MUTIARA RAMADAN
Mutiara Ramadan - Sekali Tarawih, Terus Tarawih
SEPERTI biasa, euforia dalam spirit tarawih jelas akan tampak pada minggu-minggu pertama. Minggu selanjutnya, fatwa MUI tahun lalu tentang salat ...
Fajri Al Mughni, Lc, MUd
Dosen IAI Nusantara Batanghari
SEPERTI biasa, euforia dalam spirit tarawih jelas akan tampak pada minggu-minggu pertama. Minggu selanjutnya, fatwa MUI tahun lalu tentang salat tarawih di rumah saja, dibaca dan diterapkan lagi, masjid sepi. Imbasnya, para alim ulama, ‘tuo tengganai cerdik pandai’, dan pegawai syarak kekurangan pemain.
Mau tidak mau, pak imam bertugas sampai Ramadan selesai. Bahkan terkadang, Imam merangkap menjadi bilal salat tarawih.
Oleh karenanya, spirit tarawih berjemaah di masjid harus terus dijaga sampai Ramadan berakhir. Bagi hamba-hamba yang telah merasakan nikmatnya iman dalam salat tarawih, akan berusaha maksimal agar tidak absen. Namun bagi yang salat tarawih hanya karena takut mertua, tak enak sama istri, malu sama anak, dan terjebak karena rumah dekat masjid, maka salat tarawihnya hambar. Tidak menikmati sama sekali.
Bisa jadi hal tersebut karena tidak tau apa itu tarawih, dan mengapa harus dikerjakan di bulan Ramadan?
Apa itu tarawih?
Sederhananya, tarawih itu nama dari salat sunnah, artinya ‘istirahat’ atau dalam bahasa Arab disebut “tarwiihah”. Waktu pelaksanaannya khusus hanya pada malam bulan Ramadan. Melihat dari nama, tentu pelaksanaannya haruslah sesuai dengan nama tersebut, yaitu dikerjakan secara santai dan khusuk.
Jika memang harus dilaksanakan dengan durasi yang cepat, usahakan bacaan imamnya secara tartil dan fasih. Tartil itu membaca cepat, namun tetap pada aturan tajwidnya. Para imam tidak boleh mendelay bacaannya, karena khawatir para makmum geram.
Apa itu mendelay bacaan?
Delay sering diidetikkan dengan kondisi saat pesawat datang terlambat atau keberangkatan tidak sesuai dengan jadwalnya.
Jika kata ‘delay’ terpaksa bergandengan dengan ‘bacaan’, maka (mendelay bacaan) kira-kira maknanya begini; melambat-lambatkan bacaan sehingga keluar dari konsep tartil, dan tidak pula masuk dalam kategori tilawah. Akibatnya, para makmum geram tidak karuan.
Berapa rakaat salat tarawih?
Setiap bulan Ramadan selalu muncul perdebatan tentang jumlah rakaat salat tarawih. Bahkan yang tidak pernah tarawih pun ikut berdebat.
Katanya, tarawih itu 8 rakaat, ditambah witir 3 rakaat, dengan formasi 4-4-3. Baik 4 rakaat 1 kali salam, maupun 4 rakaat 2 kali salam. Jadi jumlah seluruhnya 11 rakaat. Sementara yang lain menjawab, bukan, bukan 11, tapi 23 rakaat. 20 tarawih dan 3 witir. Dengan formasi 10-10-3. Formasi ini membutuhkan stamina bertahan sekaligus menyerang yang stabil dan konsisten.
Sambil mendengarkan debat, beberapa orang berkomentar, “kami yang 11 rakaat sajalah, cepat selesai”. Komentar seperti ini biasanya mampu melerai debat. Lalu, hasilnya tetap pada pendirian masing-masing. Artinya, pembicaraan tentang berapa jumlah rakaat tidaklah penting, karena yang penting itu adalah melaksanakan salat tarawih, mau 11 atau 23.
Pandemi Covid-19 Sebagai Ujian Kita Dalam Menjalankan Ibadah Puasa oleh Ustadz Anwar Sadat |
![]() |
---|
Mutiara Ramadan, Mencintai dan Meneladani Sifat Rasulullah oleh Ustadz Anwar Sadat Bupati Tanjabbar |
![]() |
---|
Mutiara Ramadan, Ibadah Puasa Menuntut Kita Tetap Produktif oleh Anwar Sadat Bupati Tanjabbar |
![]() |
---|
Mutiara Ramadan, Istiqomah dalam Menjalankan Ibadah Allah oleh Ustadz Anwar Sadat Bupati Tanjabbar |
![]() |
---|
Mutiara Ramadan, Memupuk Semangat di Perjalanan Ibadah Puasa oleh Ustadz Anwar Sadat |
![]() |
---|