Mojok Atlet ASEAN Para Games Bersama Abraham Tambun
National Paralympic Committee (NPC) menjadi wadah bagi kaum difabel untuk mengembangkan bakat dengan fungsi prestasi, rehabilitasi dan pembinaan.
Penulis: Darwin Sijabat | Editor: Rian Aidilfi Afriandi
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - National Paralympic Committee (NPC) menjadi wadah bagi kaum difabel untuk mengembangkan bakat dengan fungsi prestasi, rehabilitasi dan pembinaan.
NPC Provinsi Jambi telah banyak melahirkan atlet berprestasi, dan hasil yang memuaskan diraih Batu Putra Yuda dengan memperoleh satu emas dan dua perak di ASEAN Para Games 2022.
Bagiamana pola keorganisasian NPC, karakternya, simak bincang tribun bersama Abraham Tambun selaku Sekretaris di program Mojok Tribun jambi.
Tribun : Apa itu National Paralimpic Comitte atau NPC ?
Bram : NPC itu mmerukan induk organisasi yang menaungi olahraga bagi kaum disabilitas di Indonesia. Sebutan itu baru muncul tahun 2012, sebelumnya itu ada NPOC, BPOC. Sejak tahun 2012 sampai sekarang NPC namanya. Kita mempunyai organisi di seluruh kabupaten dan kota di Indonesia termasuk di Jambi yang memilki 11 kabupaten kota. Kita membina kawan kawan disabilitas untuk berprestasi.
Tribun : Ada berapa fungsi NPC ?
Bram : Ada tiga fungsi NPC, yaitu paling pokok berprestasi, rehabilitasi, dan pembinaan serta rekreasi. Kawan kawan disabilitas perlu juga direhabilitasi dan rekreasi. Kita di Jambi fokusnya prestasi. Karena dengan prestasi, kawan kawan bisa mengubah hidup dan kehidupannya.
Bram : NPC membuka peluang yang besar kepada setiap disabilitas untuk mengembangkan diri, bahkan harus diakui bahwa NPC itu di Indonesia sudah sangat berkembang. Calon atlet yang tadinya tidak tahu kemana, dengan bergabung ke NPC paling tidak hidupnya mulai terarah dengan latihan setiap hari, terpkan pola hidup sehat. Disamping itu juga jika mereka berprestasi memang ada janji materi yang bisa dijanjikan. Sudah ada banyak atltet NPC Jambi yang berprestasi, kemudian secara finasial berubah. Tadinya tidak mempunyai finansial yang cukup karena keterbatasan pendidikan, keluarga dan dengan bergabungnya ke NPC dan berprestasi, sekarang mulai nampak secara materi kawan kawan mulai berubah. Terbantunya mereka membuat semangat. Ketika dia berprestasi, pasti dia terehabilitasi. Kalau sudah terehabilitasi, otomatis dia akan nyaman untuk berkreasi.
Tribun : Bagaimana menjadi atlet dari NPC dan berapa jumlahnya saat ini ?
Bram : Kalau kami bergerak mulai dari level terbawah, pelajar. Secara teknis dikelolal oleh NPC, tetapi secara manageria dikelola oleh Dispora kabupaten kota masing masing. Karea itu merupakan Tupoksi mereka. Kalau kita mengelola yang senior, seperti Bayu. NPC menjadi salah satu alternatif bagi disabilitas untuk mengembangkan diri, merubah diri (merubah nasib). Karena dengan prestasi yang diperoleh, hal hal yang berhubungan dengan materi akan mengikut dan sejalan dengan prestasinya. Kita memiliki beberapa atlet yan sudah meneikmati hasilnya. Tiga orang sudah diakomodir pemerintah untuk menjadi pegawai negeri. Ada beberapa orang ditempatkan di perusahaann swasta. Untuk saat ini jumlah atlet sekitar 500 orang mulai dari pelajar, junior hingga senior.
Tribun : Apa yang dilihat dari Bayu saat melakukan perekrutan di awal ?
Bayu : Sejak tahun 2009 kita rekrut untuk mengikuti Pekan Paralimpic Pelajar Nasional saat itu mulai menunjukkan kualitas. Ketika itu saya ingat betul dia mendapatkan dua medali emas. Mulai kita lakukan pembinaan melalui kabupaten masing masing. KIta juga menyampaikan calon atlet yang berpotensi.
Tribun : Bagaimana NPC melihat jika seseorang berpotensi menjadi atlet yang berprestasi?
Bram : Kalau kita NPC Jambi tetap berkomitmen untuk terus mengembangkan atlet di Jambi. Siapa saja yang ingin berkiprah di dunia olahraga disabilitas, kita memang selain penyelenggara event, kita juga berusaha membantu kabupaten kota untuk mencari atlet baru.
Tribun : Adakah kendala dalam proses perekrutan atlet baru ?
Bram : Kendalanya memang agak sulit. Memang harus kita akui ada dua hal yang menjadi kendala dalam perekrutan atlet dari disabilitas. Pertama, dia sendiri yang seperti orang awam bilang minder. Nah bagaimana membangun agar dia tidak merasa minder ditengah kondisi ketidak keseimbangan. Saya mau sampaikan bahwa kami semua normal, disabilitas itu tidak ada yang tidak normal. Yang kami pahami bahwa kita itu memiliki ketidakseimbangan atau kemampuan yang berbeda dari yang lain. Misalnya bang Jabat bisa memanjat pohon kelapa dengan cepat, kami juga bisa tapi harus memakai tangga. Sama sama bisa. Poin pertama bagaimana membuat calon atlet ini menguasai dirinya. Kalau itu berhasil, ada poin kedua. Poin kedua, bagaimana meyakinkan keluarganya, orang tuanya bahwa dia ini mampu dan mandiri. Ada dua yang kita hadapi paling basic. Kemudian yang menjadi kendala karena tidak meratanya pemerintah melihat keberadaan atlet disabilitas. Kita harus mengakui dan salut dengan Pemerintah Jambi yang melihat sama semua atlet, bonus yang diterima semua atlet sama. Itu menjadi motivasi.
Tribun : Pada awalnya apa yang dilihat NPC dari Bayu, sehingga mendampingi sampai saat ini ?
Abraham : Sejak awal kita bertemu Bayu sudah kita lihat ada harapan didalamnya. Saat itu tahun 2009, saat bayu masih SMA. Awalnya kita coba di kolam, ada potensi. Setelah itu kita kembagkan dia, kita latih terus untuk bisa berlatih lagi lebih fasih lagi. Walaupun memang tidak semulus yang kita bayangkan. Banyak juga yang kita lalui hingga sampai diposisi saat ini. Pertama bayu juga dalam hari hari nya butuh pengidupan, butuh penghassilan. Itu yang membuat kita mensiasatinya. Ketika dia dipanggil ke Pelatnas, kita tidak punya anggaran. Kita diskusi di NPC, dan bilang kalau itu untuk tujuan prestasi kedepan kita harus upayakan. Kita harus cari uangnya. Yang penting dia berangkat dan semuanya tidak sia sia. Dia berprestasi.
Tribun : Bagaiamana perjuangan NPC dalam mengirimkan kedua atlet ke ASEAN Para Games 2022 ?
Bram : Keberangkatan mereka berdasarkan track record selama ini, mulai dari Pekan Paralimpic dan Peparnas di Bangdung tahun 2016. Dan itu menjadi penentu Bayu dipanggil ke Pelatnas. Diluar itu perjuangan kita luarbiasa juga, kemampuan keuangan kita terbatas. Tapi kita menekannya kepada atlet bahwa uang itu bukan segalanya. Meskipun katanya segalanya butuh uang, tidak apa apa. Yang penting memiliki semangat dulu. Olahraga ini selalu kita dengungkan bahwa ini olahraga yang "bisa merubah hidup". Ketika memiliki kepercayaan yang tinggi, prestasi nantinya akan mengikuti.
Tribun : Bagaimana cara NPC memotivasi kaum disabilitas untuk menjadi atlet ?
Bram : Kita mempunyai semboyan bahwa "Jangan hitung apa yang kurang tapi hitunglah apa yang tersisa". Artinya seperti saya yang dulunya memiliki tangan yang lengkap, sama panjang. Lalu berkurang, jangan hitung hitung sudah berkurang panjang salah satu tangan, jangan pernah mengeluh, bersungut sungut. Karena itu tidak akan pernah merubah nasib. Makanya ketika sudah berkurang, ya sudah yang sisa itu kita manfaatkan. Semua seperti itu. Atlet yang berlomba untuk disabilitas akan bersaing dengan kekurangan yang sama. Kita juga mempunyai semboyan kepada masyarakat dan orang tua bahwa tidak selamanya kecacatan membuat dunia kiamat. Karena bisa berprestasi.
Tribun : Apa harapan NPC untuk kaum difabel di Jambi kedepannya ?
Bram : Kita berharap akan semakin banyak muncul atlet atlet yang mau berlatih, yang penting mau berlatih. Fokus dengan olahraga yang dia tekuni. Karena kita di NPC membina delapan cabang olahraga. Diantaranya Atletik, Tenis Meja, Badminton, Judo Tuna Netra, Catur, Angkat Berat, Renang, dan Kursi Roda. Mudah mudahan ini bisa kita tekuni. Kita mengharapkan dari siapa saja disabilitas yang mau bergabung, silahkan. Kita akan salurkan untuk berlatih dengan sungguh sungguh. Seperti yang sering saya sampaikan bahwa olahraga salah satu cara untuk merubah hidup dengan meraih kesuksesan.
Tribun : Kemana tujuan mereka untuk mendapatkan motivasi tersebut ?
Bram : Sebenarnya semuanya bisa disalurkan ke NPC Kabupaten kota masing masing. Silahkan datang ke NPC di daerah masing masing untuk mengikuti program perekrutan dan pelatihan. Tahun depan kita akan mengikuti Peparprov, kita berharap akan memunculkan atlet atlet baru.
Dalam closing statement dari Abraham atau yang kerab disapa Bram itu menyampaikan pesan dan harapan kepada orang orang yang dikaruniai keterbatasan fisik sepertinya.
"Hidup itu belum berakhir, tapi yang paling penting kita fokus dengan satu hal. Apakah itu dunia olahraga atau yang lainnya yang kita tekuni maka kehidupan kita tidak akan pernah susah seperti yang kita pikiran," katanya.
Lalu kepada masyarakat dan orang, Bram menegaskan bahwa keterbatasan fisik yang dimiliki seseorang tidak akan membuat pupus harapan.
"Kita yakin bahwa apa yang kita kerjakan itu punya harapan. Sesuatu yang dikerjakan dengan sungguh sungguh memiliki harapan," katanya.
Kepada pemerintah sebagai pemangku kebijakan berharap bahwa tanpa dukungan pemerintah, apa yang dilakukan saat ini akan terlihat sia sia. Sebab pemerintah sebagai pembuat kebijakan dan keuangan harus juga punya empati yang sama terhadap atlet. Harus memiliki Political Will untuk atlet disabilitas, seperti pekerjaan kedepannya. (Darwin Sijabat)
Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News
Baca juga: Femalenial, Fitri Indriyanti Sempat Kehilangan Semangat Hidup, Konsistensi Olahraga Bikin Happy
Baca juga: Partai Koalisi Indonesia Bersatu di Jambi Tanda Tangan Kesepakatan Menuju Pilpres 2024
Baca juga: Anggota DPRD Provinsi Jambi Wartono Perjuangkan Pengaspalan Lanjutan di Jalan Padang Lamo
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jambi/foto/bank/originals/Mojok-Atlet-ASEAN-Para-Games-Bersama-Abraham-Tambun.jpg)