Tribun Wiki
Bangunan Makam Pahlawan Sultan Thaha Saifuddin di Tebo Memprihatinkan
Makam Pahlawan Sultan Thaha Saifuddin yang terletak di Ibu Kota Kabupaten Tebo kondisinya sudah mulai banyak yang rusak.
Penulis: Sopianto | Editor: Rian Aidilfi Afriandi
TRIBUNJAMBI.COM, MUARATEBO - Makam Pahlawan Sultan Thaha Saifuddin yang terletak di Ibu Kota Kabupaten Tebo kondisinya sudah mulai banyak yang rusak.
Makam satu-satunya pahlawan nasional asal jambi ini dibangun sejak Tahun 1995, yang terletak di pusat ibu kota Kabupaten Tebo atau berjarak sekitar 250 km dari Kota Jambi.
Makam ini pun sering sekali dikunjungi oleh berbagai lapisan masyarakat baik itu masayrakat biasa maupun para pejabat yang sengaja berkunjung untuk berziarah ke Makam Sultan Jambi ini.
Bukan itu saja, selain dikunjungi dan menjadi kegiatan rutin oleh Pemkab Tebo pada hari-hari besar seperti hari pahlwan dan HUT Republik indoinesia, makam Sultan Thaha Saifuddin juga sering dikunjungi oleh warga dari luar jambi seperti jawa.
Arae makam cukup luas, selain terdapat Makam Sultan Thaha Saifuddin juga didirikan satu buah pondopo disampingnya.
Selain itu juga pada dinding beton bagian belakang komplek makam terdapat juga lukisan tentang bagiamana perjuangan Sultan Jambi ini dalam berperang melawan penjajah.
Selain itu juga di sebelah kiri bagian depan juga terdapat bangunan yang sebelumnya direncanakan untuk perpustakaan namun tidak difungsikan, bahkan tidak ada satupun buku sejarah didalamnya.
Namun sayang, bangunan yang sangat bersejarah bagi Provinsi Jambi ini sebelumnya terlihat tidak diperhatikan bahkan terkesan diabaikan.
Bangunan yang dulunya terkesan megah ini, kini seperti makam yang tidak dirawat atapnya bocor.
Selain itu, pada bangunan makam dan pondopo terlihat bagian plafon (Dek) yang sudah lapuk dan bolong akibat air hujan yang turun dari atap-atap yang berlubang.
Menurut keterangan penjaga makam, Hamdan (56) bahwa sejak Tahun 2005 saat dirinya mulai bekerja disana, tidak ada renovasi besar-besaran.
Namun hanya perbaikab kecilseperti memperbaiki flafon yang rusak dan penceatan ulang, itu hanya dilakukan pada hari-hari besar, seperti ada kunjungan para petinggi dan perayaan 17 Agustusan.
"Kalau untuk renovasi besar-besar belum ada, percuma perbaikan flafon kalau atap nya bocor, kalau turun hijan tetap rusak," kata nya lagi.
Dirinya bahkan harus bekerja ekstra keras saat turun hujan karena lantai makam akan sangat kotor akibat bocor dibagian atap makam.
Selain itu, pihak pemerintah Provinsi Jambi yang merupakan penanggung jawab atas makam tersebut juga terkesan tidak peduli karena sudah lima tahun menurut hamdan, biaya operasional dan alat pembersih tidak pernah diberikan, sehingga dirinya kesulitan untuk memotong rumput dan membersihkan makam secara maksimal.
Dirinya mengaku hanya menrima honor Rp 1 juta perbulan dari Pemda Tebo dan dibayar dua bulan sekali melalui Bank Pembangunan Daerah (BPD).
"Kita cuma dikasih Pemda Tebo 1 juta, itupun cuma satu orang, dibayar 2 bulan sekali, padahal yang bekerja 3 orang menjaga makam," kata Hamdan.
Dari Provinsi tidak menganggrakan honor untuk penjaga makam, namun dirinya menyebut kata Provinsi itu dibayar oleh Kementeri Sosial.
Diakuinya Kementerian Sosial hanya membayar Rp 750 ribu perbulan, tidak rutin itu dibayar empat bulan sekali, namun tetap satu nama. Sedangkan yang bekerja dan menjaga Makam itu tiga orang.
Atap yang bocor itu sudah dilaporkan ke pihak provinsi beberapa tahun yang lalu tapi tidak ada tanggapan, bahkan perlengkapan untuk membersihkan makam saja tidak pernah diberikan lagi sejak lima tahun lalu.
Jika hal ini terus dibiarkan dan tidak diperdulikan terutama oleh Pemerintah Provinsi Jambi, maka tidak mustahil Makam Sultan Jambi atau makam Pahlawan Nasional asal jambi ini akan rusak dan hancur.
Perlu diketahui bahwa Sultan Thaha Saifuddin adalah sultan terakhir dari Kesultanan Jambi. merupakan pahlawan nasional asal Jambi yang dilahirkan pada pertengahan tahun 1816 di Keraton Tanah Pilih Jambi.
Pada tahun 1904, Belanda melakukan penyerbuan dan berhasil menyergap pasukan Sultan Thaha di dusun Betung Berdarah Kecamatan Tebo Ilir Kabupaten Tebo.
Dalam penyerbuan itu, Sultan Thaha wafat dalam usia ke 88. Jasadnya dikebumikan di Muara Tebo yang kini dijadikan sebagai Makam Pahlawan Nasional Sultan Thaha Saifuddin.
Atas jasa-jasanya, Thaha Saifuddin diangkat menjadi Pahlawan Nasional pada 24 Oktober 1977 dengan Keppres No. 79/TK/1977. Namanya diabadikan sebagai nama Bandara di Jambi dan berbagai bangunan lainnya.
Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News
Tonton Video Polisi Asal Jambi Tewas Ditembak di Jakarta, Kondisinya Tragis
Baca juga: Lowongan Kerja Bank Muamalat Indonesia untuk Lulusan D3 dan Lulusan S1
Baca juga: Kejari Tanjabbar Gelar Berbagai Rangkaian Kegiatan Peringati Hari Bhakti Adhyaksa ke-62
Baca juga: Puput Ceritakan Sisi Baik Doddy Sudrajat: Good deddy banget