Brigadir Yosua Tewas Ditembak

Sederet Kasus Polisi Tembak Polisi, Mulai dari Cemburu Hingga Bawahan Tembak Atasan

Kasus kematian  Brigadir Yosua atau Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat yang tewas ditembak oleh Bharada E, bukan kasus pertama polisi tembak polisi

Penulis: Deddy Rachmawan | Editor: Deddy Rachmawan
TRIBUNJAMBI.COM/ARYO TONDANG
Makam Brigadir Yosua atau Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat di Desa Suka Makmur, Sungai Bahar. Brigadir Yosua disebut ditembak oleh rekannya sesama polisi. 

TRIBUNJAMBI.COM  - Kasus kematian  Brigadir Yosua atau Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat yang tewas ditembak oleh sesama polisi Bharada E, bukan kasus pertama polisi tembak polisi.

Kasus polisi tembak polisi ini pun beragam motifnya. Selain kasus kematian Brigadir Yosua atau Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat berikut Tribun Jambi himpun sejumlah kasus polisi yang ditembak oleh sesama polisi.

Kasus polisi tembak polisi

1.   Polisi tembak polisi di NTB

Pada 25 Oktober 2021, seorang polisi di Polres Lombok Timur menembak rekannya hingga tewas.

Adapun pelaku penembakan adalah Briptu MN (36), anggota Polsek Wanasaba. Korbannya Briptu HT (26), yang berdinas di Seksi Humas Polres Lombok Timur.

Bila kasus penembakan maut yang menewaskan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat disebut-sebut dipicu karena tindakan asusila, kasus di NTB ini bermotif cemburu.

Kabid Humas Polda NTB Kombes Pol Artanto ketika itu menjelaskan, pelaku cemburu yang mengetahui korban chatting dengan istri pelaku.

2.   Polisi tembak polisi di Depok

Tak kalah sadis, kasus penembakan yang terjadi pada Kamis (25/7/2019) pukul 20.50 ini bahkan terjadi di kantor polisi yakni di Polsek Cimanggis. Ironisnya ini terjadi karena emosi.

Korbannya yaitu Bripka RE, anggota samsat Polda Metro Jaya. Adapun pelaku Brigadir RT.

Menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya ketika itu, Kombes Argo Yuwono penembakan di Polsek Cimanggis karena Brigadir RT emosi lantaran rekannya, Bripka RE menolak permintaannya dengan nada kasar. Usut punya usut keduanya tengah menangani kasus tawuran.

Baca juga: Psikolog Sebut Istri Irjen Sambo Sudah di BAP Terkait Pelecehan yang Akibatkan Polisi Tembak Polisi

Bripka RE diketahui mengamankan seorang pelaku berinisial FZ dengan barang bukti senjata tajam.  Kemudian orang tua FZ datang ke kantor Polsek Cimanggis didampingi Brigadir RT dan Brigadir R.  Kedua polisi yang datang bersama orang tua FZ meminta Bripka RE untuk melepaskah FZ. 

Brigadir RT merasa penolakan yang disampaikan Bripka RE bernada kasar. Tak terima dengan perlakuan tersebut, Brigadir RT kemudian pergi menuju ruangan lainnya yang bersebelahan dengan ruangan Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Polsek Cimanggis. Ia mengambil sebuah senjata api jenis HS 9.

Bripka RE terkena  tujuh tembakan di bagian dada, leher, paha, dan perut.

3.   Personel brimob menembak brimob di Blora

Kasus polisi tembak polisi yang terjadi pada 10 Oktober 2017 melibatkan anggota brimob. BT menembak dua rekannya, Brigadir BW dan Brigadir AS, di lokasi pengeboran sumur minyak PT Sarana Gas Trembul (SGT) di Blora. Menurut keterangan saat itu, mereka ribut atau cekcok. Hingga akhirnya terjadi penembakan disusul pelaku yaitu BT langsung bunuh diri.

Soal Kejanggalan Tewasnya Brigadir Yosua, Dua Petinggi Kompolnas Beda Pendapat

4.   Wakapolwiltabes Semarang ditembak anak buah

Kasus ini terjadi 14 Maret 2007 cukup mengejutkan. Sebab bawahan menembak atasannya. Briptu HC menembak Wakapolwiltabes Semarang AKBP Lilik Purwanto, hingga tewas.

Saling Sanggah di Suasana Duka

Seperti diberitakan sebelumnya kasus kematian  Brigadir Yosua atau Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat terdapat banyak keganjilan. Brigadir Yosua merupakan warga Jambi yang tinggal di Sungai Bahar dan tugas di Jakarta.

Samuel Hutabarat, ayah Brigadir Polisi Nofriansyah Yosua Hutabarat mencoba tetap menjaga akal sehat dalam dukanya. Perihnya hati orang tua kehilangan anak secara tidak wajar kian perih, bila kejanggalan tak terungkap.

Kejanggalan itulah yang ia pertanyakan pada Senin (11/7) malam pada perwakilan dari Mabes Polri yang saba ke rumah duka. Sekitar setengah jam lebih Tribun sudah meninggalkan rumah duka di Desa Suka Makmur, Sungai Bahar, Muaro Jambi, Senin malam. Hari sudah gelap.

Tiba-tiba, pesan WA masuk ke tim Tribun. "Ada orang Mabes datang ke sini," begitu pesan dari keluarga Brigadir Polisi Nofriansyah Yosua Hutabarat. Katanya, saat itu polisi ramai. Memang saat Tribun meninggalkan rumah duka, masih ada sejumlah polisi di sekitar lokasi. Bahkan sejumlah petinggi dari Polda Jambi dan Polres Muaro Jambi ada di sana.

Apa yang terjadi malam itu diceritakan Samuel pada Rabu (13/7). Sejumlah cerita yang ia sampaikan pada Tribun, Senin lalu juga ia sampaikan kembali. Dan ceritanya tak berubah. Mengesankan ia sosok yang kuat ingatan dan konsisten.

Samuel menyebut dua nama perwakilan Mabes Polri yang datang ke rumahnya. Mereka menjelaskan kronologi yang menewaskan anaknya tersebut.

Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat
Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat (grafis/ruliyanto/tribunjambi.com)

"Cerita pak Hendra (dari Mabes) katanya anak saya masuk ke kamar ibu Putri (istri Ferdy Sambo) dan todongkan senjata, meraba-raba,

Ibu Putri menjerit," kata Samuel.

Hingga akhirnya cerita sampai adegan baku tembak antara Brigadir Yosua dan Barada E. lalu, Samuel pun menyanggah. Mulai dari soal tembakan meleset dari jarak dekat dan cara almarhum Brigadir Polisi Nofriansyah Yosua Hutabarat memegang senjata.

"Saya sanggah, tembakan anak meleset. Saya awam, tapi saya rasa lebih enak menembak menggunakan dua tangan. Dari tujuh tidak ada yg tepat, kalaupun E pun mengelak, jarak berapa?" sanggah Samuel. Ia diceritakan bahwa anaknya menembak menggunakan dua tangan.

Suasana duka itu masih terus memanas. Termasuk saat Samuel mempertanyakan keberadaan CCTV. "Ada kombes menyanggah saat bapak nanya CCTV, " ujar Samuel mengingat peristiwa Senin malam di rumahnya tersebut.

Memang atmosfer Senin malam di rumah duka terasa menegang. Rohani Simanjuntak yang mengabarkan malam itu menyebutkan banyak personel polisi yang datang.

Baca juga: Polisi Sabotase CCTV Komplek, Dekoder Diganti Usai Insiden Penembakan. Ketua RT Kesal ke Polisi

Hingga Rabu (13/7/2022) polisi pun masih ada yang berada di rumah duka. Kapolda Jambi Irjen Pol Rachmad Wibowo yang menyambangi rumah duka Brigadir Polisi Nofriansyah Yosua Hutabarat  di  Desa Suka Makmur, Sungai Bahar, Kabupaten Muaro Jambi, juga memerintahkan dokter dari Polda Jambi datang. Mereka diminta memeriksa kesehatan keluarga Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat.

Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat masuk polisi pada 2012. Dari Polda Jambi ia kemudian mengikuti pendidikan di Watukosek.

Pertama ia bertugas di Markas Brimob yang ada di Pamenang, Merangin. Tiga tahun setengah kemudian ia ditarik ke Mako Brimob di Kota Jambi.

Pada 2019 akhir, Yosua ke Jakarta.

"Ia telepon, saya dipanggil ke Jakarta, Pak. Saya mungkin jadi ajudan d Jakarta kalau lulus, " kenang Samuel Hutabarat.

Saat itu menurutnya Ferdy Sambo masih Bintang 1. Dia, sambungnya, mau jjadi  ajugan Pak Sambo. Hingga akhirnya waktu berjalan, Irjen Ferdy Sambo menjad Kadiv Provam Polri. "Dan tahu kami, anak kami ajudan Pak Ferdy Sambo, " imbuhnya.

"Ia cerita mereka keluarganya baik. Bapak, ibu, anaknya baik. Makanya kami syok dengan kejadian ini, ada apa ini," Samuel bertanya.

Samuel mengenang saat anaknya pamit untuk tugas ke Papua. Ia tidak membekali anaknya dengan uang. "Saya kasih Alkitab saat ke Papua," ujarnya sembari menangis. (Deddy Rachmawan)

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved