Sumpah Pemuda

Wibawa Soekarno Saat Berpidato Diungkap Kwee Thiam Hong Tokoh Sumpah Pemuda

Berikut artikel tentang Kwee Thiam Hong tokoh Sumpah Pemuda yang memuji kepiawaian Soekarno saat berpidato

Editor: Heri Prihartono
ISTIMEWA
Sosok Soekarno yang berkharisma saat Berpidato 

"Masih!" Pak Budiman menjawab tegas dan mengangguk dalam-dalam.

"Waktu itu sudah malam. Sugondo membacakannya dengan khidmat. Semua berdiri kecuali yang dari P.I.D. Itu, dinas intelijennya Belanda. Malam itu, Supratman juga memainkan lagu Indonesia Raya dengan violnya. Aduh, dengar lagu itu, hati ini bukan main dah," kata Kwee Thiam Hong sambil memegang dada. Suaranya bergetar dan matanya berkaca-kaca.

"Cuma itu waktu, lagunya agak beda dengan yang sekarang."

Sampai di sini, raut muka Kwee Thiam Hong sontak berubah. Dengan bersemangat sambil menggerakkan tangannya mengikuti irama, Kwee Thiam Hong bernyanyi

"Indones! Indones! Mulia! Mulia! Begitu itu! Sebab, Belanda itu tidak suka dengar nama Indonesia. Dan kata merdeka itu seperti momok bagi Belanda. Kata merdeka itu saja bisa buat orang masuk penjara."

"Kenal dengan WR. Supratman?"

"Ya, dulu kita sama-sama di Sinpo. Kita sering makan siang bersama. Makan gado-gado atau sate kambing."
Yang dimaksudnya dengan Sin Po adalah surat kabar Cina yang terbit waktu itu.

"Jadi Pak Budiman pernah jadi wartawan?"

Kwee Thiam Hong tertawa dan sesudah itu berkata, "Begini, ya. Terus terang saja, sejak umur 9 tahun saya sudah kirim berita ke Berita Andalas. Waktu itu saya suka kirim berita kota. Orang nyolong ayam. Orang lagi judi ketangkep polisi.
Lumayan, untuk tiap berita dapat segobang. Segobang dulu itu banyak. Nah, waktu saya tahu, Supratman buat lagu Indonesia Raya, saya pikir, boleh juga anak itu."

"Oh, ya, tentang penabuh genderang itu bagaimana?"

"Yah, itu ceritanya begini! Waktu itu ada perayaan tentang penutupan kongres. Acaranya macam-macam, antaranya api unggun. Kelompok saya mengadakan api unggun di daerah Tanah Tinggi. Dulu di sana masih banyak lapangan terbuka. Ternyata api unggun diserbu polisi Belanda. Kita terpaksa bubar dan digiring ke Hopbiro.

Semacam tahanan rupanya dia sempat menginap semalam di sana. Waktu itu polisi Belanda bilang, he, kamu kan orang Cina! Buat apa ikut-ikutan?"

"Pak Budiman bilang apa?"

"Wah, waktu itu nggak-berani lawan. Kita belum bisa apa-apa. Jadi saya bilang, tidak apa-apa toh. Saya kan anggota pandu. Lalu dia tanya, apa jabatan saya. Saya bilang, itu pemukul genderang," cerita Pak Budiman sambil menggerakkan tangannya menirukan menabuh genderang.

Pembicaraan kami sudah berlangsung dua jam. Meskipun sebenarnya  Kwee Thiam Hong tidak boleh bercerita panjang. Sesudah itu biasanya ia jadi sesak napas.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved