Kopassus
Lebih Sangar dari Kopassus, Penjaga Presiden Soekarno Ini Disebut Misterius dan Dijuluki Den Harin
Bila Indonesia miliki satuan elite ditakuni bernama Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Namun siapa yang sangka, ada pula satuan elite lebih mengerikan
TRIBUNJAMBI.COM - Bila Indonesia miliki satuan elite ditakuni bernama Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Namun siapa yang sangka, ada pula satuan elite lebih mengerikan dari Kopassus di zaman Presiden Soekarno.
Hanya saja, penampakannya satuan elite itu tidak terungkap hingga kini karena misteriusnya pasukan khusus itu.
Bahkan belum ada dokumen satu pun yang menampakkan wujud dari pasukan yang dijuluki Den Harin atau dengan nama lengkap Detasemen Harimau.
Kisah pasukan itu semua berawal dari presiden pertama Indonesia, Ir Soekarno selalu berhasil meninggalkan cerita mengesankan hingga saat ini menarik untuk diulas.
Satu contohnya adalah cerita penjaga terakhir Soekarno yang jarang terekspos.

Cerita tentang para penjaga Soekarno sebelum kehebatan Kopassus dikenal dan diakui dunia.
Sebuah pasukan khusus yang ternyata ditakuti lebih dari Kopassus, pasukan ini bernama Datasemen Harimau (Den Harin).
Pasukan Den Harin ternyata sangat terkenal saat zaman Soekarno menjabat sebagai Presiden Indonesia saat itu.
Berikut cerita lebih lengkapnya, seperti dikutip dari Tribun Jambi.
Aksi pasukan Den Harin sangat ditakuti seperti halnya pasukan elite saat ini, Kopassus.
Sebelumya, Presiden Soekarno lakukan Proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945, namun hal ini sulit untuk dilihat oleh masyarakat.
Khususnya oleh rakyat Sulawesi Selatan karena masih jarang yang memiliki radio.
Oleh karena itu, pasukan NICA dan KNIL yang sudah dibebaskan oleh pasukan Jepang dari tahanan memanfaatkan situasi minimnya informasi di Sulawesi Selatan itu untuk mengambil alih kekuasaan.
Pasukan NICA dan KNIl yang dengan cepat melakukan konsolidasi itu langsung memiliki pengaruh karena didukung persenjataan hasil rampasan dari pasukan Jepang yang sudah menyerah kepada Sekutu.
Pada 24 September 1945, pasukan Sekutu (Australia-Belanda) mendarat di Makassar untuk melaksanakan misi pembebasan tawanan pasukan Belanda yang ditahan Jepang sekaligus melucuti persenjataan pasukan Jepang.