Liputan Khusus

Jebakan Cukong untuk Pembalak Liar di Taman Nasional Berbak Sembilang

Taman Nasional Bebak Sembilang. Pratono Puroso. ilegal logging. liputan khusus. liputan eksklusif. Tribun Jambi. aksi pembalakan liar.

Penulis: Abdullah Usman | Editor: Andreas Eko Prasetyo
Tribunjambi.com
Kepala Balai TNBS, Pratono Puroso (kiri) 

PEMBALAK liar kerap kucing-kucingan dengan petugas Taman Nasional Bebak Sembilang. Persoalan ekonomi menjadi alasan pelaku nekat.

"Kita tahu, dalam illegal logging ini kembali lagi ke soal kebutuhan ekonomi, dan disokong dengan adanya pihak pemodal yang menjamin kegiatan mereka," kata Kepala Balai TNBS, Pratono Puroso.

"Jika ingin memutus kegiatan ini, kita tidak hanya bisa dengan melarang dan juga menindak. Tentu kita juga harus ada solusi untuk mengganti pendapatan ekonomi mereka, itulah yang kita lakukan sekarang, " lanjutnya.

Saat ini aktivitas pembalakan masih didominasi di pinggiran kawasan, tapi jika tidak segera ditangani dapat berdampak lebih buruk hingga ke dalam kawasan. Karena tidak dipungkiri, sejauh ini para pelaku mendapatkan jaminan keamanan dari oknum tertentu, sehingga mereka tergolong aman dan berani dalam beraksi.

Baca juga: Serunya Menelusuri Kawasan Hutan di TNBS Yang Sempat Tandus Akibat Karhutla

Baca juga: Ini Langkah TNBS Cegah Karhutla Melibatkan 10 Desa Penyangga

"Bahkan dari beberapa kasus dan cerita dari mantan pembalak, mereka itu terjebak perjanjian dengan pemodal. Karena di awal, para perambah ini sudah dikasih modal (terima uang). Nah untuk timbal baliknya, pemodal hanya meminta kayu," jelasnya.

"Karena itu banyak yang ingin berhenti atau beralih profesi, mereka masih terjebak di perjanjian atau istilahnya utang kayu yang harus dipenuhi, " kata Pratono.

Penanganan harus ada kerja sama lintas sektor, termasuk penegak hukum karena memang sudah masuk ranah hukum.

Beberapa upaya untuk mengubah mindset atau cara berpikir pembalak liar sudah dicoba. Semisal menyediakan lapangan usaha baru bagi eks-perambah dengan kelompok budidaya madu, budidaya telur ayam, dan beberapa kegiatan lagi yang juga dapat menghasilkan pundi rupiah.

"Meski hal tersebut butuh proses dan banyak sekali ujiannya, mulai dari kegagalan atau kurang berkembang, hingga godaan atau rayuan para pemodal nakal yang mengiming-imingi eks-pembalak ini untuk kembali," ujarnya.

Sejauh ini belum dapat dipastikan dari puluhan eks-perambah yang telah dibina sejak 2019, tidak kembali lagi ke hutan. "Itu kita ketahui dari para eks perambah yang sebelumnya juga sempat ditawari untuk kembali, " kata Pratono.

Baca juga: Kemarau di Depan Mata dan TNBS Mulai Langkah Antisipasi

Baca juga: Ini Tanggapan Pihak TNBS Soal Harimau Masuk Kampung Warga Sadu Tanjabtim

Selain lapangan usaha budidaya, Badan Restorasi Gambut dan Mangrove juga menggagas bantuan dan modal untuk menunjang perekonomian masyarakat.

"Saat ini kita tengah merencanakan untuk membangun kawasan wisata di kawasan TNB. Secara tidak langsung, jika wacana tersebut terlaksana, tentu akan menjadi peluang rupiah bagi warga sekitar dari sektor wisata, kuliner dan jasa," ujarnya berharap. (usn)

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved