Brigadir Yosua Tewas Ditembak
Pilu Ayah Brigadir Yosua, Peringati HUT ke-57 Sekaligus Kematian Sang Anak
Samuel Hutabarat mulai menyuarakan sejumlah kejanggalan yang disampaikan kepolisian atas kematian Brigadir Yosua
Penulis: Aryo Tondang | Editor: Rahimin
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Jumat 15 Juli 2022, cuaca di komplek Sekolah Dasar Negeri (SDN) 074, Desa Suka Makmur, Unit 1, Sungai Bahar, Muaro Jambi, rumah Brigadir Yosua atau Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat masih diselimuti mendung.
Redupnya cuaca, seolah turut mengerti perasaan orang tua Brigadir Yosua, Samuel Hutabarat beserta istrinya, Rosti Simanjuntak dan keluarga besarnya.
Silih berganti, tangan Samuel menjabat puluhan orang yang datang ke istana kecil, tempat ia membesarkan ke empat anaknya, termasuk almarhum Brigadir Yosua yang tewas dalam insiden baku tembak di Rumah Dinas Kadiv Propam Polri, Irjen Pol Ferdy Sambo, pada Jumat (8/7/2022).
Pada Jumat itu, akan menjadi hari yang paling bersejarah dalam hidup Samuel. Ia harus memperingati hari lahirnya yang ke 57 tahun, tepat di hari kematian sang anak yang masih berusia 28 tahun.
Brigadir Yosua merupakan kebanggaan bagi Samuel dan keluarga. Apa daya, insiden yang disebut baku tembak tersebut, harus membuat ia merelakan putranya menghadap Tuhan lebih dulu.
Samuel Hutabarat, pria berkulit coklat tersebut, masih mampu melempar senyum, sesekali bercanda dengan tamu dan awak media yang mendatangi kediamannya.
Meski selalu berupaya melempar senyum, namun, Raut wajah lesu dan pandangan yang sesekali kosong kerap terpancar dari ayah 4 anak ini. Senyumnya, ia lempar untuk menghormati setiap tamu yang datang.
Dalam satu kesempatan, Samuel sempat terucap, bahwa senyum dan candaannya tersebut, hanya tampak di luar. Namun, kesedihan masih bergumam di hatinya.
Bagaimana tidak, ia tidak hanya kehilangan putranya, tetapi harus menelan pil pahit, atas ketidak kejalasan penyebab kematian anaknya, bahkan ia harus selalu mendengar kabar, bahwa sang anak disebut-sebut melecehkan istri seorang jenderal bintang dua.
"Cuman di depan kalian saja aku gini ketawa, kalau yang sebenarnya, aduhh," ucap Samuel sambil mengangkat kepala, ekspresi melepas kesedihannya.
Samuel Hutabarat, menjadi orang yang tampak paling tabah dan tangguh dalam kondisi ini. Di awal, usai pemakaman almarhum, Samuel Hutabarat memang enggan berkomentar atas kejadian ini. Ia mempercayakan Rohani Simanjuntak, adik iparnya sebagai juru bicara ke pada media atas insiden ini.
Namun, hari ke 2, Samuel Hutabara mulai angkat bicara, satu persatu awak media ia sanggupi, mulai dari wawancara tatap muka, hingga live dengan sejumlah Televisi Nasional secara bergantian.
Samuel Hutabarat mulai menyuarakan sejumlah kejanggalan yang disampaikan kepolisian atas kematian Brigadir Yosua.
Tubuhnya yang sudah berhari-hari tidak tertidur pulas, tak menjadi penghalang baginya untuk terus bersuara, dan menyebut dua kejanggalan yang ia temukan.
Di mana, sejak awal, Samuel Hutabarat selalu mempertanyakan kornologis penembakan tersebut. Di mana, versi polisi, almarhum terlebih dahulu mengeluarkan tembakan ke Bharada E, rekan sesama polisi, namun tak satupun 5 bidikan Nofriansyah, tidak mengenai Bharada E.