Soeharto Nyaris Jadi Sopir Taksi Tapi Dilarang Ibu Tien, 2 Kali Mau Mundur dari TNI Karena Frustasi
Soeharto pernah dua kali berniat mundur dari TNI dan niat cari pekerjaan lain, tapi ibu Tien melarangnya.
Jenderal Gatot Subroto, mantan Pangdam Diponegoro, kemudian menjadi orang yang menyelamatkan Soeharto, ketika itu usai Soeharto kalah bertarung dengan Ahmad Yani sempat menasehatinya.
Dalam nasehat tersebut, seperti ditulis oleh Daud Sinyal, dalam bukunya, 34 Wartawan Istana Bicara Tentang Pak Harto (2014), "... Tapi Pak Yani menjadi Menteri Panglima Angkatan Darat karena adalah pilihan dari Presiden/Panglima Tertinggi, sementara Pak Harto di mata Bung Karno dipandang sebagai perwira tinggi yang kopping (keras kepala).
Pak Gatot menghibur Seoharto dengan mengatakan,
"Waktumu akan sampai, malah akan mencapai kedudukan yang lebih tinggi,"
Jenderal Nasution yang mengatahui titik kelemahan psikologis Kolonel Soeharto ini menolak niatan pengunduran diri Soeharto dari dinas militernya.
Niat Mundur Kali Kedua
Niatan ingin berhenti menjadi tentara juga terbersit di benak Soeharto untuk kedua kalinya ketika Soeharto harus kalah kembali dan tidak dipilih oleh Panglima Komando Tertinggi Angkatan Bersenjata, Presiden Soekarno.
Bung Karno lebih memilih Marsekal Madya Omar Dani sebagai Panglima Komando Laga Siaga (Kolaga).
Padahal, Omar Dani baru menjadi tentara belasan tahun, jauh lebih junior dari dirinya serta tak pernah ikut perang seperti dirinya di zaman Revolusi Kemerdekaan.

Peneliti sekaligus pengamat politik, Salim Haji Said dalam bukunya, Gestapu 1965 PKI, Aidit, Sukarno dan Soeharto, menceritakan bagaimana keinginan Soeharto untuk mundur tersebut.
Padahal, ketika itu ia sudah menyandang jabatan Panglima Komando Strategis Cadangan TNI Angkatan Darat (Pangkostrad).
Zaman dulu, jabatan Pangkostrad bukanlah jabatan prestisius seperti sekarang ini.
Kostrad ketika itu, tidak memiliki pasukan yang bisa dikerahkan sewaktu-waktu, layak saat ini.
Salim Said menuliskan, pada tahun 1984, ia bertemu dengan Dayino, tokoh Partai Sosialis Indonesia (PSI) juga mantan Pemuda Patuk, teman Soeharto di masa Revolusi di Yogyakarta.
Ia menceritakan, Bu Tien pernah menyampaikan jelang Gerakan Tiga Puluh September (Gestapu) 1965, Soeharto ingin keluar dari tentara.