Terusan Suez Ditutup Akibat Kapal Kargo Berbobot 200.000 Ton Terjebak, Kerugian Dunia Tak Terhitung
Kapal Ever Given atau kapal Evergreen dengan rute menuju Rotterdam, Belanda, terjebak sejak hari Selasa (23/3/2021) dan membuat Terusan Suez terblokir
TRIBUNJAMBI.COM - Karena kapal kargo Ever Given atau kapal Evergreen tersangkut, Terusan Suez terpaksa ditutup.
Kapal Ever Given atau kapal Evergreen dengan rute menuju Rotterdam, Belanda, terjebak sejak hari Selasa (23/3/2021) dan membuat Terusan Suez terblokir.
Kronologi Terusan Suez tidak dapat dilewati berawal dari badai pasir yang melanda Gurun Sinai, dan membuat pandangan kapten kapal terhalang.
Kecepatan angin mencapai 40 knot dan menyebabkan kapal Ever Given atau kapal Evergreen keluar jalur dan tersangkut pada kedua sisi kanal.
Total kerugian dampak dari Terusan Suez ditutup sulit dihitung, dan para analis mengatakan banyak hal akan bergantung pada berapa lama waktu untuk membuka Terusan Suez lagi.
Terusan Suez macet akibat kapal Ever Given atau kapal Evergreen sesuai nama operatornya, tersangkut diagonal pada kedua sisi kanal karena terbawa kencangnya angin badai pasir.
Kapal Terusan Suez berbendera Panama tersebut panjangnya 400 meter, dengan lebar 59 meter dan bobot mencapai 200.000 ton.
Laporan terbaru dari AFP mengatakan, saat ini ada lebih dari 200 kapal yang antre masuk, dengan muatan bernilai miliaran dollar AS (belasan hingga puluhan triliun rupiah) di dalam masing-masing kapal.
Total nilai barang yang tertunda pengirimannya akibat Terusan Suez macet dan harus dikirim melalui jalur alternatif, sangat bervariasi.
Jonathan Owens spesialis logistik di University of Salford Business School menyebut barang dagangan senilai 3 miliar dollar AS (Rp 43,22 triliun) biasanya melintasi Terusan Suez tiap hari.
Lloyd's List publikasi pengiriman maritim Inggris menyebutkan, total nilai barang yang lalu-lalang secara harian di kedua arah Terusan Suez bernilai sekitar 9,6 miliar dollar AS (Rp 138,33 triliun).
Kerugian tak terhitung
Menurut analis dari Moody, Daniel Harlid saat ini sulit mengukur nilai barang dagangan yang terjebak, mengingat banyaknya perusahaan yang terpengaruh akibat Terusan Suez ditutup, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Sementara itu Jai Shirma pengacara transportasi laut di Clyde and Co mengatakan, hanya karena pengiriman tertunda belum tentu itu menjadi kerugian.
"Dampak akhir pada para perusahaan dan kemungkinan reaksi berantai yang masih akan datang, tidak bisa dihitung sekarang dan sebagian akan bergantung pada tingkat stok yang ada," imbuhnya.
