Kisah Militer RI
Ketika Prajurit Paskhas Masuki Alam Gaib saat Jalani Latihan Meloloskan Diri, 7 Hari Baru Ditemukan
TNI AU miliki satuan elite yang sangat disegani dalam pergerakkannya sebagai pasukan terlatih. Ya, siapa lagi kalau bukan Pasukan Khas (Paskhas).
TRIBUNJAMBI.COM - TNI AU miliki satuan elite yang sangat disegani dalam pergerakkannya sebagai pasukan terlatih. Ya, siapa lagi kalau bukan Pasukan Khas (Paskhas).
Untuk bisa menjadi bagian dari satuan ini, tidaklah semudah yang dibayangkan.
Bahkan ada latihan berat dan mengerikan siap menunggu calon anggotanya di lokasi Serang.
Melihat latihan anggota TNI, khususnya elite TNI memang bukan main-main gemblengannya.
Bahkan saat bergabung menjadi anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) tidaklah mudah.

Latihan berat hingga ujian yang sangat sulit harus dilalui.
Belum lagi bila memasuki fase bergabung dengan Pasukan khusus tiap angkatan di Korps TNI.
Berbicara masuk dan jadi bagian dari pasukan khusus TNI.
Satu diantara pasukan khusus Indonesia dari TNI AU sungguh memerlukan keahlian yang sangat baik.
Materi paling menegangkan dalam pendidikan siswa komando Pasukan Khas (Paskhas) pasukan khusus dari TNI AU adalah ketika memasuki tahap pelolosan diri.
Baca juga: Dor Kepala Pasukan Elite TNI Denjaka Kopassus Paskhas Diincar Sniper Musuh, Serda Asrofi Teriak
Baca juga: Kehebatan Paskhas TNI AU yang Dijatuhi Peluru KKB Papua, Hingga Separatis Kabur dan 1 Anggota Tewas
Baca juga: LENGKAP Video Paskhas TNI AU Diserang KKB Papua di Bandara, 2,5 Jam Baku Tembak, Satu Tewas
Dalam tahap pelolosan diri, dalam istilah dunia militer dikenal sebagai Survival Evasion Resistance and Escape (SERE).
Siswa komando digembleng agar bisa meloloskan diri dari kepungan musuh sambil melakukan perlawanan.
Tapi dalam sistem pendidikan komando Paskhas materi SERE yang dilaksanakan adalah menggembleng siswa selain bisa lolos dari kejaran musuh juga agar bisa mencari tempat persembunyian yang paling sulit ditemukan.
Siswa komando Paskhas yang tempat persembunyiannya tidak bisa ditemukan oleh para pemburunya dalam hal ini para pelatih, akan mendapatkan nilai tersendiri dalam proses kelulusannya.
Oleh karena itu dalam tahap materi SERE, para siswa komando Paskhas yang saat itu masih menggunakan lokasi latihan di hutan Ranca Upas, Ciwidey, Bandung.
Berusaha keras mencari tempat persembunyian yang memang paling sulit ditemukan para pelatih.

Pasalnya makin cepat siswa komando tertangkap pelatih yang berperan sebagai pasukan pengejar dan situasinya dibuat seperti dalam pertempuran sungguhan.
Siswa bersangkutan juga akan makin cepat masuk ke “kamp tawanan” untuk diinterogasi sambil dihajar.
Suatu kali ada satu personel siswa komando yang bersembunyi di bawah jembatan dalam hutan yang jarang sekali dilalui karena terkenal angker.
Ketika siswa komando itu sudah merasa aman bersembunyi di bawah jembatan dan mulai berkhayal jika dirinya tertangkap para pelatih, tiba-tiba ia seperti memasuki sebuah keraton.
Dalam keraton yang berpenghuni banyak orang itu, ia bahkan dijamu dengan makanan enak dan diberi uang serta emas dalam jumlah banyak.
Sementara itu para pelatih pendidikan komando Paskhas sudah lebih tiga hari melakukan pencarian terhadap prajurit bersangkutan dengan dibantu “orang pintar”.
Para pelatih merasa sedikit tenang dan punya harapan karena “orang pintar” bersangkutan bilang, siswa komando yang hilang akan ditemukan dalam keadaan hidup.
Pada hari ketujuh menghilangnya siswa komando Paskhas itu, para pelatih akhirnya berhasil menemukannya di bawah jembatan dalam keadaan hidup.
Siswa komando yang tidak mengalami sakit dan masih sehat itu bahkan bisa bercerita tentang pengalamannya masuk dunia gaib, diberi makan enak, diberi uang dan emas dalam jumlah banyak.
Baca juga: Kontroversi Tes Wawasan Kebangsaan Ala KPK, Pilih Mana Alquran atau Pancasila?
Baca juga: Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama, Riska Borong Jamu Kekinian dari Khaza House of Jamu
Baca juga: Nasib Tersangka Penikaman SPG Susu di Depan Jamtos, Sudah Tiga Pekan Meringkuk di Polsek Kotabaru
Tapi ketika uang dan emas yang ditaruh di saku itu dikeluarkan, ternyata hanya berupa daun-daunan dan kerikil.
Namun menghilangnya siswa komando Paskhas selama satu minggu itu ternyata berefek positif.
Para siswa pendidikan komando yang sedang digojlok di “kamp tawanan” dan diperlakukan ala tawanan perang sungguhan, siksaannya menjadi berkurang.
Atau dalam istilah para siswa komando Paskhas, interogasi dan siksaan dalam tahap penggojlokkan di kamp tawanan “lebih manusiawi”.
(Agustinus Winardi Intisari.grid.id)