Renungan Kristen

Renungan Harian Kristen - Iman Bertumbuh Dalam Kesunyian Pergumulan

Bacaan ayat: Yohanes 19:38 (TB) - "Sesudah itu Yusuf dari Arimatea — ia murid Yesus, tetapi sembunyi-sembunyi karena takut kepada orang-orang Yahudi

Editor: Suci Rahayu PK
ist
Ilustrasi renungan harian 

Iman Bertumbuh Dalam Kesunyian Pergumulan

Bacaan ayat: Yohanes 19:38 (TB) - "Sesudah itu Yusuf dari Arimatea — ia murid Yesus, tetapi sembunyi-sembunyi karena takut kepada orang-orang Yahudi — meminta kepada Pilatus, supaya ia diperbolehkan menurunkan mayat Yesus. Dan Pilatus meluluskan permintaannya itu. Lalu datanglah ia dan menurunkan mayat itu".

Oleh Pdt Feri Nugroho

Pdt Feri Nugroho
Pdt Feri Nugroho (Instagram @ferinugroho77)

Menentang arus, adalah tindakan yang membahayakan.

Secara harafiah, orang yang berenang menentang arus, akan mengalami kesulitan.

Dia akan melawan derasnya tekanan arus air dan memerlukan tenaga yang lebih besar untuk sampai ke tujuan.

Maka mengikuti arus menjadi pilihan bijak agar tubuh tidak lelah ketika berenang.

Dalam makna penggambaran, kalimat menentang arus dipakai untuk menggambarkan tindakan seseorang yang kontroversial. Ia berbeda dari orang pada umumnya.

Para ilmuwan yang menemukan banyak penemuan, pada umumnya adalah orang yang menentang arus pada zamannya.

Baca juga: Renungan Harian Kristen - Yesus Mati Untuk Menebus Kita dari Dosa

Beragam cap dilabelkan padanya karena ide gila yang dimunculkannya.

Seiring waktu, ide tersebut ternyata menjadi ide dasar penemuan-penemuan lain yang membuat ilmu pengetahuan semakin berkembang.

Yesus termasuk dalam tokoh sejarah yang menentang arus.

Berulang kali harus berbeda pendapat dengan para ahli Taurat. Ide yang dimunculkan-Nya seakan bertentangan dengan apa yang diajarkan ratusan tahun sebelumnya, yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

Seringkali Ia menantang orang untuk berfikir kritis terhadap segala hal.

Keberanian-Nya membongkar kebobrokan praktek kolusi di Bait Allah menjadi bentuk nyata tindakan-Nya menentang arus pengajaran yang ada.

Faktanya, dalam pengajaran-Nya, Yesus mengajak pendengar untuk bersikap kritis dan memahami makna terdalam dalam ajaran tersebut, bukan sebatas aturan tertulis yang seringkali didasarkan pada penyelesaian sebuah kasus yang pernah terjadi.

Dalam otoritas-Nya sebagai Firman Allah yang menjadi manusia, Yesus mengembalikan makna hukum pada maknanya yang semula dan diberlakukan secara utuh dalam kehidupan.

Berbeda dengan Yusuf dari Arimatea. Ia seorang murid Yesus, tetapi tidak berani tampil dihadapan publik untuk secara terang-terangan mengakui dirinya sebagai murid Yesus.

Ada banyak kemungkinan pertimbangan yang dilakukannya sehingga memilih untuk bersembunyi.

Bisa dimungkinkan, dia belum yakin betul bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan, meskipun banyak fakta tindakan Yesus yang mendukung bahwa Ia adalah Mesias.

Ia sedang menilai dari jauh atau secara sembunyi-sembunyi dan akan tampil pada saatnya.

Yang pasti, ia ternyata takut pada orang Yahudi yang telah menuduh Yesus sebagai penyesat.

Baca juga: Renungan Harian Kristen - Berkarya Merencanakan Masa Depan

Bisa dipastikan ketika ia menyatakan diri sebagai murid Yesus, ancaman dan intimidasi dari orang Yahudi akan mengancamnya. Ia memilih tidak melawan arus. Ia bersembunyi.

Namun justru dia yang menjadi pionir untuk peduli ketika Yesus mati di kayu salib.

Rasa takutnya berubah pada rasa belas kasihan untuk berbuat sesuatu bagi Gurunya, minimal dapat memakamkannya secara layak.

Hal ini yang mendorongnya untuk meminta ijin kepada Pilatus untuk menurunkan mayat Yesus dari kayu salib dan menguburkan-Nya secara layak.

Bersama dengan Nikodemus, ia memakamkan Yesus.

Mungkin tidak banyak yang perhatian dengan dua tokoh ini, yang terlalu penakut untuk menampilkan imannya di hadapan publik.

Namun iman mereka yang bertumbuh, menjadi teladan menarik untuk dijadikan sebagai teladan.

Iman itu bertumbuh dalam pengalaman hidup. Iman itu bertumbuh seiring dengan banyaknya pergumulan hidup yang menuntut keputusan dan pemaknaan.

Rasa tidak adil dalam hidup, kegagalan dalam usaha, tangisan yang seakan tiada berhenti, sampai pada masa-masa dimana merasakan kekelaman dalam hidup membuat seseorang tidak menemukan jalan keluar, sebenarnya menjadi batu uji bagi iman; akan bertumbuh atau kerdil?

Iman itu tidak harus selalu tampil dengan kesaksian yang spektakuler dihadapan publik dalam kalimat dan kata yang indah, meskipun itu bisa terjadi.

Iman Yusuf dan Nikodemus justru bertumbuh dalam kesunyian.

Disaat semua orang hanya memukul diri sebagai tanda menyesal, masing-masing pulang ke rumah meninggalkan Golgota dalam keheningan sore hari; mereka justru tampil dengan gagah berani untuk menurunkan mayat Yesus dari kayu salib untuk dikuburkan.

Jangan abaikan kesunyian dalam hidup, karena sering itu menjadi kesempatan emas bagi iman untuk mengendapkan segala lumpur persoalan, hingga saatnya tiba muncul iman dalam rupa air jernih yang menyegarkan.

Dalam kesunyian pun iman bertumbuh. Dalam keheningan seseorang dapat menemukan pengalaman perjumpaan dengan Tuhan.

Yang perlu dilakukan hanya fokus pada Allah, Sang Sumber hidup yang akan memberikan pencerahan. Yakinlah. Amin

Renungan Harian Kristen Lainnya

Renungan oleh Pdt Feri Nugroho S.Th, GKSBS Palembang Siloam

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved