Berita Tebo
Kapoles Tebo Sebut Sudah Periksa Beberapa Pihak Terkait Keracunan di Desa Tanjung Simalidu
Terhitung sejak Minggu (31/7/2022), tercatat ada 127 warga Tanjung Simalidu Kecamatan VII Koto Kabupaten Tebo keracunan.
Penulis: Sopianto | Editor: Rian Aidilfi Afriandi
TRIBUNJAMBI.COM, MUARATEBO - Terhitung sejak Minggu (31/7/2022), tercatat ada 127 warga Tanjung Simalidu Kecamatan VII Koto Kabupaten Tebo keracunan.
Kejadian ini bermula setelah pembagian makanan sate, setelah menyambut acara tahun baru Islam dengan pawai obor.
Paling banyak, korban keracunan sate merupakan anak-anak dan orang tuanya.
Dari data yang berhasil dikumpulkan oleh Tribun dilapangan 80 persen korban keracunan adalah anak-anak dan sisanya adalah wanita.
Kapolres Tebo AKBP Fitria Mega mengatakan, terkait apa penyebab keracunan itu pihak nya sedang melakukan proses penyelidikan
"Ini masih dalam proses penyelidikan. Sebagian besar memang habis memakan sate. Tapi, kita belum bisa memastikan makanan sate jadi penyebabnya," ujarnya Senin (1/7/2022).
Ia mengatakan Polsek VII Koto sudah mengirimkan sampel makanan dan sampel muntahan korban ke dinas kesehatan agar diuji laboratorium.
"Masih dalam uji laboratorium. Tidak hanya makanan, muntahan juga. Ini masih dalam proses uji laboratorium. Kita mengirimkan sampel ke Dinas Kesehatan Tebo yang dilanjutkan ke Dinas Kesehatan Jambi," kata Fitria.
Dikatkan Fitria, tidak menutup kemungkinan makanan lain yang menjadi penyebab keracunan ini. Makanya ini masih dalam penyelidikan. Mungkin dalam beberapa hari ini hasil uji laboratoriumnya keluar.
Pihak kepolisian, kata Fitria, sudah memeriksa beberapa saksi, termasuk panitia penyelanggara pawai obor, pihak guru, pedagang sate, dan orang yang memberikan makanan (bersedekah).
"Mereka dimintai keterangan," kata Fitria.
Terpisah Kepala Dinas Kesehatan Riana Elizabeth ketika ditanya oleh Pj Bupati Tebo Aspan mengatakan secara pasti apa penyebab keracunan belum diketahui.
Kata Riana, kini pihak Dinkes Tebo sudah mengirimkan sampel ke Laboratorium Jambi.
"Kita belum bisa memastikan, bisa saja disebabkan bakteri, dan ini sebenarnya sudah langganan dari masyarakat. Bisa saja bahan yang digunakan,"pungkasnya