Kopassus
Lebih Sangar dari Kopassus, Penjaga Presiden Soekarno Ini Disebut Misterius dan Dijuluki Den Harin
Bila Indonesia miliki satuan elite ditakuni bernama Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Namun siapa yang sangka, ada pula satuan elite lebih mengerikan
Pasukan Sekutu itu selain membawa pasukan Belanda juga membekali diri dengan “surat sakti”, yakni Perjanjian Postdam yang ditandatangani pada 26 Juli 1945.
Isi perjanjian Postdam itu menyatakan bahwa “wilayah yang diduduki musuh” (occupied area) harus dikembalikan kepada penguasa semula."
Jika isi perjanjian itu dikaitkan dengan Indonesia, berarti pasukan Jepang harus mengembalikan Indonesia kepada Belanda.
Baca juga: Kisah Presiden Soekarno Saat Meminjam Uang Kepada TD Pardede untuk Bayar Utang dan Beli Cat
Baca juga: Biasa Pro Jokowi, Alasan Ade Armando Tolak Presiden Tiga Periode, Singgung Soekarno dan Soeharto
Baca juga: Sosok Legendaris Kopassus Ini Tolak Permintaan Soekarno Buat Jadi Menantu Presiden, Ini Alasannya
Singkat kata Belanda memang ingin menguasai Indonesia lagi dan menjadikan Makassar sebagai ibu kota Negara Indonesia Timur.
Kisah Pasukan Khusus Bennie Adkins Diselamatkan Harimau Sumatera Seusai 4 Hari Tempur Habis-habisan
ilustrasi
Para pejuang kemerdekaan di Makassar pun kemudian membentuk pasukan perlawanan demi melawan pasukan Belanda.
Pasukan perlawanan yang saat itu berhasil dibentuk untuk mempertahankan kemerdekaan RI adalah Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi (Lapris).
Satu pejuang Lapris yang kemudian gugur dan menjadi pahlawan nasional adalah Robert Wolter Mongisidi.
Karena perlawanan pasukan Lapris selalu berhasil dipukul mundur oleh pasukan Belanda, kekuatannya menjadi terpecah-pecah.
Pada serangan militer Belanda yang dilancarkan pada 8 Agustus 1946, kubu pasukan Lapris yang berada di Gunung Ranaya berhasil dihancurkan dan para pejuang Lapris pun memilih turun gunung .
Mereka kemudian melanjutkan perlawanan melalui taktik peperangan secara gerilya.
Salah satu personel yang terus bertempur secara gerilya adalah Maulwi Saelan, yang kelak menjadi pengawal pribadi Presiden Soekarno.
Maulwi yang pada puncak kariernya berpangkat kolonel juga menjabat sebagai Wakil Komandan Pasukan Pengawal Presiden, Cakrabirawa.
Setelah turun gunung dan kembali meneruskan perjuangan ke Makassar, Maulwi dan rekan-rekan seperjuangan kemudian mencari nama baru bagi pasukan gerilyanya yang juga merupakan pasukan khusus itu.
Baca juga: Trik Kopassus Jalani Misi Rahasia dengan Gaya Bak Mahasiswa, Dijuluki The Blue Jeans Soldiers
Baca juga: Kala Kopassus Cari Anak Miliarder ke Papua dan Dianggap Burung Raksasa oleh Suku di Pedalaman Hutan
Baca juga: Kopassus Merayap dan Ditembaki Instruktur dari Dekat, Latihan Ini Bisa Buat Prajurit Biasa Pingsan
Karena pada masa penjajahan Jepang Maulwi dan rekannya suka menonton film yang ada harimaunya, pasukan gerilya Maulwi kemudian dinamai Pasukan Harimau Indonesia.