Wawancara Eksklusif
Karma Luar Biasa karena 'Kudeta' Cerita I Gede Pasek Suardika: SBY dan Anas Urbaningrum (2)
I Gede Pasek Suardika, eks loyalis Anas Urbaningrum menuding Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pernah melakukan 'kudeta' saat Anas menjadi Ketua Umum Par
TRIBUNJAMBI.COM, JAKARTA - I Gede Pasek Suardika, eks loyalis Anas Urbaningrum menuding Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pernah melakukan 'kudeta' saat Anas menjadi Ketua Umum Partai Demokrat.
Gede menyebut SBY telah menerima KLB atau Karma Luar Biasa, karena telah melakukan kudeta terhadap Anas. Hal itu menurut Gede dapat dilihat lantaran telah terjadi 'kegaduhan' di internal Partai Demokrat saat ini."Ini namanya Karma Luar Biasa atau KLB," ujar Gede Pasek saat berbincang bersama Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra, Jumat (19/3).
Gede menganalisa atau adanya keterkaitan bagaimana dulu SBY menjatuhkan Anas dengan melakukan intervensi terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan mempertanyakan status hukum Anas.
Padahal ketika itu, ucap Gede, SBY tengah melakukan kunjungan kenegaraan ke Arab Saudi. Namun, melakukan konferensi pers berkaitan dengan status hukum Anas."Memberikan pertanyaan kepada KPK. Tidak lazim, kunjungan kepala negara, kepala pemerintahan, sebagai presiden di sana jumpa pers dari Jeddah. Sudah mau pulang, kok belum-belum jadi tersangka, itu tafsir kita," tuturnya.
"Bahasanya lucu juga, beliau bilang, dipastikan statusnya Anas Urbaningrum kalau memang bersalah katakan bersalah, kalau tidak bersalah tolong jelaskan kenapa tidak bersalah," kata Gede Pasek.
Berikut petikan wawancara Tribun Network bersama I Gede Pasek Suardika
Kenapa Anda bisa sebut SBY melakukan kudeta?
Memang kalau ngomong ceritanya panjang. Intinya ketika kongres di Bandung itu, AU menang tapi tidak diinginkan. Dengan berbagai pergolakan yang ada. Pasca itu terjadi semacam dinamika politik internal. Proses eksistensi masing-masing di Muscab, Musda, yang mana banyak dimenangkan mereka yang loyal dengan mas Anas. Ini membuat gundah beliau ini karena bisikan kiri-kanannya. Yang sempat disebut Mas Anas itu politik para sengkuni, yang banyak bikin orang marah-marah.
Posisi SBY hasil kongres di Bandung kan' kuat?
Super kuat. Waktu itu kita sibuk berebut ketua umum. Saya kira tidak ada tontonan demokrasi yang semenarik itu. Karena suara kejar-kejaran antara Marzuki Alie dengan Anas Urbaningrum. Pak Andi Mallarangeng kalah putaran pertama padahal didukung Cikeas, Pak SBY dan Bu Ani. Ketika proses sudah berjalan, kita melihat memang Mas Anas talenta politiknya sangat disenangi daerah.
Tapi tidak sempat mengawal AD/ART?
Waktu itu pembahasan AD/ART, kita-kita ini tidak terlalu peduli. Karena berpikir dari AD/ART 2005 sampai saat itu paling perubahan sedikit-sedikit. Ternyata terlihat Pak SBY menjadi ketua dewan pembina, ketua majelis tinggi, ketua dewan kehormatan, satu ketua umum. Jadi empat kekuatan kewenangan di dalam partai, tiga dikuasai SBY dan satu oleh Anas.
Dalam posisi pertandingan awal nih. Kemudian struktur pengurus. Mas Anas mesti dibagi tiga lagi, berbagi kubunya Andi Mallarangeng, Marzuki Alie, dan Mas Anas. Mas Anas di dalam mengelola kepartaian sangat terjepit. Itu melatih kepemimpinan beliau, di Musda, Muscab, jadi menarik. Kalau waktu itu Pak SBY tidak terjebak bisikan-bisikan, mungkin Pak SBY punya legacy luar biasa. Setelah era beliau, beliau bisa melahirkan anak idelogis kedua, dan mungkin hari ini kita melihat Mas Anas sebagai calon presiden.
Saat itu survei Kompas, Mas Anas cukup tinggi. Itu bikin marah juga. Saya masih inget sekali. Ketika itu terjadi lah upaya-upaya bagaimana menghambat pertumbuhan AU kita rasakan. Sampai di 2012. 2010,2011, dinamika masih aspek Musda, Muscab. 2012 sudah mulai bagaimana menahan laju seorang Anas Urbaningrum secara tertutup. Sampai terakhir pun kita tetap tutupi.
Walaupun sebenarnya pertarungannya sudah sangat seru kalau kita buka. Kalau hari ini jadi KLB, bila perlu sebaliknya. Sampai seperti itu skenarionya. Muncul forum deklarator dan pendiri Partai Demokrat, Pak Ventje Rumangkang dan Pak Sutan Bhatoegana. Inilah di dalam AD/ART tidak ada. Tapi diberi ruang sangat besar untuk bisa melakukan penetrasi terhadap kewenangan Anas Urbaningrum.
Anas merespon dengan bahasa positif, ini adalah hal yang positif, partai lain tidak punya kan' bahasa-bahasa beliau seperti itu. Tetapi kewenangannya dikasih betul oleh SBY sehingga mereka diberi ruang untuk melakukan Silatnas di Sahid bulan Juni 2012. Di situ Anas tidak datang, saya juga tidak menemani Anas. Akhirnya di sana, pertama kali pidato SBY memberi sinyal.