Renungan Kristen
Renungan Harian Kristen - Yesus Kristus, Sang Pengantaran
Bacaan ayat: Ibrani 4:14 (TB) - "Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah
Yesus Kristus, Sang Pengantaran
Bacaan ayat: Ibrani 4:14 (TB) - "Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita".
Oleh Pdt Feri Nugroho

Setiap kepercayaan mempunyai tokoh yang tinggal di tempat sebuah ritual dilakukan.
Mereka adalah orang-orang yang dipercaya dapat menjadi pengantara yang menghubungkan antara seseorang dengan yang disembahnya.
Para tokoh ini menempati posisi sentral dalam setiap kehidupan umat.
Mereka menjadi penentu, pengambil keputusan, mediator yang handal untuk tahu apa yang dikehendaki sesembahannya.
Tidak jarang, mereka dipuja karena kemampuannya untuk menghubungkan antara seseorang dengan yang disembah.
Baca juga: Renungan Harian Kristen - Keselamatan yang Seutuhnya
Dalam Perjanjian Lama, jabatan imam muncul ketika Musa dipanggil untuk membawa Israel keluar dari perbudakan di Mesir.
Musa yang tidak percaya diri bermaksud menolak panggilan Tuhan dengan dalih tidak pandai berbicara.
Penolakan tersebut sempat membuat Tuhan murka, karena itu berarti Musa sedang tidak percaya kepada Tuhan yang telah menciptakan lidah untuk berbicara.
Melalui penolakan Musa, muncul gagasan untuk memposisikan Harun, kakak Musa, sebagai seorang pengantara yang kemudian disebut sebagai imam.
Tuhan berfirman kepada Musa, Musa menyampaikannya kepada Harun, dan Harun menerjemahkan perintah Tuhan dalam bentuk ritual ibadah.
Salah satu tugas imam yang paling sentral adalah menyembelih domba sebagai persembahan dan alat perdamaian antara umat dengan Allah.
Pada saat yang sama, suku Lewi dipilih secara khusus untuk tugas pelayanan Kemah Pertemuan, dimana korban bakaran domba dibakar untuk persembahan kepada Allah.
Seiring waktu, untuk mengampu jumlah jemaat yang semakin besar, memerlukan imam yang semakin banyak. Jabatan imam besar menjadi pemersatu.
Dibawah komando imam besar semua ritual ibadah dilakukan. Imam mempunyai posisi sentral sebagai pengantara antara umat dengan Allah.
Baca juga: Renungan Harian Kristen - Memperoleh Anugerah
Melalui mereka, umat diyakinkan bahwa mereka telah hidup sesuai dengan kehendak Tuhan.
Posisi ini tentu rentan dengan penyelewengan.
Itulah sebabnya, Yesus pernah marah besar di Bait Allah ketika menyaksikan para imam telah melakukan kerja sama dengan para pedagang untuk mengeruk keuntungan dalam penjualan domba korban yang sudah disucikan para imam dan penukaran mata uang.
Berkaca pada pemahaman Perjanjian Lama tentang jabatan Imam Besar, penulis surat Ibrani menemukan posisi paralel yang menarik untuk memperkenalkan jati diri dan identitas Yesus.
Tugas imam dalam Perjanjian Lama sebagai pengantara Allah dan manusia dalam bentuk penyembelihan domba untuk korban bakaran sebagai simbol perdamaian, ternyata merujuk kepada apa yang telah dilakukan oleh Tuhan Yesus Kristus ketika Ia mati di kayu salib.
Dengan jelas penulis surat Ibrani menyatakan bahwa umat Tuhan dalam Perjanjian Baru telah mempunyai Imam Besar Agung.
Imam Besar Agung yang bukan hanya menyembelih domba dan menghantarkannya kepada Allah, tetapi Imam Besar Agung ini telah melintasi semua langit, dengan membawa korban yang suci yaitu tubuh-Nya sendiri yang suci dan tidak bercatat, sekali dan untuk selama-lamanya, berlaku kekal dan diperuntukkan sebagai kurban tebusan untuk semua manusia yang mau percaya kepada-Nya.
Imam Besar Agung tersebut adalah Yesus Kristus, Anak Allah yang hidup.
Imam Besar Agung ini berbeda dengan imam besar dalam Perjanjian Lama. Imam Besar Agung yang kita punya ini adalah Imam Besar yang dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita.
Baca juga: Renungan Harian Kristen - Hanya Oleh Anugerah Tuhan
Ia sama dengan kita, Ia telah dicobai dan berhasil melalui pencobaan tersebut dengan gilang gemilang.
Dan yang utama, Iman Besar Agung ini tidak berbuat dosa, sehingga pengurbanan yang dilakukannya pasti berkenan kepada Allah, sekali dan untuk selama-lamanya.
Itulah sebabnya, kita yang telah percaya mempunyai keberanian penuh menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.
Untuk itu, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman ini.
Mengingat kembali posisi kehidupan kita saat ini setelah percaya, maka sudah seharusnya kehidupan kita lebih bersemangat.
Dalam menghampiri tahta Allah, kita tidak perlu ragu lagi, bahwa Roh Kudus akan menuntun kita untuk terus hidup berelasi dengan Dia.
Penderita, sakit, kelemahan tubuh, ketidakberdayaan, seharusnya tidak lagi mengganggu kita karena kita tahu bahwa Imam Besar Agung, telah menanggung segala derita kita di kayu salib.
Jika itu dikaitkan dengan kebutuhan hidup, masa depan dan berbagai hal yang membuat banyak orang kuatir, seharusnya tidak lagi mempengaruhi kita karena Imam Besar Agung telah bangkit dan memberikan jaminan kehidupan kekal.
Percayakan kehidupan mu kepada Tuhan, maka Dia akan bertindak. Amin
Renungan oleh Pdt Feri Nugroho S.Th, GKSBS Palembang Siloam