Berita Sarolangun
Kisah Rita Suryetni Guru di Sarolangun Kembangkan Minat Anak Didik Menulis
Hari Pendidikan Nasional dimaknai sebagai momentum untuk meningkatkan kemajuan pendidikan di Indonesia.
Penulis: Rifani Halim | Editor: Rahimin
“Jangankan membuat satu cerita, terkadang membuat satu dua paragraf saja siswa kita kesulitan,” ungkap Rita Suryetni dengan semangat.
Rita Suryetni bukan hanya mengingatkan anak untuk menulis, dia sendiri rajin menulis di blog gurusiana. Sehingga hal tersebut menjadi teladan dan contoh bagi guru lainnya.
"Siswa dan guru lainnya pun mulai menekuni apa yang saya lakukan," ujarnya.
Sejak tahun 2006, Rita Suryetni sudah menyabet gelar guru berpretasi dengan meraih juara 2 tingkat Kabupaten Sarolangun.
“Waktu itu mengajar di di SMPN 11 Sarolangun, kemudian dicoba lagi tahun 2007 akhirnya menjadi juara,” ujarnya.
Pada tahun tersebut, Rita Suryetni juga menyabet gelar juara 2 tingkat Propinsi Jambi Tahun 2007.
Walaupun di 2009 pindah ke SMPN 02 Sarolangun tak menyurutkan Rita Suryetni untuk meraih prestasi seperti menjadi finalis lomba inovas media pembelajaran tingkat nasional, juara 1 Propinsi forum ilmiah guru dan puncaknya adalah ketika ia dinobatkan menjadi finalis guru berprestasi tingkat nasional.
Melalui tangan dinginnya, sejumlah siswa yang dididik Rita Suryetni meraih prestasi seperti menulis cerpen juara 3 Nasional di Makasar, Finalis Menulis Cerpen Tingkat Nasional di Lombok.
“Itu sewaktu saya masih jadi guru, antara tahun 2009 hingga 2011,” katanya.
• Daftar Pj Kades di Batanghari Yang Dilantik, Bupati Singgung Penanganan Virus Corona Hingga ke Desa
• Jelang Lebaran Masyarakat Mulai Berburu Toples di Gang Siku Kota Jambi
• Puluhan Botol Miras dan Pemilik Diamankan Polres Merangin dari Operasi Pekat Siginjai I
Selain itu, ada siswa yang juara cipta baca puisi juara 2 tingkat provinsi, belum termasuk lomba-lomba di tingkat kabupaten seperti siswanya yang meraih juara pidato, dan baca puisi.
“Hal paling membanggakan adalah ketika siswa saya memenangkan karya Ilmiah versi ISPO di Jakarta dan LIPI, kemudian dua siswa menjadi finalist goes to Belanda, dan menulis di beberapa media massa,” pungkas Rita Suryetni.