Kisah Intel Andalan Siang Jualan Bakso Kalau Malam Jadi Hansip dan Jual Sekoteng
"Kadang kami menyamar jadi tukang bakso dan pedagang lainnya. Yang bikin bahagia saat mampu ungkap pelaku, baik curat, curas, maupun curanmor," ujarny
Ia sudah mengalami pahit getir hidup di jalanan memburu para pelaku kejahatan. Secara umum, ia mengalami apa yang dialami oleh Tri.
"Secara umum, anggota lapangan memang seperti itu, 24 jam bekerja di lapangan. Sering tidak pulang, kami mengumpulkan bukti demi bukti untuk membuat terang perkara. Saat perkara terungkap, tentu kebanggaan tersendiri bagi kami," ujar Rudi.
Soal penyamaran, ia sudah mahir betul bagaimana mengumpulkan keterangan demi keterangan dengan menyamar dengan beragam profesi. Umumnya, ia sudah paham dengan profesi pedagang keliling.
"Jadi pedagang sapu lidi keliling pernah. Keterangan demi keterangan kami kumpulkan, kami cari alat buktinya, dan akhirnya bisa terungkap," ujar Rudi.
M Rifai, sebagai perwira menengah lulusan Akpol 2000, sudah melewati banyak hal untuk mengungkap kejahatan.
"Kadang kami menyamar jadi tukang bakso dan pedagang lainnya. Yang bikin bahagia saat mampu ungkap pelaku, baik curat, curas, maupun curanmor," kata M Rifai.
Ia mengakui, tanpa ada anggota-anggota seperti Tri, Rudi, dan yang lainnya, pelaku kejahatan tidak akan terungkap.
"Anggota punya peranan penting dalam mengungkap kasus. Seringkali mereka tidak pulang berhari-hari untuk cari pelaku, saya apresiasi, mereka sangat berdedikasi," kata M Rifai.
+ Berubah jadi pedagang cilok
Kisah intel yang ini juga menarik. Tim Intelijen Densus 88 berusaha menangkap calon pengantin atau pelaku bom bunuh diri bernama Ali Uighur alias Abu Nash'ab alias Fariz Kusuma (27).
Penyamaran tim Densus 88 sempat menimbulkan kecurigaan sejumlah warga. Dia menyamar jadi pedagang cilok.
Selain cara berdagangnya yang tak lazim, pedagang cilok itu juga muncul beberapa hari sebelum dilakukan penangkapan Ali di rumah kontrakan yang terletak di Kampung Dukuh Jaya, RT 005/RW 009, Kelurahan Pejuang, Kecamatan Medan Satria, Kota Bekasi, Rabu (23/12/2018) sore.
"Janggal dan ngaco banget dagangnya. Saya yakin itu intel Densus. Nah, ini buktinya setelah sudah dapat targetnya, dia nggak dagang lagi," kata Supriyadi, pemilik warung kelontong di samping kontrakan yang ditempati Alli kepada Tribunnews, Kamis (24/12) malam.
Menurut Supriyadi, si pedagang cilok menjajakan dagangan dengan gerobak.
Ia berperawakan kurus, kecil, berkulit hitam kelam dan berambut tipis. Ia juga kerap mengenakan kaos hitam lusuh.