Yayasan Setara Jambi Adakan Workshop Kolaborasi Mendukung Pekebun Swadaya Kelapa Sawit
Yayasan Setara Jambi melakukan kegiatan workshop kolaborasi. Dilaksanakan selama dua hari yaitu Selasa dan Rabu 14 dan 15 Desember 2021.
TRIBUNJAMBI.COM - Bertempat di Hotel Luminor Jambi, Yayasan Setara Jambi melakukan kegiatan workshop kolaborasi para pihak terhadap Kelompok Pekebun Kecil Dalam Mewujudkan Pengelolaan Sawit Berkelanjutan.
Kegiatan dilaksanakan selama dua hari yaitu Selasa dan Rabu 14 dan 15 Desember 2021.
Hari pertama dilakukan sesi diskusi petani dengan rantai pasok usaha sawit yaitu Perusahaan, Buyer dan Bank.
Hari kedua dilanjutkan dengan sesi diskusi bersama pihak pemerintah baik provinsi ataupun kabupaten yang dilanjutkan dengan penyerahan 1000 lembar STDB oleh Disbunakan Kabupaten Tebo kepada petani swadaya.
Workshop dilakukan secara hibryd yaitu offline dan online, 4 Pembicara hadir dalam workshop para pihak secara langsung.
Pada hari pertama hadir Sumarno dari Pihak Perusahaan Asian Agri, Sumaryanto dari Asosiasi Petani Berkah Mandah Lestari (APBML), Alvin Sandy dari PT. Royal Lestari Utama, Khusnul Zaini dari Yayasan Inisiatif Dagang Hijau (YIDH), Habibi Mainas dari PT Alam Bukit Tigapuluh (ABT), dan 2 pembicara hadir secara online yaitu Sunarto dari Unilever dan Rukaiyah Rafik dari Forum Petani Sawit Berkelanjutan Indonesia (FORTASBI).
Sumarno dari perusahaan Asian Agri menyampaikan, saat ini luas kebun kelapa sawit di Jambi 1.134.640 Hektar, 46,92% adalah pekebun swadaya, 2,5% Perkebunan negara dan 50,57 perkebunan swasta.
"Dengan jumlah tersebut menunjukkan bahwa perkebunan kelapa sawit di Jambi terus berkembang,“ ujarnya.

Ia bilang, saat ini perkebunan swadaya kelapa sawit telah tumbuh menjadi pilihan prioritas oleh banyak petani dalam upaya meningkatkan kesejahteraan.
Tingginya minat masyarakat dalam mengembangkan kelapa sawit seiring-sejalan dianggap telah ikut serta mengakibatkan kerusakan ekologi seperti kebakaran dan kerusakan hutan.
"Selain itu, pengelolaan kelapa sawit yang dilakukan pekebun swadaya belum sesuai dengan standar perkebunan kelapa sawit yang baik (Good Agriculture Practices) sehingga masih banyak praktek kebun yang dilakukan secara asal-asalan sehingga masih banyak gap atau kesenjangan antara luas dan produksi yang dihasilkan. Kita harus terus berkolaborasi mendukung petani swadaya,“ katanya.
Nurbaya Zulhakim Direktur Setara bilang, dari persoalan-persoalan dan tantangan pekebun tersebut dilakukan Inisiatif bersama mendorong pekebun swadaya untuk melakukan praktek berkebunan berkelanjutan sebagai upaya untuk melakukan perbaikan dari berbagai aspek, ekonomi sosial dan lingkungan dalam pengelolaan kebun kelapa sawit.
Nurbaya Zulhakim mengatakan, di Provinsi Jambi dalam kurun waktu lebih kurang 7 tahun telah hadir petani sawit bersertifikat RSPO sebanyak 2.268 petani.
"Tentunya pencapaian ini merupakan kerja bersama antar NGO, Pemerintah dan pihak perusahaan dalam mendukung petani. Semoga ke petani swadaya yang sudah berserfikasi RSPO dapat membantu petani lain yang belum dan juga tentu lebih baik lagi jika kita pun berupaya untuk sertifikasi ISPO sebagai kepatuhan kita pada peraturan pemerintah,“ ujarnya.
Baca juga: Bantu Warga Saat Pandemi Corona, Yayasan Setara Jambi Bagikan Bibit Tanaman
Jumlah ini memang belum signifikan dibandingkan dengan jumlah pekebun atau luas kebun swadaya.
"Tetapi, dari sini menunjukkan bahwa pekebun swadaya pun juga mampu dan mempunyai peluang untuk dapat mempraktekkan dan mewujudkan pengelolaan kelapa sawit berkelanjutan tentunya dengan modal awal yaitu pentingnya ada kelembagaan pekebun,“ sambungnya.
Baya Zulhakim juga menyampaikan, saat ini terdapat 46 petani kelapa sawit swadaya dari 5 Kabupaten, baik yang sudah tersertifikasi RSPO dan atau yang belum.
Sementara itu, Sumaryanto dari APBLM yang mewakili 7 petani swadaya berkelanjutan menyampaikan Sertifikasi tidak mudah.
"Banyak sekali syarat yang harus kami persiapkan, butuh dukungan dari semua pihak yaitu NGO, pemerintah dan perusahaan,” ujarnya.

Selain itu harus juga ada kerja keras dan kekompakan dari petani, dari semua yang dilakukan dengan sertifikasi sawit berkelanjutan RSPO petani mendapatkan apresiasi dalam bentuk dana yang berikan kepada kami.
"Dari dana tersebut selain sebagai biaya audit juga sebagai modal membangun kantor, modal usaha pengadaan pupuk, pengadaan sembako untuk anggota, beasiswa dan tidak lupa juga untuk melakukan kegiatan konservasi lingkungan seperti Lubuk Larangan,” sambungnya.
"Intinya kita harus berusaha keras meningkatkan cara pengelolaan kebun, menjaga lingkungan dan kegiatan sosial,” pungkas Sumaryanto.
Uki dari FORTASBI juga menyampaikan sangat penting bagi petani untuk terus berupaya untuk melakukan perbaikan dan mendorong sawit berkelanjutan.
"Sertifikasi ini bukanlah tujuan melainkan media atau cara untuk terus melakukan perbaikan dalam pengelolaan kelapa sawit, dana kredit dari penjualan sertifikat itu bertujuan untuk menjadi penyemangat petani yang harus dikelola secara bertanggung-jawab dan memberikan manfaat yang lebih luas lagi untuk ekonomi dan lingkungan,” katanya.
Baca juga: Fortasbi Bekerjasama Dengan Dirjen Perkebunan RI dan Setara Jambi Menyelenggarakan Workshop
"Untuk mewujudkan Ekonomi Hijau memang harus dilakukan secara bersama – sama dalam satu kerangka kerja kolaborasi, melibatkan semua pihak dengan peran serta masing-masing yang saling berkontribusi,” sambung Khusnul Zaini dari YIDH.
Selain dihadiri narasumber, peserta yang terdiri dari petani, juga hadir perwakilan dari Bank Mandiri, Bank 9 dan Bank BNI, secara online hadir juga SPOI-UNDP, SMART dan GAR.
Dengan dipandu oleh Rivani Noor diskusi berjalan dengan antusias, petani, pihak bank aktif menyampaikan pertanyaan dan komentar gagasan dalam workshop tersebut.
Hhari ke dua workshp, dilakukan sesi diskusi pekebun swadaya dengan pemerintah dalam hal ini Dinas Perkebunan Provinsi Jambi (Panca Pria Kabid. Pengembangan dan Penyuluhan) dan Dinas Perkebunan Kabupaten Tebo (Errafik Erfianli Kabid. Bina Usaha), Merangin (Maezuan Kabid. Perkebunan), Sarolangun (Zamromy Kabid. Perkebunan), Batanghari (Erwan, Kadis) dan Muara Jambi (Nurizza, Kasi).
Sharing informasi berjalan aktif antar pekebun swadaya dengan Dinas Perkebunan berkaitan program pemerintah dan kendala-kendala yang dihadapi oleh pekebun.
Pada sesi ini Jalal Sayuti ketua Gapoktan Tanjung Sehati dari Merangin yang menyampaikan pengalaman kelompoknya dalam membangun kerja sama dengan pemerintah dan perusahaan, baik akses dan pelaksanaan program Peremajaan Sawit Rakyat, kerjasama pembibitan, persiapan ISPO dan lainnya.

Pada waktu yang sama juga dilakukan penyerahan 1000 STDB secara simbolis oleh Dinas Perkebunan, Peternakan dan Perikanan (DISBUNAKAN) Kabupaten Tebo kepada Kelapa Desa Sumber Sari Bapak Sunoto,
Ini merupakan tindak lanjut kegiatan pemetaan dan pendataan yang telah dilakukan oleh tim Setara Jambi.
Harapannya, dari hasil pemetaan dan pendataan pekebun tersebut, dengan bersinergi dengan para, banyak hal yang dapat dilakukan untuk mendukung pekebun sewadaya dalam memperkuat kelembagaannya, membantu aspek legalitas kebunnya.
Serta meningkatkan kapasitasnya sehingga mampu meningkatkan produksi kebunnya, dan dengan pengelolaan kebun secara berkelanjutan, tidak hanya menguntungkan secara ekonomi tapi juga ramah sosial dan lingkungan. Sehingga apa yang menjadi tujuan bersama pembangunan ekonomi hijau dapat terwujud.
Baca juga: Yayasan Setara Jambi Adakan Workshop Dukungan Para Pihak Petani Swadaya Makin Berdaya
Baca juga: Yayasan Setara Jambi Gelar Kegiatan Konsultasi Publik, Strategi Percepatan Penerbitan STDB di Jambi