Bom di Gereja Katedral Makassar

Sejarah dari Gereja Katedral Makassar yang Jadi Lokasi Bom Bunuh Diri, Jadi Gereja Tertua di Sulsel

Bahkan Gereja Katedral Makassar itu juga menjadi gereja tertuadi seluruh wilayah Sulawesi Selatan dan Tenggara.

Penulis: Andreas Eko Prasetyo | Editor: Andreas Eko Prasetyo
Istimewa
Sejarah Gereja Katedral Makassar yang merupakan Gereja Tertua di Kota Makassar 

TRIBUNJAMBI.COM - Warga Kota Makassar khususnya jemaat di Gereja katedral Makassar dikejutkan dengan adanya aksi bom bunuh diri.

Ya, bom bunuh diri itu terjadi tepat di gerbang Gereja Katedral Makassar pada Minggu, 28 maret 2021.

Berikut Tribunjambi.com sajikan sejarah berdirinya Gereja Katedral Makassar.

Gereja Katedral Makassar dahulu dikenal dengan nama Gereja Katedral Ujungpandang yang nama resminya adalah Gereja Hati Yesus Yang Mahakudus, merupakan gedung gereja tertua di kota Makassar.

Bahkan Gereja Katedral Makassar itu juga menjadi gereja tertuadi seluruh wilayah Sulawesi Selatan dan Tenggara.

Gereja Katedral Makassar ini didirikan pada 1898 pada permulaan tahap kedua kehadiran Gereja Katolik di Makassar.

Detik-detik gambar bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar terjadi
Detik-detik gambar bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar terjadi (Kolase/Istimewa)

Dikutip Tribunjambi.com dari Wikipedia, pada Tahun 1525, kota Makassar pertama kali disinggahi oleh tiga orang pastor dan misionaris dari Portugal, yaitu Pastor Antonio do Reis, Cosmas de Annunciacio, Bernardinode Marvao, dan seorang bruder.
Namun baru pada 1548 Pastor Vincente Viegas datang dari Malaka dan ditugasi di Makassar kala itu.

Di sana dia melayani para saudara Portugis yang Katolik serta beberapa raja dan bangsawan Sulawesi Selatan yang juga telah dibaptis menjadi seorang umat Katolik.

Raja Gowa yang pertama memeluk Islam, yaitu Sultan Alauddin (1591–1638 serta beberapa raja penggantinya memberikan kebebasan kepada umat Katolik untuk mendirikan Gereja pada tahun 1633.

Namun gejolak politik antara VOC dan orang-orang Portugis menyebabkan para rohaniwan Portugis harus tersingkir dari Makassar.

Jatuhnya Malaka ke tangan VOC dan perjanjian Batavia 19 Agustus 1660) menyebabkan Sultan Hasanuddin diharuskan mengusir semua orang Portugis dari Makassar (1661).

Sultan pun mengatur dengan baik keberangkatan orang-orang Portugis.

Bruder Antonio de Torres yang mengasuh sebuah sekolah kecil untuk anak laki-laki meninggalkan Makassar pada 1668.

Sejak itu selama 225 tahun, tidak ada pastor yang menetap di Makassar sama sekali.

Orang-orang Katolik yang masih ada hanya sekali-sekali dilayani dari Surabaya atau Larantuka.

Baca juga: UPDATE Korban Bom Bunuh Diri di Gereja Katedral Makassar, Bertambah 5 Orang dan Total Jadi 14 Orang

Baca juga: Tingkatkan Kewaspadaan, Kapolda Jambi Kutuk Keras Aksi Bom Bunuh Diri di Gereja Katedral Makassar

Baca juga: Siapa Hasnawati? Nama Pemilik Motor yang Digunakan Pelaku Bom Bunuh Diri di Gereja Katedral Makassar

Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved