Temukan Potongan Besi dalam Perut Ternak yang Mati, Warga Curiga Ada Santet

Saat dibedah, dalam perut ternak tersebut ditemukan potongan besi, potongan akar keras, pasir dan kerikil.

Editor: Muuhammad Ferry Fadly
int
ilustrasi dukun 

TRIBUNJAMBI.COM - Sembilan ternak milik warga mati dengan keanehan.

Kesembilan ternak tersebut terdiri dari delapan ekor sapi dan satu ekor kambing.

Di dalam perut ternak tersebut ditemukan sejumlah benda-benda aneh.

Baca juga: Ingat Film Warkop DKI, Ini 11 Cewek Cantik dan Seksi yang Sering Tampil Menggoda

Baca juga: Janda Diinspeksi Suami yang Istrinya Merantau ke Kalimantan hingga Posisi Bisa Begini Malam-malam

Baca juga: Waspada Cuaca Ekstrem, BMKG Rilis Prakiraan Cuaca Rabu 19 Mei 2021

Kejadian tersebut terjadi di Desa Sidomulyo, Kecamatan Pagerwojo, Kabupaten Tulungagung.

Hal ini tentu membuat warga setempat curiga.

Saat dibedah, dalam perut ternak tersebut ditemukan potongan besi, potongan akar keras, pasir dan kerikil.

Benda-benda ini yang menjadi penyebab kematian ternak tersebut.

Benda asing yang ada itupun memunculkan isu santet atau dalam bahasa lokal disebut jengges langsung merebak.

"Ternak yang mati ada delapan sapi milik 3 warga, dan satu kambing milik satu warga lainnya," tutur Kepala Desa Sidomulyo, Kecamatan Pagerwojo, Mulyono.

Mulyono menuturkan, sapi yang mati jenis sapi perah yang masih produktif.

Gejala awalnya sapi tidak doyan makan, lalu mati mendadak.

Warga awalnya khawatir sapi yang mati disebabkan virus.

"Akhirnya warga berinisiatif membedah sapi yang mati. Di dalam perutnya ditemukan aneka benda tak wajar itu," ungkap Mulyono.

Isu aktivitas santet di antara warga pun merebak.

Sebab tidak mungkin sapi dan kambing makan potongan besi.

"Kalau dilogika kan gak bisa, bagaimana besi bisa masuk ke dalam perut sapi dan kambing?" terang Mulyono.

Untuk meredam keresahan warga, pemerintah desa akan mengumpulkan warga.

Mulyono khawatir, ada aksi tuding di antara warga dan bisa memicu aksi main hakim sendiri.

Sementara warga juga mencari "pageran" supaya sapinya tidak ikut jadi korban.

"Semua cari cara sendiri-sendiri supaya sapinya tidak ikut jadi sasaran santet. Istilahnya cari pageran," terang Mulyono.

Kematian sapi yang disengaja biasanya dilakukan oleh pedagang nakal.

Sapi incarannya sengaja diracun agar mati dan bisa dibeli dengan harga murah.

Namun kematian beruntun sejak Mei ini, hewan ternak tidak ada pedagang yang berminat membeli sapi yang mati.

Hal itu menguatkan kecurigaan warga, kejadian itu memang karena aksi santet.

Apalagi kejadian serupa sempat merebak di tahun 2013 silam.

Kala itu nyaris terjadi aksi massa yang menghakimi pelaku.

"Saat itu pelaku saya sembunyikan, dia mau tobat. Semua ilmunya sudah dirontokkan," kenang Mulyono.

Mulyono memastikan, pelaku tahun 2013 tidak beraksi lagi karena sudah tidak punya ilmu santet.

Ia menduga ada pelaku dari luar desanya.

Menurut pelaku yang sudah bertobat, ilmu santet harus diamalkan secara berkala agar tidak menyerang dirinya sendiri.

"Jadi kalau ilmu itu tidak dipakai menyerang hewan atau orang lain, maka akan memakan dirinya sendiri."

"Saya khawatir kematian ternak warga ini karena ada yang mengamalkan santetnya," pungkas Mulyono.

Berita Terkait Lainnya

Sumber : SURYA

Sumber: Surya
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved