Soeharto Nyaris Jadi Sopir Taksi Tapi Dilarang Ibu Tien, 2 Kali Mau Mundur dari TNI Karena Frustasi
Soeharto pernah dua kali berniat mundur dari TNI dan niat cari pekerjaan lain, tapi ibu Tien melarangnya.
Niatan Mundur Pertama Kali
Setelah itu, Soeharto juga nyaris mengundurkan diri saat berpangkat kolonel.
Saat menjabat sebagai Panglima Komando Daerah Militer (Kodam) TNI Diponegoro/Jawa Tengah, akhir tahun 1950-an, ia ingin kembali mundur.
Niatan ingin mundur tersebut terbersit usai Markas Besar TBI AD (Mabesad), KSAD Jenderal Abdul Haris Nasution menurunkan Inspektur Jenderal (Irjen) TNI AD ke Kodam IV/Diponegoro.

Tim ini bertugas menyelidiki penyelewengan yang dilakukan Kolonel Soeharto ketika menjabat sebagai Pangdam.
Mayjen Pranoto Reksosamodra dalam memoarnya Catatan Jenderal Pranoto Reksosamodra, menuliskan, niat Soeharto ingin mundur usai hasil penyelidikan ia terlibat kasus penyelewengan tersebut.
Soeharto menjadi sasaran pemeriksaan Inspektur Jenderal Angkatan Darat atas perintah KSAD Nasution.
Penyelewengan yang dilakukan Soeharto berupa barter liar, monopoli cengkeh dari asosiasi pabrik-pabrik rokok kretek Jawa Tengah (PPRK), lalu penjualan besi tua (scrab material) yang disponsori oleh orang-orang China bernama Liem Sio Liong, Oei Tek Young dan Bob Hasan.
Akibat terbongkarnya bintik noda hitam kasus finec Financial adn Economy) ini, timbul niat Kolonel Soeharto untuk mengundurkan diri dari Dinas Angkatan Darat.
Akibatnya, Soeharto langsung "diparkir" menjadi tenaga pengajar di Seskoad, Bandung, Jawa Barat, untuk beberapa waktu.
Namanya kembali mencuat saat menjabat sebagai Panglima Komando Mandala Pembebasan Irian Barat disertai dengan kenaikan pangkat menjadi Mayor Jenderal, sebelumnya Brigadir Jenderal, Februari 1962.
Karena ia menjadi Panglima Komando Mandala Pembebasan Irian Barat, pada akhir-akhir masa jabatannya, Panglima TNI AD Feisal Tanjung memberikannya gelar Jenderal Bintang 5.
Perlahan-lahan karir Soeharto kembali ke relnya. Usai sukses menjalankan Operasi Mandala pembebasan Irian Barat, Presiden Soekarno belum begitu percaya sepenuhnya dengan kemampuan Soeharto.
Baca juga: Misi Super Rahasia Soeharto Buat Dunia Tercengang, Diam-diam ke Israel dan Afganistan demi Senjata
Puncaknya, saat Bung Karno lebih memilih Mayjen Ahmad Yani sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat (KSAD) menggantikan Jenderal AH Nasution, diangkat menjadi Menteri Panglima Angkatan Bersenjata (Menpangab), sekitar tahun 1964.
Padahal, dari sisi kesenioran, Soeharto lebih senior dari Ahmad Yani. Sewaktu menjabat Pangdam Diponegoro, Yani merupakan anak buahnya.