Bocah Tewas di Septic Tank
Proses Autopsi Bocah Tewas di Septic Tank Permintaan Keluarga, Ini Penjelasan Keluarga dan Polisi
Effendi kakek dari almarhum KY bocah tewas di septic tank mengatakan, proses autopsi yang dilakukan terhadap sang cucu merupakan permintaannya.
Penulis: Aryo Tondang | Editor: Rian Aidilfi Afriandi
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Effendi kakek dari almarhum KY bocah tewas di septic tank mengatakan, proses autopsi yang dilakukan terhadap sang cucu merupakan permintaannya.
Hal itu ia lakukan, lantaran ia menemukan sejumlah kejanggalan di tubuh korban.
Saat itu, ia satu-satunya keluarga yang mendampingi pihak kepolisian melakukan visum luar di RS Bhayangkara.
Kemudian setelah selesai dilakukan visum luar, dokter menyarankan untuk dilakukan autopsi
"Saya tanya dokternya, katanya kecelakaan, tapi katanya, untuk lebih pasti lagi saya diarahkan untuk lakukan autopsi, dan saya langsung ngotot untuk dilakukan autopsi," kata Effendi saat ditemui di kediamannya, Rabu (3/8/2022).
Kematian KY bocah usia 5 tahun di dalam septic tank pada Senin 25 Juli 2022 lalu memang menyisakan cerita sedih lainnya bagi keluarga, khususnya ke dua orangtua korban.
Yusman, ayah korban yang kesehariannya bekerja serabutan, dengan kondisi kaki yang tidak normal tidak hanya dihadapkan dengan kematian putri tercintanya, tetapi harus pontang-panting mencari biaya untuk proses autopsi kematian putri kecilnya sebesar Rp6.550.000.
"Ya mau makan untuk satu hari saja tidak bisa pak, gimana mau cari uang segitu," kata Yusman, saat ditemui di lokasi, Rabu (3/8/2022) sore.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Yusman kepada pihak rumah sakit.
"Waktu itu saya bilang, Rp 1.000 pun kami dak ada uang pak," kata Yusman.
Beruntung, ketua RT tempat korban tinggal langsung berinsiatif menggalang dana untuk proses autopsi korban.
Saat itu, Ketua RT langsung berkoordinasi dengan pihak Kelurahan agar dilakukan penggalangan dana ke pada masyarakat sekitar dan Forum-forum RT.
Di luar dugaan, rasa kemanusiaan dan keprihatinan masyarakat di sekitar, perkumpulan warga di Kenali Besar, dan warga lainnya melihat kondisi kematian KY yang tidak wajar tergerak.
Tidak sampai 2 jam, uang senilai Rp6 juta lebih langsung terkumpul. Tak sepeserpun pihak keluarga mengeluarkan biaya autopsi hingga pemakaman korban.
Inisiatif penggalangan dana tersebut, tidak diketahui Yusman, yang pada saat itu masih syok, dan berulang kali pingsan saat mendapati anaknya tidak lagi bernyawa.