Editorial

Konflik Harimau vs Manusia dan Solusi Berkelanjutan

Teror harimau Sumatera kembali menghantui. Setelah sebelumnya teror terjadi di Lolo Gedang, Kabupaten Kerinci, terbaru adalah di Sungai Cemara,

Editor: Deddy Rachmawan
TRIBUNJAMBI/HO/IRZAL AZHAR
Harimau Sumatera sebelum dilepasliarkan di TNKS, beberapa waktu lalu. Warga menemukan jejak harimau di ladang, di Sungaipenuh, Provinsi Jambi, dan diduga harimau masih berkeliran di sana hingga Selasa (28/6/2022) 

Teror harimau Sumatera kembali menghantui. Setelah sebelumnya teror terjadi di Lolo Gedang, Kabupaten Kerinci, terbaru adalah di Sungai Cemara, Kecamatan Sadu, Tanjung Jabung Timur.

Seperti yang sudah-sudah, harimau datang ke permukiman. Ternak yang ada di sana dibantai. Jumlahnya tidak tanggung-tanggung. 16 ekor kambing dimangsa.

Kasi Wilayah III BKSDA Jambi, Faried, Selasa (2/8) angkat bicara. Kata dia, ditilik dari lokasi konflik harimau dan manusia ini, di sana bukanlah habitat harimau Sumatera.

Walakin perlu dicatat bahwa, permukiman tersebut hanya berjarak sekira 3 kilometer dengan kawasan Taman Nasional Berbak Sembilang (TNBS).

Tentu jarak tersebut terbilang pendek bagi harimau yang memiliki jarak tempuh bisa ratusan kilometer dalam sehari.

Kemunculan harimau Sumatera di luar habitatnya tidak bisa hanya dimaknai bahwa harimau masih ada. Tapi harus dilihat lebih luas bagaimana manusia selamat dan harimau tetap lestari di habitatnya sendiri.

Baca juga: BKSDA Jambi Cek Lokasi Harimau Memangsa Kambing Warga Tanjabtim, Lokasi Berdekatan Dengan TNBS

Untuk diketahui diperkirakan populasi harimau Sumatera di TNBS tinggal sekitar 25 ekor.

Dalam rantai makanan, harimau termasuk makhluk hidup pemangsa. Artinya ketika rantai makanan yang ada di bawahnya terganggu, berkurang, otomatis yang di atas juga terganggu.

Belum lagi bila habitatnya menyempit mulai dari karena pembalakan, karhutla.

Baca juga: 16 Kambing Warga Sungai Cemara Ditemukan Mati, Diduga Dimangsa Harimau

Maka mencegah konflik harimau Sumatera dengan manusia tidak bisa hanya disikapi dengan cara spontan; memasang jerat dan menangkapnya. Untuk mencegah jatuhnya korban manusia, tentu tindakan tersebut diperlukan.

Baca juga: Begini Proses Pelepasan Harimau Sumatera Seberat 110 Kg, Terbang 6 Jam dari Bungo ke TNKS

Namun upaya berkelanjutan yang perlu dilakukan bersama. Bagaimana manusia tidak merusak habitat harimau dan memperbaiki yang rusak.

Karena bisa jadi apa yang dilakukan manusia terhadap hutan telah meneror kehidupan harimau. (*)

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved