Selain Laporkan ke Polisi, Pasangan Pengantin Gay Thailand Juga Ancam Orang Indo yang Datang Kesana

Baru-baru ini media sosail diramaikan dengan pasangan gay Thailand yang menikah. Pasangan pengantin gay ini dihujat ramai-ramai oleh netizen Indonesi

Editor: Suci Rahayu PK
BBC
Ilustrasi 

Sedangkan terkait kasus hujatan terhadap pasangan pengantin gay Thailand ini, Hening mengungkapkan bahwa bagi netizen Indonesia, jelas secara moral etika budaya Asia, khususnya Indonesia pada dasarnya belum bisa diterima masyarakat.

"Apalagi (pasangan gay Thailand) terang-terangan mengumumkan pernikahan gay tersebut, sehingga ini memicu netizen Indonesia untuk bereaksi negatif terhadap kasus tersebut," papar Hening.

Bahkan, dengan berani blak-blakkan dalam berkomentar, yang cenderung vulgar dan kasar, kata Hening, ini dapat membuat orang yang dihujat secara personal mengalami stres dan tertekan.

Baca juga: Ali Ngabalin Prediksi Begini Nasib Nadiem Makarim Jika Presiden Jokowi Lantik Menteri Baru 

Baca juga: Promo Indomaret Hari Ini 15 April 2021 Ada Minyak Goreng 2 L Rp 27 Ribuan dan Sirup Rp 16 Ribuan

Penyebab netizen luapkan komentar buruk

Hening menjelaskan bahwa kondisi reformasi dan arus keterbukaan publik dalam menyampaikan pendapat, ditambah akses media sosial yang luar biasa mudah, juga sangat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku mereka.

Lantas, apa yang menyebabkan netizen bisa berkomentar buruk hingga dapat menyerang orang secara psikologis?

Sebenarnya, sebagian masyarakat sudah lelah dan stres dengan situasi saat ini.

"Dengan cara itulah mereka bisa meluapkan rasa stres yang berkecamuk dalam dirinya. Luapan emosi bisa lepas dengan, salah satunya merespons pada kasus-kasus tertentu di medsos.

Imbasnya, mereka (kemudian) merasa puas dan lega," ungkap Hening.

Penyebab lain yang dapat mendorong rasa keinginan berkomentar di medsos juga bisa berasal dari alasan keluarga yang carut-marut, tidak harmonis, karena situasi sulit saat ini, yakni di tengah pandemi Covid-19 yang memengaruhi berbagai aspek kehidupan.

Sebagian besar pengguna sosial media adalah anak muda dan orang dewasa, yang bahkan cenderung telah berusia matang.

Hening menambahkan bahwa kecerdasan emosional dalam kaitannya kontrol diri, juga turut memengaruhi perilaku netizen.

Kontrol diri, kata Hening, merupakan kemampuan untuk mengendalikan diri antara sikap perilaku, pikiran dan emosi di dalam diri.

"Hal ini tidak berpatokan pada usia. Kemampuan kontrol diri bisa saja terjadi pada anak muda. Lebih menitikberatkan pada kemampuan untuk mengontrol diri pada masing-masing orang," jelas Hening.

Artikel Lain Terkait Pernikahan

Sumber: Kompas

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved