Rumah Batu Olak Kemang

Kondisi Terkini Rumah Batu Pertama di Seberang Kota Jambi yang Berusia Lebih 100 Tahun

Rumah Batu Olak Kemang merupakan bangunan batu pertama di Jambi. Bangunan ini berada di Desa Olak Kemang, Kecamatan Danau Teluk, Seberang Kota Jambi.

Penulis: tribunjambi | Editor: Suang Sitanggang
Tribunjambi.com/Mg/Anggia Rita Andriana
Suasana asri di rumah batu tertua di Olak Kemang di Desa Olak Kemang, Kecamatan Danau Teluk, Seberang Kota Jambi, Senin (23/5/2022) 

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Rumah Batu Olak Kemang merupakan bangunan batu pertama di Jambi. Bangunan ini berada di Desa Olak Kemang, Kecamatan Danau Teluk, Seberang Kota Jambi.

Pada bangunan rumah ini terdapat relief naga di dinding bercat putih pada bagian atas pintu utama. Kemudian, di sisi kanan terdapat sebuah batu dengan ukiran berbentuk singa dan bunga.

Di bagian dalam, terdapat relief bertuliskan huruf-huruf arab, meskipun sekarang sudah tidak tampak begitu jelas, karena usianya yang sudah lebih dari seratus tahun.

Paduan bangunan lokal, China, Arab dan Eropa ini terkesan sangat kental. Awalnya, bangunan batu ini terdiri dari dua lantai.

Bangunan ini diperkirakan dibangun sektiar tahun 1860. Namun, karena usianya yang sudah sangat tua, kini yang lantai dua telah runtuh.

“Rumah batu ini salah satu jejak sejarah dari peninggalan seorang penyebar agama islam di Kota Seberang sekitar abad ke-18 yang bernama Sayyid Idrus Hasan Al-Jufri atau biasa dijuluki Pangeran Wiro Kusumo,” ujar Syahid Salim, suami dari Syarifah’ulia, Pengurus Rumah Batu Olak Kemang, Senin (23/5/2022).

Pangeran Wiro Kusumo wafat pada 1920 dan dimakamkan di Desa Olak Kemang. Makam tersebut tepat berada di depan Masjid Al-Ikhsaniyah yang juga merupakan masjid tertua di desa tersebut. Masjid ini juga dibangun oleh Pangeran Wiro Kusumo pada 1880.

Perawatan rumah tua ini tampak cukup bersih, meskipun dengan perawatan seadanya oleh pihak keluarga dari keturunan Almarhum Said Idrus bin Said Hasan Al Jufri.

Saat ini tanggungjawab perawatannya berada di pundak Syarifah'ulia.

Bangunan rumah batu ini tampil sangat mencolok, sebab sebagian besar rumah di sekitarnya adalah rumah panggung.

Rumah batu ini berlokasi di pinggiran Sungai Batanghari.

Pada masa lampau, lokasinya tergolong sangat strategis.

Hal ini mengingat Sungai Batanghari masa lampau adalah urat nadi utama perekonomian Jambi.

Sungai menjadi akses utama dalam perdagangan dan transportasi.

Para saudagar hingga penjajah masuk ke Jambi lewat perairan Sungai Batanghari.

Ini pula yang membuat arsitektur bangunan ini jadi multikultur, mempertemukan budaya lokal, Eropa, hingga Cina.

Walau rumah ini merupakan beton, yang jadi pondasi arsitektur utamanya adalah rumah panggung.

Rumah panggung menjadi ciri khas bangunan rumah yang ada di Jambi, terutama di sepanjang Sungai Batanghari.

Hal ini tak terlepas dari kondisi wilayah yang bisa saja dilanda banjir luapan sungai.

Dikutip dari laman Disparbud, arsitektur Rumah Batu adalah perpaduan dari budaya Eropa dan Cina.

Ada arca singa, ornamen naga, awan, dan bunga, pada pagar dan gapura.

Pengaruh Eropa terlihat dari pilar-pilar yang menopang.

Simak videonya di bawah ini:

Baca juga: Melisa Atlet Wushu Jambi di SEA Games Vietnam Ajak Anak Muda Jangan Jadi Kaum Rebahan

Baca juga: Mampir ke Candi Muaro Jambi para Bikers Antusias Tentang Sejarah Candi

(Tribunjambi.com/Mg/Anggia Rita Andriana)

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved