Berita Jambi

Yayasan Setara Jambi Adakan Workshop Dukungan Para Pihak Petani Swadaya Makin Berdaya

Berita Jambi-Hadir pula dalam kesempatan ini 46 petani kelapa sawit swadaya dari 5 Kabupaten, baik yang sudah tersertifikasi RSPO dan belum yang belum

Penulis: Samsul Bahri | Editor: Nani Rachmaini
SAMSUL BAHRI/TRIBUNJAMBI.COM
Yayasan Setara Jambi adakan Workshop Dukungan Para Pihak Petani Swadaya Makin Berdaya, 

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI- Yayasan Setara Jambi melakukan Workshop Kolaborasi Para Pihak Terhadap Kelompok Pekebun Kecil Dalam Mewujudkan Pengelolaan Sawit Berkelanjutan. Pelaksanaan ini dilaksanakan selama dua hari yakni 14 hingga 15 Desember 2021 di Luminor Hotel Jambi.

Workshop dilakukan secara hibryd yaitu offline dan online. Hadir pada acara hari ini sejumlah Pembicara yaitu Sumarno dari Pihak Perusahaan Asian Agri, Sumaryanto, dari Asosiasi Petani Berkah Mandah Lestari (APBML), Alvin Sandy dari PT. Royal Lestari Utama, Khusnul Zaini dari Yayasan Inisiatif Dagang Hijau (YIDH), Habibi Mainas dari PT. Alam Bukit Tigapuluh (ABT), dan 2 pembicara hadir secara online yaitu Sunarto dari Unilever dan Rukaiyah Rafik dari Forum Petani Sawit Berkelanjutan Indonesia (FORTASBI).

Hadir pula dalam kesempatan ini 46 petani kelapa sawit swadaya dari 5 Kabupaten, baik yang sudah tersertifikasi RSPO dan belum yang belum.

Selain itu juga hadir perwakilan dari Bank Mandiri, Bank 9 dan Bank BNI, secara online hadir juga SPOI-UNDP, SMART dan GAR. Acara ini di moderatori oleh Rivani Noor.

Baya Zulhakim Direktur Yayasan Setara Jambi menyebutkan bahwa kegiatan dihari pertama ini dilakukan sesi diskusi petani dengan rantai pasok usaha sawit yaitu Perusahaan, Buyer dan Bank.dilakukan sesi diskusi petani dengan rantai pasok usaha sawit yaitu Perusahaan, Buyer dan Bank.

"Nantinya dihari kedua dilanjutkan dengan sesi diskusi bersama Pihak Pemerintah baik Provinsi ataupun kabupaten yang akan dilanjutkan dengan penyerahan 1000 lembar STDB oleh DISBUNAKAN Kabupaten Tebo kepada petani swadaya," ungkapnya.

Sumarno, Pihak Perusahaan Asian Agri pada kesempatan ini memaparkan bahwa luas kebun kelapa sawit di Jambi 1.134.640 Hektar, 46,92% adalah pekebun swadaya 2,5% Pekrebunan negara dan 50,57 perkebunan swasta, dengan jumlah tersebut menunjukkan bahwa perkebunan kelapa sawit di Jambi terus berkembang. Perkebunan swadaya kelapa sawit telah tumbuh menjadi pilihan prioritas oleh banyak petani dalam upaya peningkatkan kesejahteraan.

"Tingginya minat masyarakat dalam mengembangkan kelapa sawit seiring-sejalan dianggap telah ikut serta mengakibatkan kerusakan ekologi seperti kebakaran dan kerusakan hutan," sebutnya.

"Selain itu pengelolaan kelapa sawit yang dilakukan pekebun swadaya belum sesuai dengan standar perkebunan kelapa sawit yang baik (Good Agriculture Practices) sehingga masih banyak praktek kebun yang dilakukan secara asal-asalan sehingga masih banyak gap atau kesenjangan antara luas dan produksi yang dihasilkan. Kita harus terus berkolaborasi mendukung petani swadaya," tambahnya.

Sementara itu, Baya Zulhakim, Direktur Setara menambahkan bahwa dari persoalan-persoalan dan tantangan pekebun tersebut dilakukan Inisiatif bersama mendorong pekebun swadaya untuk melakukan praktek berkebunan berkelanjutan sebagai upaya untuk melakukan perbaikan dari berbagai aspek, ekonomi sosial dan lingkungan dalam pengelolaan kebun kelapa sawit.

"Di Provinsi Jambi dalam kurun waktu lebih kurang 7 tahun telah hadir petani sawit bersertifikat RSPO sebanyak 2.268 petani. Tentunya pencapaian ini merupakan kerja bersama antar NGO, Pemerintah dan pihak perusahaan dalam mendukung petani," ucapnya.

"Semoga ke petani swadaya yang sudah berserfikasi RSPO dapat membantu petani lain yang belum dan juga tentu lebih baik lagi jika kita pun berupaya untuk sertifikasi ISPO sebagai kepatuhan kita pada peraturan pemerintah," tambahnya.

Ia kembali menerangkan bahwa jumlah ini memang belum signifikan dibandingkan dengan jumlah pekebun atau luas kebun swadaya. Akan tetapi dari sini menunjukkan bahwa pekebun swadaya pun juga mampu dan mempunyai peluang untuk dapat mempraktekkan dan mewujudkan pengelolaan kelapa sawit berkelanjutan.

"Tentunya dengan modal awal yaitu pentingnya ada kelembagaan pekebun," katanya.

Diskusi berjalan dengan antusias, petani, pihak bank aktif menyampaikan pertanyaan dan komentar gagasan dalam workshop tersebut.

Disisi lain, Sumaryanto dari APBLM yang mewakili 7 petani swadaya berkelanjutan menyebutkan sertifikasi tidak mudah, banyak sekali syarat yang harus Ia persiapkan, butuh dukungan dari semua pihak, NGO, pemerintah dan perusahaan.

"Selain itu harus juga ada kerja keras dan kekompokan dari petani, dari semua yang dilakukan dengan sertifikasi sawit berkelanjutan RSPO petani mendapatkan apresiasi dalam bentuk dana yang berikan kepada kami, dari dana tersebut selain sebagai biaya audit juga sebagai modal membangun kantor, modal usaha pengadaan pupuk, pengadaan sembako untuk anggota, beasiswa dan tidak lupa juga untuk melakukan kegiatan konservasi lingkungan seperti Lubuk Larangan," tuturnya.

"Intinya kita harus berusaha keras meningkatkan cara pengelolaan kebun, menjaga lingkungan dan kegiatan sosial," pungkasnya.

Di sisi lain, Rukaiyah Rafik dari FORTASBI bahwa sangat penting bagi petani untuk terus berupaya untuk melakukan perbaikan dan mendorong sawit berkelanjutan. Katanya sertifikasi ini bukanlah tujuan melainkan media atau cara untuk terus melakukan perbaikan dalam pengelolaan kelapa sawit, dana kredit dari penjualan.

"Sertifikat itu bertujuan untuk menjadi penyemangat petani yang harus dikelola secara bertanggung-jawab dan memberikan manfaat yang lebih luas lagi untuk ekonomi dan lingkungan," pungkasnya. (*)

Baca juga: Yayasan Setara Jambi Gelar Kegiatan Konsultasi Publik, Strategi Percepatan Penerbitan STDB di Jambi

Baca juga: Yayasan Setara Bagikan Ratusan Bibit Sayur, Bantu Warga Terdampak Pandemi Covid-19

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved