Berita Tanjabtim
Nelayan Tanjabtim Belum Bisa Makmur, Banyak yang Masih Bergantung Pada 'Induk Semang'
Profesi sebagai nelayan masih mendominsai sebagai mata pencarian masyarakat Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim).
Penulis: Abdullah Usman | Editor: Andreas Eko Prasetyo
Laporan Wartawan Tribunjambi.com, Abdullah Usman
TRIBUNJAMBI.COM, MUARA SABAK - Profesi sebagai nelayan masih mendominsai sebagai mata pencarian masyarakat Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim).
Namun sayang hasil pertukaran uang dari tangkap ikan masih jauh dari kata cukup, Rabu (30/6).
Perekonomian dan pendapatan nelayan sendiri rata-rata masih dikatakan kalangan bawah. Karena harga hasil tangkapan yang dibeli oleh penampung masih rendah.
Salah satu penyebabnya, saat ini para nelayan masih bergantung pada Toke penampung, dinilai ekonomi nelayan akan seperti itu terus, tidak akan meningkat.
Baca juga: Ingat Penemuan Tengkorak di Kanal PT WKS Tanjabtim?Ternyata Warga Sumsel, Korban Pembunuhan?
Baca juga: Potensi Kuat Kopi Liberika dan Pinang Betara Tanjabtim dan Tanjabbar Untuk Ekonomi Jambi
Namun berbeda cerita jika ada perusahaan yang mampu menampung semua hasil tangkapan nelayan dengan harga yang tinggi, kemungkinan ekonomi nelayan akan membaik.
"Nelayan itu punya Induk Semang (Toke Penampung), nelayan terus bergantung dengannya, karena nelayan memiliki utang. Tapi jika ada BUMN Perindo yang mau menampung ikan dengan harga yang diharapkan, maka bisa mengangkat perekonomian nelayan," kata Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Tanjabtim, Ibnu Hayat.
Kenapa BUMN, karena BUMN juga dapat memberi pengetahuan kepada nelayan.
Karena BUMN tersebut mempunyai kewajiban untuk mendidik mereka supaya lebih terampil, baik itu dalam pengelolan dan perbaikan alat tangkap maupun pengelolaan hasil tangkapan.
Dijelaskan Ibnu Hayat, Pemkab Tanjabtim sebelumnya telah melakukan upaya, Tim IPB turun untuk meneliti hal tersebut.
Ternyata hampir seluruh nelayan di Tanjabtim masih banyak bergantung dengan Induk Semang, maka dari itu sulit untuk mewujudkannya.
"Memang harus pelan-pelan untuk mewujudkannya. Dan itu kewenangannya adalah Pusat, dan orang Pusat lah yang akan melakukan kelayakan, bagaimana caranya 5 daerah pesisir di Jambi ini memiliki perusahaan besar yang bisa menampung hasil tangkapan nelayan," ungkapnya.
Menurutnya, sepanjang harga yang dibeli toke penampung dengan harga tidak wajar, maka akan semakin sulit nelayan untuk meningkatkan ekonominya. Nelayan pun juga tidak bisa berbuat banyak, karena masih memiliki utang tak berujung dengan Induk Semang.
Baca juga: Meski Capaian Juni Sudah Over 17 Persen, Namun Samsat Kota Jambi Terus Genjot PAD
Baca juga: Catatan KontraS: Ada 651 Kasus Kekerasan Dilakukan Polisi, Paling Banyak Penembakan
Baca juga: Kronologi Tabrakan Ayla vs Motor di di Mendalo, Pengemudi Mobil Sempat Melarikan Diri
"Nelayan itu hanya 8 bulan bisa melaut dalam setahun, sedangkan 4 bulannya tidak bisa melaut dikarenakan cuaca dan lain sebagainya. Tapi jika ada perusahaan BUMN penampung ikan disini, waktu luang 4 bulan nelayan bisa dimanfaatkan untuk diberi pembinaan," terangnya.
Ibnu Hayat menambahkan, bahwa saat ini nelayan di Kabupaten Tanjabtim telah berkurang.