Penjahit di The Hok Ini Sukses Mengantarkan Anak-anaknya Menjadi Dosen
Iria Fahmi (65) terlihat asik dengan mesin jahit tuanya. Tangannya begitu terampil mengerjakan jahitan.
Penulis: M Yon Rinaldi | Editor: Teguh Suprayitno
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Iria Fahmi (65) terlihat asik dengan mesin jahit tuanya. Tangannya begitu terampil mengerjakan jahitan ketika Tribunjambi.com beranjangsana ke rumahnya di Jalan Bangau 2 Tambak Sarj Jambi Selatan.
Mengunakan pakaian puti dengan meteran jahit yang masih melingkar di lehernya, Fahmi menyambut kehadiran Tribunjambi.com dengan senyum khasnya.
Rumah Fahmi sendiri tidak hanya dijadikan tempat tinggal saja, di sana dia membuka usaha terima jahitan sejak 1990.
Terlihat berbagai baju banyak tergantung di sana, beberapa seragam polisi yang baru selesai dikerjakan.
Di rumah ini lah, Iria Fahmi membesarkan anak-anaknya sehingga berhasil menjadi dosen di Kota Jambi.
Anak pertamanya yang bisa di sapa Uce berhasil menjadi dosen Farmasi di Fakultas Kedokteran Unja. Sedangkan anak keduanya " Riki," menjadi dosen di Universitas Batanghari.
Iria Fahmi mengatakan dia menyekolahkan anak-anakya sampai mendapatkan gelar master, dari bisnis jahit baju yang tekuni.
"Saya boleh hanya sebagai tukang jahit, tapi anak-anak saya harus jadi orang," ujarnya beberapa waktu yang lalu.
Kepada Tribunjambi.com Iria Fahmi menceritakan di saat pertama kali dia merantau dari Sumatera Barat dia hanya berbekal gunting jahit.
"Saat itu tahun 1980, saya dan istri memutuskan untuk mengadu nasib di Jambi,' ujarnya.
Pria yang memiliki dua orang anak ini tidak langsung membuka usaha jahitan, dia terlebih dahulu bekerja dengan penjahit lain di pasar tingkat.
Setelah merasa cukup mapan dia memberanikan diri untuk membuka usaha jahitan sendiri di daerah The Hok tepatnya di samping Polwil ( kalau sekarang Polda red ).
"Saat itu saya menyewa tempat seharga Rp 125 ribu per tahun, karena tidak punya uang saya hanya menyewa setengah tahun," katanya.
Untuk mendapatkan uang tambahan Nur Aida Istri Fahmi juga ikut membantu dia mencari uang dengan berjualan asinan buah.
Sepuluh tahun mengadu nasib di Jambi mulai membuahkan hasil, berbekal menjual emas hasil tabungannya diapun membeli rumah di belakang Polda.
Mulai banyak mendapatkan kepercayaan dan ramainya orderan tidak membuat gaya hidup Fahmi berubah.
Hasil dari menjahit terus dia tabung untuk keperluan pendidikan anak-anaknya.
Kini di saat anak-anaknya sudah bisa di katakan sukses dia tidak terlalu fokus lagi mengerjakan jahitan.
Walaupun tidak tutup , dia hanya mengerjakan servis atau permak pakaian saja. ( Tribun Jambi.com/ M Yon Rinaldi ).