Militer Indonesia

Kisah Soeharto Pegawai Bank Jadi Tentara hingga 32 Tahun Menjabat Presiden

Berikut kisah Soeharto dari pegawai Bank jadi tentara hingga seorang presiden selama 32 tahun

Editor: Heri Prihartono
Commons Wikimedia
Soeharto kala masih menjabat Presiden Indonesia 

TRIBUNJAMBI.COM - Soeharto, Presiden Kedua Indonesia yang dulunya pernah menjadi seorang pegawai Bank.

Karir Soeharto kian melesat saat menjadi anggota ABRI dengan Pangkat tertinggi sebagai seorang jenderal.

Berikut kisah menarik dari sosok Soeharto yang memimpin Indonesia selama 32 tahun.

 Soeharto awalnya seorang  pegawai bank, sebelum akhirnya menjadi tentara dan presiden.

Pembeda dari sosok Soeharto dibandingkan dengan anak lain  adalah sifatnya yang cenderung pendiam dan tertutup.

 Soeharto yang terkenal rajin dan murah senyum ini termasuk lumayan gampang bergaul. Namun, teman yang benar-benar akrab dengannya hanya sedikit!

Soeharto lebih banyak menghabiskan waktunya buat bertani. Soeharto yang sangat mengagumi pakliknya, Prawirohardjo, paling jago menanam bawang bombai dan bawang putih.

Lulus SD, Soeharto meneruskan ke Schakel School, sebuah sekolah menengah pertama yang ada di Wonogiri.

Karena jaraknya cukup jauh dari rumah buliknya, dia pun harus pindah.

Demi bisa  sekolah, Soeharto rela menumpang tinggal di rumah kakak Sulardi, sahabatnya, di Selogiri.

Soeharto dan Sulardi  tidur  sekamar berdua.

Belum lama tinggal di sana sayangnya  kakak Sulardi cerai dengan suaminya.

Hingga akhirnya  Soeharto mencari tempat "numpang tidur" yang baru.

Oleh bapaknya, Soeharto kemudian  dititipkan pada sahabatnya, Hardjowijono.

Dia adalah  pensiunan yang tidak memiliki anak dan  tinggal di Wonogiri.

Pada 1939, Soeharto tamat dari  sekolah menengah pertamanya.

Menjelang ujian kelulusan, gelombang protes bangsa Indonesia terhadap penjajahan pemerintah kolonial Belanda kian  kencang.

Soeharto saat itu memilih berkonsentrasi penuh pada ujian kelulusan.

Setelah tamat, Soeharto kembali ke Wuryantoro, tempat buliknya (tante).

Alasannya bapaknya tak mampu membiayai melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.

 Soeharto berniat meminta tolong dicarikan pekerjaan oleh pakliknya (oom).

Soeharto berkerja sebagai juru tulis di sebuah bank desa.

Seragam kerjanya blangkon, beskap dan sarung.

Ceritanya, sarung yang dipakai Soeharto  tiap hari udah lusuh.

Kemudian dia  dipinjami oleh buliknya sarung kesayangannya.

Sarung-sarung itu  nyangkut di jari-jari sepeda yang sedang ia tunggangi.

Peristiwa itu mengakhiri perjalanan  Soeharto sebagai juru tulis bank desa.

Cari peruntungan ke Solo dan tentara Belanda

Setelah merasakan hidup menganggur, Soeharto mencoba peruntungan ke Solo.

Seorang teman menginformasikan bahwa Angkatan Laut Belanda sedang mencari juru masak.

Sampai di Solo, lowongan yang dimaksud tidak ada.

Dengan kecewa, Soeharto memilih kembali ke Wuryantoro.

Bung Karno diapit dua jenderal Angkatan Darat, AH Nasution (kiri) dan Soeharto. Ketiganya tertawa lebar saat bertemu di Istana Merdeka, Jakarta, tahun 1966. | kompas.com Bung Karno diapit dua jenderal Angkatan Darat, AH Nasution (kiri) dan Soeharto. Ketiganya tertawa lebar saat bertemu di Istana Merdeka, Jakarta, tahun 1966. | kompas.com ()

Soeharto kemudian bekerja serabutan, dari ikut membangun langgar sampai membersihkan selokan air, supaya bisa menyambung hidup.

Soeharto mendengar informasi lowongan kerja lagi yakni Angkatan Perang Belanda (KNIL).

Pada 1 Juni 1940 Soeharto mantap mendaftar sebagai prajurit.

Soeharto mendapat pelatihan kemiliteran yang keras.

Dari subuh sampai larut malam, tidak henti-hentinya digembleng fisik dan mental.

Namun Soeharto tidak merasa tertekan.

Kehidupan masa kecil yang serba tak pasti, justru membuatnya kepincut dengan disiplin keras dan keteraturan yang diajarkan di sana.

Soeharto sukses lulus sebagai kadet terbaik di angkatannya.

Selesai pelatihan kemudian Soeharto dikirim ke Batalyon XIII di Rampal, Malang.

Pada 2 Desember 1940 Soeharto diberi gelar kopral.

Soeharto dikirim ke Gombong buat menjalani latihan lanjutan. Dan, begitu lulus dinaikkan pangkatnya jadi sersan.

Baru saja mendapat  gelar sersan, tahu-tahu Jepang merapat ke Indonesia.

Jepang saat itu menyerang Belanda untuk merebut Indonesia.

Belanda kalah, karier Soeharto sebagai prajurit terhenti.

Soeharto memutuskan pergi ke Yogyakarta, mencari pekerjaan baru.

Di Yogyakarta, awalnya Soeharto memilih belajar mengetik supaya punya bekal mencari kerja lain.

Tidak lama kemudian Soeharto jatuh sakit.

Soeharto membaca pengumuman bahwa satuan polisi Jepang, Keibuho, membuka lowongan.

 Soeharto mendaftar.

Dia kemudian  di Keibuho, karier Soeharto cepat melesat.

Performanya yang bagus  dari Soeharto tercium ke mana-mana.

PETA atau Pembela Tanah Air, sebuah kekuatan sosial yang didirikan oleh putra-putri negeri untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, membujuk Soeharto agar  bergabung.

Soeharto setuju dan mulai melakukan "dualisme": tetap jadi anggota Keibuho, namun diam-diam ikut PETA.

Dari PETA inilah karier militer dan politik Soeharto di Indonesia mulai naik.

Sampai akhirnya, dia bisa jadi Presiden ke-2 Rl dan berkuasa selama 32 tahun.

Artikel ini pernah tayang di Majalah Hai edisi 18 Februari 2008

(Tribunjambi.com)

Berita lainnya seputar Soeharto

Sumber: Hai
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved