Biaya Pemilu 2024 Mencapai Rp 86,2 Triliun, DPR Desak KPU Hitung Ulang

Biaya pemilu 2024 akan mencapai Rp 86,2 triliun atau tiga kali lipat dari pemilu 2014 silam.

Editor: Teguh Suprayitno
.(SERAMBI/M ANSHAR)
Ilustrasi Pemilu 

TRIBUNJAMBI.COM, JAKARTA- Biaya pemilu 2024 akan mencapai Rp 86,2 triliun. Jumlah itu tiga kali lipat lebih besar jika dibanding dengan biaya pemilu 2019 silam.

Anggota Komisi II DPR RI Guspardi Gaus meminta anggaran Pemilu 2024 yang diajukan Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk dihitung ulang.

"Anggaran yang diusulkan KPU akan dilakukan perhitungan ulang kembali karena efisiensi Itu adalah sebuah keniscayaan. Prinsipnya anggaran itu, pertama, harus rasional, dan kedua harus objektif, ketiga harus efisien dan efektif," ujar Guspardi dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (21/9/2021).

Guspardi juga meminta KPU memperlihatkan kepekaannya terhadap kondisi pandemi Covid-19 dan kondisi ekonomi yang belum pulih saat ini.

Hal itu menurutnya harus menjadi pertimbangan KPU dalam mengusulkan anggaran Pemilu Serentak 2024.

Guspardi mengatakan bahwa anggaran Pemilu 2024 melonjak lebih dari tiga kali lipat dari Pemilu 2019 karena tiga hal, yaitu honor petugas pemilu, infrastruktur kantor, dan operasional kendaraan.

Ia menjelaskan bahwa anggaran Pemilu 2014 sekitar Rp16 triliun, Pemilu 2019 sekitar Rp27 triliun, dan usulan anggaran Pemilu 2024 sekitar Rp86,2 triliun.

"Usulan anggaran untuk Pemilu 2024 artinya terjadi kenaikan lebih tiga kali lipat. KPU seharusnya bisa kreatif dan inovatif dalam merencanakan anggaran," katanya.

Baca juga: Jokowi Mania Tak Gentar Dukung Ganjar Pranowo di Pilpres 2024, Sikap PDIP Dikritik Tak Dewasa

Baca juga: Nasib Ganjar Pranowo Bersaing dengan Puan Maharani di PDIP, Jokowi Mania Bereaksi

Baca juga: Diperiksa KPK Terkait Korupsi, Anies Baswedan Justru Pamer Soal Penanganan Covid-19 di Jakarta

Dalam sebuah diskusi beberapa hari lalu, Ketua KPU menyebutkan 70 persen dari total anggaran yang diusulkan itu untuk honorarium.

"Jika dikalkulasikan berarti Rp60 triliun tersedot hanya untuk honorarium. Karena KPU mengusulkan honor petugas badan ad hoc sesuai upah minimum regional (UMR) di daerah masing-masing," katanya.

Ia mengatakan bahwa honor untuk panitia pemilihan kecamatan (PPK), panitia pemungutan suara (PPS), dan kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) diusulkan dinaikkan sesuai dengan upah minimum regional (UMR) dari daerah kabupaten/kota yang bersangkutan.

Guspardi menjelaskan bahwa melonjaknya anggaran Pemilu 2024 yang diusulkan KPU juga untuk pengadaan infrastruktur kantor yang bernilai sekitar Rp3,2 triliun.

Ilustrasi Pemilu
Ilustrasi Pemilu (.(SERAMBI/M ANSHAR))

"Namun, KPU sebenarnya tidak harus membangun kantor baru, bisa memakai gedung dan/atau gudang yang tidak dipakai pemerintah daerah (pemda) kabupaten/kota dan provinsi," ujarnya.

Menurut dia, mengapa KPU tidak melakukan pendekatan kepada Menteri Dalam Negeri yang merupakan pembina kepala daerah sebagai fasilitator untuk mengomunikasikan kepada kepala daerah agar pengadaan kantor itu bisa dipinjamkan dari kepala daerah.

Selain itu, Guspardi mengatakan bahwa pengadaan mobilitas yang jumlahnya sekitar Rp287 miliar tidak sedikit sehingga kenapa juga tidak dimanfaatkan cara lain atau memanfaatkan mobil yang sudah ada.

Ia mengatakan bahwa Komisi II DPR akan segera melakukan konsinyering dengan Pemerintah dan penyelenggara pemilu untuk membahas lebih lanjut mengenai anggaran Pemilu 2024.

Berita ini telah tayang di Kompas.TV

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved