Memahami Data Kemiskinan

Data kemiskinan menunjukan adanya penurunan tingkat kemiskinan pada Maret 2022 dibandingkan dengan September 2021

Editor: Rahimin
Istimewa
Badan Pusat Statistik. Memahami Data Kemiskinan 

Energi tersebut diperoleh dari konsumsi makanan yang kemudian nilai pengeluarannya dihitung untuk sebulan.

Sedangkan untuk kebutuhan minimal bukan makanan merupakan penjumlahan nilai kebutuhan minimum dari komoditi-komoditi bukan makanan terpilih yang meliputi perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan.

Gabungan dari nilai minimal kebutuhan makanan dan bukan makanan tersebut disebut dengan garis kemiskinan (GK). Nilai ini menjadi batas bawah (cut off) untuk mengategorikan seseorang termasuk miskin atau tidak.

Penduduk yang mempunyai nilai pengeluaran per kapita dibawah Garis Kemiskinan, maka orang tersebut termasuk sebagai penduduk miskin.

Dengan demikian, nilai garis kemiskinan tersebut merupakan suatu konversi nilai pengeluaran dari makanan dan bukan makanan.

Ketika konsumsi seseorang tersebut ternyata kurang dari 2.100 kilokalori dalam sehari tidak serta merta orang tersebut termasuk penduduk miskin.

Bisa saja mereka secara kalori kurang dari 2.100 kkal namun ternyata pengeluaran secara total lebih dari garis kemiskinan, artinya orang tersebut banyak mengkonsumi komoditi yang kalorinya rendah atau bahkan tidak ada kalorinya namun harganya tinggi.

Sekali lagi, konsep penggunaan energi kalori maupun kebutuhan minimal bukan makanan merupakan cara untuk memperoleh batasan bawah (cut off) nilai garis kemiskinan yang merupakan standar kriteria kemiskinan yang banyak digunakan di berbagai negara termasuk di Indonesia.

Sumber Data Hitung Kemiskinan

Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) menjadi sumber data untuk menghitung tingkat kemiskinan.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, dalam perhitungan garis kemiskinan diperlukan data konsumsi dan pengeluaran baik komoditi makanan maupun bukan makanan, di mana data tersebut diperoleh dari Susenas.

Susenas merupakan salah satu survei yang dilaksanakan setiap tahun oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Maret dan September. Oleh karena data kemiskinan pun mengikuti periode surveinya, yaitu data kemiskinan Maret dan September.

Peran serta masyarakat dalam Susenas tentunya akan berdampak besar pada kualitas data kemiskinan yang dihasilkan. Jawaban masyarakat sebagai responden Susenas diharapkan sejujurnya dan terbuka sehingga akan menggambarkan bagaimana kondisi sosial ekonomi termasuk kemiskinan terkini pada suatu daerah.

Indikator Makro Vs Data Individu

Pertanyaan yang sering muncul, apakah bisa diketahui orang miskin tersebut alamatnya dimana atau bahkan namanya siapa. Untuk menjawal hal tersebut, kita harus memahami dahulu apa yang disebut sebagai data kemiskinan makro dan mikro.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved