuran Sengit di Kherson, Ukraina Mati-matian Rebut Wilayahnya dari Rusia

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved