WAWANCARA EKSKLUSIF

WAWANCARA EKSKLUSIF Abdul Kadir Jaelani, Jokowi Enggan Berhubungan dengan Israel

Normalisasi hubungan antara Indonesia dan Israel sejauh ini belum akan dilakukan. Itu karena Indonesia mendukung penuh terwujudnya kemerdekaan

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Istimewa
HUBUNGAN DUA NEGARA - Dirjen Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri RI Abdul Kadir Jaelani saat berbincang dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra, Sabtu (19/6/2021). (Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyud) 

Langkah awal yang perlu kita lakukan pada saat ini, kita menekankan gathering facts dulu, memanfaatkan keberadaan kedutaan besar kita, dan melakukan konsultasi secara informal.

Diplomasi sekarang sangat dipengaruhi dunia digital. Sehingga kita memanfaatkan teknologi digital dalam hal ini, termasuk menggunakan WhatsApp.

Sekadar informasi, di sini dalam konflik Israel-Palestina, Ibu Menteri Luar Negeri secara khusus melakukan konsultasi dengan mitra kerjanya. Dan kita di Kemenlu memberikan informasi dan menyiapkan talking points, bagaimana dan apa yang hendak disampaikan oleh pimpinan kita.

Apa yang dilakukan Dirjen Asia Pasifik dan Afrika saat akan memberikan masukan pada menteri?

Kita mengumpulkan fakta dulu, fakta apa yang terjadi di lapangan. Setelah memperoleh fakta, baru kemudian kita melakukan analisis. Melalui analisis itu kami memberikan saran dan rekomendasi, itu yang kita lakukan. Indonesia punya pengaruh tidak dalam menyelesaikan konflik panjang antara Israel-Palestina?

Peranan Indonesia itu sangat dielu-elukan, sangat diharapkan. Terutama dalam krisis kemarin, Ibu Menteri Luar Negeri secara khusus, bersama menteri luar negeri Turki saat ini datang ke New York. Dan apakah kita negara berpengaruh? Kita sanga berpengaruh.

Persoalannya, banyak orang berekspektasi pada sesuatu yang memang tidak bisa dilakukan. Dalam beberapa wawancara saya tegaskan, Indonesia akan melakukan apa saja sepanjang hal itu diperbolehkan dan dimungkinkan dalam koridor, praktik diplomasi dan aturan internasional.

Kita sangat berperan sekali di OKI, di majelis umum PBB, apalagi waktu kita menjadi anggota Dewan Keamanan PBB waktu 2019-2020? Pada saat itu Indonesia berperan sangat penting sekali.

Ketika kita jadi Ketua Dewan Keamanan PBB, Indonesia menolak resolusi yang berusaha meng-impose peta perdamaian Palestina yang dianggap tidak adil.

Krusial poin ada pada Israel, utamanya pada negara-negara yang selama ini memberikan support. Posisi Indonesia, apa bisa memberikan tekanan pada Israel secara direct?

Indonesia memiliki power dan bargaining position yang baik. Walaupun demikian tentu kita menyadari bahwa kita juga memiliki keterbatasan. Persoalan dalam konflik Israel-Palestina, itu seharusnya bukan hanya di pundak Indonesia saja.

Tanggung jawab semua masyarakat internasional, dan tugas utama Indonesia, kita selalu berdiri di depan, untuk mengkonsolidasikan, menggalang dukungan internasional dan dukungan internasional terhadap kemerdekaan Palestina.

Namun kita menghadapi kenyataan yang cukup sulit. Yaitu negara-negara barat terutamanya, memiliki sikap yang sedikit berbeda. Dan ini merupakan tantangan yang sedikit berat.

Saya harus akui itu. Oleh karenanya kita akan terus menghadapi ini dengan beragam tantangan yang harus kita hadapi.

Isu Palestina juga mempunyai pengaruh di dalam negeri. Hal yang seringkali menjadi sorotan adalah adanya bantuan-bantuan yang digalang masyarakat untuk Palestina. Apa Kemlu menyoroti ini?

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved