Dosen PIAUD FTK UIN STS Jambi Ikuti Dialog Melawan Ujaran Kebencian
Begitu massifnya penggunaan media terkadang pengguna lepas kontrol hingga menyebabkan perilaku menyakiti sesama.
Penulis: M Yon Rinaldi | Editor: Teguh Suprayitno
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Setiap 18 Juni diperingati International Day For Countering. Begitu massifnya penggunaan media terkadang pengguna lepas kontrol hingga menyebabkan perilaku menyakiti sesama.
Ridwan, ketua PRODI PIAUD FTK UIN STS Jambi yang juga berprofesi sebagai psikolog mengadakan dialog yang bertujuan untuk mencerdaskan masyarakat agar tidak mudah terpengaruh atau malah ikut-ikutan dan terjebak untuk saling membenci antara satu dengan yang lainnya.
Dialog yang disiarkan oleh RRI ini juga dihadiri Fathonah dari kalangan akademisi Unja, agar kajian semakin luas.
Ridwan, ketika dimintai komentarnya menanggapi ujaran kebencian yang semakin marak saat ini, menuturkan kalau ujaran kebencian bisa muncul dari individu yang kurang percaya diri akan kemampuannya sehingga timbul hasrat untuk menjatuhkan orang lain.
Disamping itu ada perilaku impulsif dari individu yang tidak mampu mengontrol diri dalam berperilaku serta berucap artinya bertindak tanpa dipikirkan terlebih dahulu akibatnya. Bisa juga dipengaruhi oleh kondisi frustasi yang menyebabkan individu marah dan melakukan serangan agresi kepada orang lain baik itu secara verbal maupun non verbal yang menjadi sumber rasa frustasinya.
Secara sosial, ada perilaku meniru atau ikut-ikutan orang lain untuk melakukan ujaran kebencian yang kemudian ini berproses menjadi sebuah kebiasaaan untuk selalu membenci.
Baca juga: HMPS UIN STS Jambi Memperingati Hari Lahir Pancasila
Ada juga karena sang individu pembenci ini mendapat perlakuan yang sama dari lingkungan sehingga akhirnya iapun ikut melakukan hal yang sama pula pada orang lain.
Fathonah pun ikut menanggapi faktor pemicu munculnya ujaran kebencian ini yang menurut Fathonah bisa bersumber dari rasa ketidaknyamanan individu yang satu terhadap individu yang lain dan dapat menggugah rasa amarahnya. Ia juga berpandangan, kalau media sosial dapat menjadi sumber konflik dikala informasi yang diberikan tidak akurat dan dicerna terlebih dahulu.
Menurut Ridwan untuk menangkal ujaran kebencian perlu dilakukan sosialisasi serta pemahaman yang luas kepada masyarakat untuk berhati-hati dalam bersikap karena akan ada konsekuensi tersendiri yang dapat ditimbulkan apalagi sekarang sudah ada UU ITE yang mengaturnya.
"Kita juga perlu memilah dan memilih informasi yang akurat untuk dapat dicerna sehingga tidak kesusu memberi tanggapan responsif sehingga tidak terjadi disinformasi yang keliru, kita juga ketika akan memberikan komen jangan dalam keadaan emosi yang sedang tidak stabil karena akan mempengaruhi mood serta berefek pada komentar yang diberikan dimana dapat menimbulkan perkataan yang menyakitkan bagi orang lain," ujarnya Minggu (19/6/2022).
Baca juga: Prodi PIAUD FTK UIN STS Jambi Kunjungi PDAM Sarolangun
"Yang penting juga bagaimana kita memanaje emosi dengan baik serta memberi informasi-informasi dan komen yang positif dan motivatif," tambahnya.( Tribunjambi.com / M Yon Rinaldi ).
Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News