Kisah Kopassus
Kisah Kopassus Buat Bingung Militer AS, Dapat Tembak Jarak 300 Meter Tepat Tanpa Teropong
Teknik pelatihan pasukan khusus dari sejumlah negara itu kemudian direkomendasikan oleh Asisten Intelijen Hankam/Kepala Pusat Intelijen Strategi Letje
TRIBUNJAMBI.COM - Pasukan khusus Amerika Serikat dianggap terlalu 'mudah' dikalahkan saat tidak dibekali dengan peralatan teknologi maju.
Awal pembentukan pasukan khusus, TNI pun membandingkan beberapa pasukan khusus di berbagai negara untuk dijadikan role model.
Ketika tahun 1980-an ABRI/TNI hendak membentuk pasukan khusus yang antara lain memiliki kemampuan antiteror, satuan pasukan khusus dari berbagai negara pun dijadikan sebagai referensi.
Dari berbagai referensi yang diperoleh TNI pun melihat beberapa pasukan yang dinilai cocok.
Baca juga: Presiden Turki Kritik Persetujuan Biden Beli Senjata: Anda Menulis Sejarah dengan Tangan Berdarah
Baca juga: Kecewa dan Kesal Setiap Hari Terjadi Kasus Begal, Warga Bakar Kantor Polisi
Baca juga: Mengaku Sering Diganggu Mahluk Halus, Satu Keluarga jadi Korban Dukun Asusila, Ada Anak Dibawah Umur
Pasukan khusus yang memiliki kemampuan komplit tanpa terlalu tergantung dengan teknologi.
Pasukan khusus dari Jerman (GSG-9), Inggris (SAS), pasukan khusus antiteror Angkatan Laut Prancis, dan pasukan khusus Korea Selatan.
Satuan-satuan di atas banyak mempengaruhi pembentukan pasukan khusus di lingkungan TNI seperti, Kopassus, Denjaka dan Kopaska serta Paskhas.
Teknik pelatihan pasukan khusus dari sejumlah negara itu kemudian direkomendasikan oleh Asisten Intelijen Hankam/Kepala Pusat Intelijen Strategi Letjen TNI LB Moerdani.
Benny minta segera diterapkan dalam pembentukan pasukan khusus TNI di kesatuan Kopassus.
Pasalnya semua teknik yang diramu dari berbagai ‘aliran’ pasukan khusus itu, diyakini mampu membentuk tiap personel pasukan khusus TNI menjadi pasukan tempur yang sangat profesional.
Profesional yang dimaksud oleh Letjen Benny adalah tiap personel pasukan khusus yang sudah terlatih.
Baik bisa melaksanakan misinya hingga tuntas meski hanya bermodal peralatan dan persenjataan yang sangat terbatas.
Dengan kata lain kehebatan pasukan khusus tidak ditentukan oleh teknologi yang digunakan dalam pertempuran.
Melainkan, oleh kemampuan personel dalam penguasaan ilmu beladiri, penggunaan senjata tajam.
Dan ketrampilan penggunaan senjata api yang tidak dilengkapi teknologi serba canggih.
Oleh karena itu demi mencetak pasukan khusus yang dalam misi tempurnya tidak terlalu tergantung pada teknologi, Letjen LB Moerdani melarang pasukan-pasukan khusus AS untuk dipergunakan sebagai referensi.