Perang Rusia Ukraina

Rusia Tak Ingin Kompromi, Serangan ke Ukraina akan Berlanjut Jika Tujuannya Tak Tercapai

Duta Besar Rusia untuk Indonesia mengatakan tak ingin tawar-menawar dalam perundingan damai untuk menghentikan serangannya ke Ukraina.

Editor: Teguh Suprayitno
AFP/SERGEI SUPINSKY
Anggota layanan Ukraina terlihat di lokasi pertempuran dengan kelompok penyerang Rusia di ibukota Ukraina, Kyiv, pada pagi hari 26 Februari 2022, menurut personel layanan Ukraina di tempat kejadian. - Lebih dari 2.100 penduduk Mariupol telah tewas sejak invasi Rusia dimulai. 

TRIBUNJAMBI.COM, JAKARTA - Duta Besar Rusia untuk Indonesia mengatakan tak ingin tawar-menawar dalam perundingan damai untuk menghentikan serangannya ke Ukraina.

“Kami tak akan tawar-menawar, kami melindungi kepentingan kami. Tujuan kami untuk demiliterisasi dan de-nazifikasi Ukraina. Dan menurut Presiden kami (Vladimir Putin) itu akan terwujud,” kata Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobyovo dalam konferensi pers di Jakarta pada Rabu (23/3/2022).

“Jika kami dapat melakukannya lewat cara diplomatik itu akan baik dan operasi (militer) akan langsung berhenti. Tapi jika kami tidak dapat melakukannya secara diplomatik kami akan melanjutkan (serangan),” tegasnya.

Vorobyovo mengaku tidak bisa memberi tahu tanggal pasti kapan operasi militer Rusia akan berakhir, namun dia mengklaim pihaknya juga berharap perdamaian bisa segera tercapai.

Sejauh ini Rusia masih menunggu hasil perundingan tingkat tinggi yang tengah berjalan di Belarus. Belum ada rencana untuk pertemuan antara Presiden Vladimir Putin dan Presiden Ukraina.

“Itu bukan keinginan kami (perang), kami tidak menduduki Ukraina, kami tidak ingin menghancurkan Ukraina, kami tidak ingin menyakiti orang Ukraina. Kami tidak ingin melakukan itu.”

Pihaknya juga membantah sejumlah gambar yang beredar, terutama soal berbagai kerusakan yang terjadi di Ukraina.

Baca juga: Ajukan Tiga Syarat ke Rusia, Ukraina Komitmen Tak Akan Gabung NATO

Rusia mengklaim tidak banyak kerusakan yang terjadi akibat serangan yang dilakukan.

Vorobyovo mengaku, Rusia turut memberikan bantuan kemanusiaan dan membuka waktu untuk koridor kemanusiaan, termasuk bersedia menerima orang-orang dari Ukraina.

“Mereka bisa datang ke Rusia. Kami telah menerima sekitar seratus ribu orang Ukraina yang mau masuk ke Rusia,“ tambahnya.

Sebelumnya setidaknya rancangan 15 poin kesepakatan perdamaian menuju persetujuan gencatan senjata dan penarikan pasukan Rusia dari Ukraina.

Dokumen tersebut akan mendorong Kyiv menyetujui netralitas dan menerima pembatasan militernya, supaya serangan Rusia ke Ukraina terutama kepada warga sipilnya segera dihentikan.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky juga diminta meninggalkan ambisi keanggotaan NATO, dan berjanji tidak menjadikan Ukraina sebagai tuan rumah pangkalan militer atau persenjataan Barat dengan imbalan perlindungan.

Baca juga: 78 Pesawat Rusia Disita Barat, Moskow Tahan Ratusan Pesawat Milik Boeing dan Airbus

Sumber yang diberi pengarahan tentang pembicaraan tersebut mengatakan kepada Financial Times, bahwa ketentuan lain termasuk hak mengabadikan bahasa Rusia di Ukraina.

Poin terbesar dalam kesepakatan perdamaian itu tetap desakan Rusia bahwa Ukraina mengakui aneksasi Krimea dan kemerdekaan Luhansk dan Donetsk.

Dalam perkembangannya, Ukraina mengatakan bahwa poin-poin itu masih sepenuhnya merupakan rancangan dari Rusia.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Rusia Tak Ingin Tawar Menawar, jika Kepentingannya Tak Tercapai Serangan Akan Berlanjut"

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved