Tentara dan Polisi Timor Leste Ribut Besar dan Saling Serang Gegara Ini, 37 Tewas Akibat Rusuh
Tentara dan polisi di Timor Leste terlibat perseteruan hebat. Keduanya saling serang akibat konflik yang dipicu tumpang tindih tugas.
Krisis meningkat menjadi kekerasan pada akhir April.
Pada 24 April, para pembuat petisi dan beberapa pendukung mereka mengadakan demonstrasi selama empat hari di luar Istana Pemerintah di Dili.
Baca juga: Kelompok Lekagak Telenggen Kocar-kacir Dikejar Satgas Nemangkawi, Markas KKB Papua Ditinggal Kabur
Mereka menyerukan pembentukan komisi independen untuk menangani keluhan mereka.
Kekerasan meletus pada 28 April ketika beberapa pemohon dan kelompok pemuda yang ikut protes menyerang Istana Pemerintah.
PNTL gagal menahan protes dan Istana rusak parah.
Setelah kekerasan menyebar ke daerah lain di Dili, Perdana Menteri Mari Alkatiri meminta agar F-FDTL membantu memulihkan ketertiban.
Pasukan yang tidak berpengalaman dalam pengendalian massa dikerahkan ke Dili pada tanggal 29 April dan mengakibatkan tiga kematian.
Pada tanggal 3 Mei Mayor Alfredo Reinado, komandan F-FDTL unit polisi militer, dan sebagian besar tentaranya termasuk Lt Gastao Salsinha meninggalkan pos mereka.
Hal itu mereka lakukan sebagai protes atas apa yang mereka lihat sebagai penembakan yang disengaja oleh tentara terhadap warga sipil.
Pertempuran pecah antara sisa-sisa pasukan keamanan Timor Leste dan pemberontak dan geng pada akhir Mei.
Pada tanggal 23 Mei, kelompok pemberontak Reinado menembaki personel F-FDTL dan PNTL di daerah Fatu Ahi.
Pada tanggal 24 Mei, personel F-FDTL di dekat markas besar Angkatan diserang oleh sekelompok petugas polisi pemberontak, pembuat petisi dan warga sipil bersenjata.
Serangan itu dikalahkan ketika salah satu kapal patroli komponen angkatan laut F-FDTL menembaki para penyerang.
Selama krisis, hubungan antara F-FDTL dan PNTL semakin memburuk.
Pada tanggal 25 Mei anggota F-FDTL menyerang markas PNTL.