Brigadir Yosua Tewas Ditembak
TANGISAN Ibunda Brigadir Yosua Hutabarat: Bangkit Rohmu Biar Terungkap Semua Anakku
Ibu Yosua, Rosti Simanjuntak sudah meneteskan air mata ketika pertama tiba di makan anaknya itu. Tangisannya semakin mengharukan ketika selesai ziarah
Penulis: Aryo Tondang | Editor: Suang Sitanggang
Persis di atasnya, pada dinding terpasang foto anaknya yang tewas akibat ditembak disertai sejumlah luka lainnya.
Yosua tewas di rumah Kadiv Propam Polri, Jumat lalu, dimakamkan di Sungai Bahar pada Senin (11/7/2022).
Peristiwa tewasnya seorang anggota polisi di rumah pejabat polri itu baru diketahui di hari pemakaman itu.
Baca juga: Ayah Brigadir Yosua Tak Percaya Anaknya Masuk ke Kamar Pribadi Jenderal Bintang Dua Tanpa Dipanggil
Baca juga: Brigadir Yosua Sempat Mengawal Istri Kadiv Propam ke Luar Kota Sebelum Baku Tembak Karena Pelecehan
Sebelumnya sunyi senyap, seolah tak terjadi apa-apa di rumah mewah itu, yang CCTVnya telah rusak sejak dua pekan lalu kata polisi.
Foto almarhum Brigpol Nofriansyah Yosua Hutabarat tampak gagah memakai seragam Brimob.
Di depan ruang tamu, suami Rosti, Samuel Hutabarat, sedang duduk menemui tamu-tamu yang menemaninya.
Dirinya mengkhawatirkan kondisi sang istri yang masih terpukul perasaannya.
“Masih menangis terus. Tadi pagi di makam anak saya juga nangis-nangis lagi,” katanya.
Hingga saat ini, kepergian Brigpol Nofriansyah Yosua masih menyisakan duka mendalam bagi keluarga, khususnya ibu korban, Rosti Simanjuntak.
Samuel menceritakan, sejak mendapat kabar meninggalnya Yosua, Rosti tak henti meneteskan air mata.
Sejak kali pertama mendapat kabar kematian Yosua, keluarga sedang berada di Padang Sidempuan, Sumatera Utara.
Mendapat kabar duka yang sangat memukul hati mereka itu, keluarga Yosua langsung pulang ke Jambi.
Sepanjang perjalanan dari Padang Sidimpuan menuju Jambi, ibu kandung almarhum Yosua menangis terus.
Baca juga: Kapolda Jambi Sambangi Rumah Orang Tua Brigadir Polisi Nofriansyah Yosua Hutabarat
Baca juga: Profil dan Biodata TB Hasanuddin yang Bongkar Kejanggalan Luka Brigadir Yosua Hutabarat
Tidak kurang 20 jam sang ibu menangis tanpa henti.
"20 jam di jalan, itu menangis terus sampai ke Jambi. Di Jambi menangis terus, kalau gak ada teman bicara, teringat anaknya, menangis lagi," kata Samuel.