Ramadhan 2021

WAJIB DISIMAK Kiat Jalankan Puasa Ramadhan 2021 Bagi Penderita Penyakit Jantung

Seperti yang diketahui, puasa Ramadhan 2021 akan jatuh pada tanggal 13 April 2021, semua umat Islam menyambut sukacita datangnya bulan suci ini.

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Hai-Online
Ilustrasi 

TRIBUNJAMBI.COM - Sudah memasuki bulan April, artinya sudah mendekati waktu Ramadhan 2021 atau Ramadhan 1442 H.

Seperti yang diketahui, puasa Ramadhan 2021 akan jatuh pada tanggal 13 April 2021, semua umat Islam menyambut sukacita datangnya bulan suci ini.

Di bulan ini, umat Islam juga harus atau diwajibkan berpuasa 1 bulan penuh, bagi yang mampu.

Lalu, bagaimana dengan para penderita penyakit jantung yang punya riwayat penyakit jantung?

Apakah masih aman melaksanakan puasa Ramadhan 1442 Hijriah tahun ini?

ilustrasi
ilustrasi (pixabay)

Sebagaimana diketahui, bagi orang dengan masalah kesehatan tertentu, seperti penyakit jantung (kardiovaskuler), puasa harus penuh pertimbangan; antara manfaat dan efek samping yang mungkin terjadi.

Sebab puasa akan membuat Anda tidak makan dan minum sekitar 13 jam lamanya.

Pada pasien penyakit jantung, hal ini bisa mengganggu rutinitas minum obat harian yang diresepkan oleh dokter.

Padahal, pasien diwajibkan untuk minum obat secara rutin untuk mencegah kekambuhan gejala penyakit tersebut, seperti nyeri dan sesak napas.

Seperti pada pasien gagal jantung misalnya, jika tidak minum obat secara teratur, kondisinya akan sangat memburuk.

Oleh karena itu, pasien penyakit kardiovaskular ini harus minta persetujuan dokter yang menangani kondisinya lebih dahulu.

Penyakit Jantung Koroner (PJK) - Risiko Pria Lebih Tinggi
Penyakit Jantung Koroner (PJK) - Risiko Pria Lebih Tinggi (ISTIMEWA)

Dokter juga akan memeriksa kondisi fisik pasien terlebih dahulu.

Jika dokter sudah memberikan lampu hijau, penderita penyakit jantung boleh untuk menjalankan puasa.

Dokter juga biasanya mengizinkan pasien untuk berpuasa, ketika kondisi tubuh pasien stabil dan dosis obat masih bisa diminum di waktu sahur dan berbuka, yakni 1 atau 2 kali sehari.

Lalu, bagaimana dengan pasien yang minum obat 3 kali sehari?

Studi yang dimuat pada Avicenna Journal of Medicine, menyebutkan bahwa dokter akan mengubah formulasi obat menjadi satu kali dosis.

Namun, penyesuaian obat ini harus sangat dipastikan lebih dahulu aman atau tidak untuk pasien bersangkutan.

Oleh sebab itu, konsultasi mengenai perencanaan obat dilakukan 1 atau 2 bulan sebelum memasuki bulan Ramadhan.

Jika penggantian obat sakit jantung, tidak akan menimbulkan gejala yang mangganggu, puasa aman dilakukan.

Sebaliknya, jika pasien mengalami sesak napas, pembengkakan di kaki, atau kelelahan tubuh parah, Anda juga harus kembali ke pengobatan jantung normal dan puasa lebih baik tidak dilakukan.

Baca juga: Densus 88 Tangka Terduga Teroris di Bojonegoro dan Surabaya Beserta Barang Bukti Ini

Baca juga: Bangun Tidur Pria Ini Syok Lihat Kelaminnya Sudah Dipotong Sang Pacar dan Dibuang ke Lubang Kloset

Baca juga: HASIL Lengkap FP 1 MotoGP Doha 2021, Jumat 2 April 2021, Rekan Rossi Bermasalah Pada Motornya

Ikuti newsletter kami untuk mendapatkan informasi terpercaya seputar kesehatan jantung Anda.

Anda yang mendapat lampu hijau dari dokter, sangat perlu mengikuti anjuran puasa yang sesuai.

Dilansir dari hellosehat.com, patuhi panduan aman berpuasa untuk pasien penyakit jantung berikut.

1. Penuhi kebutuhan nutrisi selama puasa

Meski waktu makan jadi lebih sedikit selama puasa, bukan berarti pasien bisa “membalas”nya dengan makan kalap saat berbuka dengan pilihan menu yang sembarangan.

Saat sahur dan berbuka, hindari juga makanan yang mengandung lemak jenuh tinggi dan makanan yang tidak baik bagi jantung.

Misalnya, daging berlemak, gorengan dan makanan yang serba digoreng, makanan asin/diasinkan, sosis dan chicken nugget, hingga makanan fast food lainnya.

Sebagai gantinya untuk memenuhi kebutuhan asupan saat puasa, penderita penyakit jantung harus menyajikan lebih banyak sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan dan biji-bijian.

Makanan sehat untuk jantung ini kaya serat, baik vitamin, dan juga antioksidan.

Untuk memenuhi kebutuhan protein dan karbohidrat, pilihlah menu ikan, daging tanpa lemak, oatmeal, beras merah, atau ubi jalar.

Selain menambah serat, makanan tersebut juga bisa membantu tubuh untuk mengontrol kadar gula darah tetap stabil.

Selain itu, batasi penggunaan garam dengan memperbanyak asupan rempah-rempah pada masakan.

2. Cukupi asupan air putih

Minumlah banyak air putih karena penting untuk jantung, apalagi ketika berpuasa.

Oleh karena itu, penderita penyakit jantung juga harus memastikan cukup minum air selama menjalankan puasa untuk menghindari dehidrasi, sekaligus membantu jantung berfungsi optimal.

Sedikit minum air akan membuat cairan tubuh terbatas dalam melarutkan garam dalam darah.

Tingginya kandungan garam akan membuat darah menjadi menjadi kental.

Akibatnya, volume darah secara keseluruhan akan jadi berkurang.

Jika volume darah Anda menjadi turun, jantung kemudian akan bekerja lebih keras untuk menutupi kekurangan tersebut.

Kondisi ini memperburuk penyakit jantung yang ada.

Baca juga: POSE Menantang Amanda Manopo Ala Model Pandang Cermin Tuai Pujian Netizen, Gaya Seksi Pemeran Andin

Baca juga: Makam Anak Erlita Dewi Dibongkar Polisi Untuk Autopsi, Begini Harapan Mantan Istri Pimpinan Bank

Baca juga: Rizky Billar Blak-blakan Soal Panggilan Papa Bunda dengan Lesty Kejora, Sebut Soal Tutorial

Oleh karena itu, biasakan untuk minum minimal 8 gelas air putih meski Anda sedang puasa.

Trik sederhananya ikuti panduan 2-4-2 atau 2 gelas saat sahur, 4 gelas ketika buka puasa (2 gelas sehabis ta’jil dan 2 gelas sehabis tarawih), dan 2 gelas air putih sebelum tidur.

Pengecualian bagi pasien gagal jantung yang tidak boleh minum lebih dari 6 gelas per hari.

Untuk mencegah dehidrasi di siang hari, minumlah obat diuretik di malam hari karena produksi urine menjadi lebih banyak saat itu.

3. Jangan lupa istirahat

Aturan penting bagi penderita jantung yang menjalankan puasa adalah dengan cukup istirahat.

Pasien juga harus mengubah jadwal tidurnya karena harus bangun lebih awal untuk sahur.

Jadi, dianjurkan untuk pasien tidur lebih awal.

Meskipun istirahat itu penting, bukan berarti anda seharian berpuasa membuat pasien jadi bermalas-malasan.

Jika kondisi tubuh sudah cukup fit, tidak apa untuk melanjutkan aktivitas dan olahraga yang aman untuk pasien penyakit jantung.

Namun, pada pasien yang sedang menjalani masa rehabilitasi jantung dan berpuasa, aktivitas fisik seperti olahraga mungkin wajib dihindari.

Ini karena aktivitas tersebut sangat berisiko menyebabkan dehidrasi dan kadar gula darah rendah.

Aktivitas fisik akan dialihkan dengan melakukan gerakan peregangan sederhana.

4. Lakukan pemeriksaan kesehatan rutin

Penting dan rutin periksa ke dokter di sepanjang bulan Ramadan untuk mengetahui perkembangan kondisi Anda, terutama cek tekanan darah dan ritme atau irama jantung.

Dengan begitu, dokter bisa mengawasi kesehatan Anda dan Anda bisa melanjutkan puasa dengan aman.

Manfaat Puasa Bagi Penderita Penyakit Jantung

Puasa Ramadan bisa menyebabkan perubahan drastis dalam hal gaya hidup selama 1 bulan.

Hal itu dapat memengaruhi faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah, seperti penyakit jantung koroner hingga stroke.

Faktor risiko yang paling banyak dihubungkan dengan kejadian penyakit jantung koroner dan stroke adalah kadar lemak dalam darah.

Faktor koagulasi dan pembekuan darah, tekanan darah tinggi, dan kebiasaan merokok.

Kadar lemak darah dipengaruhi oleh perubahan pola makan dan jenis makanan, konsumsi gula olahan, dan aktivitas fisik.

Puasa di bulan Ramadan dapat memengaruhi berbagai faktor risiko.

1. Kadar Lemak Darah

Lemak merupakan satu faktor utama penyebab penyakit jantung dan pembuluh darah.

Lemak menyusup ke dalam lapisan pembuluh darah yang rusak dan menyebabkan aterosklerosis, yaitu penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah.

Terdapat perubahan dari profil lemak dan perbandingan lemak baik dan lemak jahat selama puasa di bulan ramadan.

Kadar kolesterol darah menurun dari 193,4±51 mg/dl menjadi 184,3±42 mg/dl setelah Ramadan, begitu pula dengan kadar trigliserida yang menurun dari 4.5±1 mg/dl menjadi 3,9±1 mg/dl dan lemak jahat, yaitu LDL.

Selain, itu didapatkan pula peningkatan dari lemak baik yaitu HDL setelah puasa Ramadan.

2. Tekanan Darah Tinggi

Pada orang dengan tekanan darah tinggi, jantung bekerja lebih keras dalam memompa darah dibanding dengan orang normal pada umumnya.

Hal ini bisa menyebabkan jantung jadi kelelahan, dan dapat terjadi pembesaran dan penebalan otot jantung, hingga menyebabkan gagal jantung.

Tekanan darah tinggi juga dapat menyebabkan pembuluh darah pada otak pecah sehingga terjadi stroke hemoragik.

Selama bulan Ramadan, terdapat penurunan tekanan darah pada orang yang berpuasa, yaitu penurunan tekanan darah sistolik dari 132.9±16 mmHg menjadi 129.9±17 mmHg, sedangkan pada tekanan darah diastolik, tidak terdapat penurunan berarti.

3. Insulin dan Homosistein

Perubahan pada pola makan menjadi dua kali sehari selama bulan Ramadan dapat memperbaiki kondisi resistensi insulin pada mereka pengidap diabetes.

Homosistein merupakan salah satu asam amino yang terdapat dalam tubuh, dan peningkatan homosistein darah merupakan salah satu faktor risiko seseorang terkena penyakit jantung dan pembuluh darah.

Walaupun tidak begitu signifikan, terdapat penurunan kadar homosistein darah saat seseorang berpuasa.

4. Parameter Antropometri

Obesitas merupakan satu faktor risiko bagi banyak penyakit metabolik.

Penurunan berat badan dan indeks massa tubuh bisa ditemukan dan bisa tidak ditemukan pada orang yang berpuasa.

Hal ini bisa disebabkan dengan asupan kalori yang tidak menurun secara signifikan selama puasa dilaksanakan.

Puasa Ramadan aman untuk dilakukan orang dengan penyakit jantung.

Baca juga: ASN Pemprov Jambi Dilarang Berpergian Keluar Daerah Selama Libur Panjang 1-4 April 2021

Baca juga: BREAKING NEWS Kota Sungai Penuh Kembali Naik Status Zona Merah Covid-19

Baca juga: Promo KFC Richeese Factory J.CO dan HokBen Terbaru Hari Ini 2 April 2021

Asalkan penyakit yang diidapnya terkontrol dan tidak dalam kondisi akut.

Makan yang secukupnya saja dan tidak melakukan “balas dendam” saat berbuka.

Hal itu akan membantu meringankan faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.

Puasa Ramadan juga bisa membantu menurunkan risiko serangan penyakit jantung selama 10 tahun seterusnya.

Dapat disimpulkan bahwa puasa bisa memberikan efek yang positif terhadap kesehatan jantung. (*)

Berita lainnya terkait Ramadhan 2021

SUMBER: BANJARMASIN POST

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved