Citra 'Buruk' KPK Era Firli Bahuri Sulit Diselamatkan, Peniliti UGM: Saya Berharap Tak Dipilih Lagi

Banyak yang tidak puas dengan kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di bawah kepemimpinan Firli Bahuri.

Editor: Teguh Suprayitno
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Ketua KPK Firli Bahuri. 

TRIBUNJAMBI.COM, JAKARTA - Banyak yang tidak puas dengan kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di bawah kepemimpinan Firli Bahuri.

Berdasar hasil jajak pendapat yang dilakukan Litbang Kompas pada 22-24 Februari 2022 menunjukkan 48,2 persen publik tidak puas dengan kinerja KPK.

Indonesia Corruption Watch (ICW) menilai persepsi masyarakat terhadap kinerja KPK pada masa kepemimpinan Firli Bahuri saat ini sulit diselamatkan.

Bahkan menurut ICW sikap pimpinan KPK justru membuat lembaga itu terkesan dijauhi masyarakat.

“Persepsi masyarakat terhadap KPK pada periode kepemimpinan Firli Bahuri ini sudah sangat sulit untuk diselamatkan. Bagaimana mungkin masyarakat akan percaya dengan kerja KPK jika dua pimpinannya saja sudah terbukti melanggar kode etik?” ujar peneliti ICW, Kurnia Ramadhana, kepada Kompas.com, Senin (21/3/2022).

Menurut Kurnia, masyarakat selama ini selalu memberi masukan kepada KPK ketika terjadi peristiwa yang menyita perhatian masyarakat. Tetapi pimpinan KPK seolah bersikap melanjutkan sikapnya yang dinilai kontroversial.

Kurnia juga menyoroti sikap Ketua KPK Firli Bahuri dan Wakil Ketua KPK Lili Pintauli Siregar.

Baca juga: Guru Besar UGM Kritik Firli Bahuri: Ini Menunjukkan Kepemimpinan yang Kacau

Pada 24 September 2020, Dewan Pengawas (Dewas) KPK menyatakan, Firli melakukan pelanggaran kode etik ringan dengan menyewa helikopter untuk keperluan pribadi.

Sedangkan pada 30 Agustus 2021, Dewas KPK memvonis Lili juga melanggar kode etik berat karena berkomunikasi dengan Wali Kota Tanjungbalai, M Syahrial, yang tengah beperkara di KPK.

Dalam putusannya, Dewas KPK menjatuhkan sanksi pada Lili berupa pemotongan gaji pokok sebesar 40 persen selama 12 bulan. Namun, putusan itu dianggap masih terlalu ringan.

Kurnia mengatakan jalan untuk membenahi citra KPK dari dalam adalah dengan membiarkan Firli Bahuri dan rekan-rekannya menyelesaikan masa tugasnya, dan kemudian menyaring kembali calon pimpinan KPK ke depan secara ketat.

Hal itu, ujar Kurnia, harus dilakukan guna menghindari potensi terjadinya skandal di kalangan pimpinan KPK.

Baca juga: Dewas KPK Seperti Tak Mau Usut Kasus Lili Pintauli di Labuhanbatu Utara

Secara terpisah, peneliti Pusat Studi Antikorupsi Universitas Gadjah Mada (UGM) Zaenur Rohman menyatakan pesimis KPK di bawah kepemimpinan Firli Bahuri bakal berbenah.

“Kecil kemungkinan pimpinan KPK mau berubah. Satu-satunya harapan saya adalah tahun depan mereka tidak lagi terpilih,” ujar Zaenur kepada Kompas.com.

Survei Litbang Kompas juga memperlihatkan ada 43,7 persen masyarakat yang merasa puas dengan kinerja komisi antirasuah tersebut.

Dilansir dari Kompas.id, jajak pendapat yang melibatkan 506 responden di 34 provinsi itu juga mengungkap sejumlah alasan publik yang menyampaikan ketidakpuasan atas kinerja KPK.

Salah satunya, ada 34,3 persen responden yang menilai kinerja Dewan Pengawas (Dewas) KPK yang tidak optimal. Selain itu, 26,7 persen responden menyoroti penurunan jumlah operasi tangkap tangan (OTT) oleh KPK.

Permasalahan lain di KPK yang menjadi perhatian masyarakat adalah terlalu banyak kontroversi (18,7 persen responden), citra pimpinan KPK (11,1 persen responden), dan tidak transparan (5,2 persen responden).

Selain itu, juga ada alasan lain seperti kinerja menurun 3,3 persen, sudah tidak independen 0,4 persen, dan pemberlakuan tes wawasan kebangsaan (TWK) terhadap pegawai KPK 0,3 persen.

Dalam jejak pendapat ini, responden juga mengungkapkan sejumlah hal terkait apa saja yang perlu diperbaiki dari KPK. Misalnya, penindakan tegas bagi pemimpin atau pegawai yang melanggar kode etik sebanyak 32,7 persen, penegakan hukum atau meningkatkan OTT 21,1 persen.

Selain itu, responden juga mendorong KPK melakukan kerja sama antar-lembaga penegak hukum 20,3 persen serta proses seleksi pemimpin dan pegawai yang lebih berintegritas 13,5 persen.

Baca juga: Harun Masiku Belum Ketemu, KPK: Kami Belum Dapat Info

Pengumpulan data survei ini dilakukan dengan cara sambungan telepon terhadap responden. Sampel ditentukan secara acak dari responden panel Litbang Kompas sesuai proporsi jumlah penduduk di tiap provinsi. Baca juga: KPK Bentuk Satgas Kawal Pembangunan IKN Nusantara Metode ini memiliki tingkat kepercayaan 95 persen dan nirpencuplikan penelitian atau margin of error 4,36 persen.

Kontroversi dan dugaan pelanggaran kode etik yang tidak ditangani secara optimal menjadi penyebab masih tingginya ketidakpuasan publik kepada lembaga antirasuah itu.

Perbaikan kinerja dinilai perlu segera dilakukan untuk mengembalikan citra dan kepercayaan publik terhadap lembaga antirasuah tersebut. (Penulis : Irfan Kamil, Tatang Guritno/ Editor : Dani Prabowo, Krisiandi, Egidius Patnistik)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "ICW Nilai Citra KPK Era Firli Bahuri Sulit Diselamatkan"

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved