Militer Indonesia
Sejarah 1996, Kopassus dan Kostrad Selamatkan Tim Peneliti yang Disandera KKB
Berikut kisah prajurit Kopassus dan Kostrad jalani misi selamatkan sandera di Papua pada 8 Januari 1996.
Tanggal 8 Januari menjelang hari-hari kepulangan ke Jakarta, mereka para peneliti berkumpul di rumah kayu milik Pendeta Adriaan van der Bijl asal Belanda yang sudah menetap di sana sejak tahun 1963.
Saat itu, sang pemilik rumah sedang pergi, berkeliling ke daerah Mbua dan Alama untuk menyusun kegiatan misionaris bersama istrinya.
Secara mengejutkan datanglah sekelompok suku setempat berjumlah puluhan orang berpakaian perang, lengkap dengan tombak.
Seorang pria diduga sebagai komandan, membawa senapan laras panjang M-16 yang diacung-acungkan dan sesekali ditembakkan ke udara.
Mereka mendobrak mendobrak pintu yang dikunci Tim Lorentz, memaksa masuk, menyerang, menyandera tim, dan akhirnya membawa seluruh tim peneliti ke hutan pedalaman.
Tim Lorentz hilang jejaknya.
Penyanderaan Tim Lorentz mulai menghiasi media massa dan menjadi berita besar hingga ke Jakarta bahkan dunia.
Pemerintah segera meminta ABRI (TNI) melakukan penyelamatan.
Komandan Jenderal Kopassus saat itu (Mayjen TNI Prabowo Subianto) memimpin misi penyelamatan.
Beberapa satuan TNI lainnya dilibatkan dalam misi penyelamatan ini.
Meski lima bulan berlalu, penyanderaan Tim Lorentz oleh GPK-OPM yang akhirnya diketahui dipimpin oleh panglima bernama Kelly Kwalik, belum juga membuahkan hasil.
Penyandera berpindah-pindah tempat sambil mengirimkan beberapa pesan tuntutan mereka kepada Pemerintah RI.
Dalam buku Sandera, 130 Hari Terperangkap di Mapenduma (1997) disebutkan, pasukan yang dibawa Kelly Kwalik awalnya berjumlah 50 orang.
Selanjutnya ditambah lagi hingga menjadi 100 orang.
Tanggal 7 Mei 1996, satu kompi pasukan batalyon Linud 330/Kostrad di bawah pimpinan Kapten Inf Agus Rochim dikirim ke Timika untuk menambah kekuatan.