Soal Temukan Keramik Kuno oleh Warga Tanjabbar, Ini Hipotesis Arkeolog Unja

Ketua Program Studi Arkeologi Universitas Jambi, Asyhadi Mufsi Sadzali mengungkapkan terkait temuan 730 mangkuk kuno berjenis porselin mengisyaratkan

Penulis: A Musawira | Editor: Rian Aidilfi Afriandi
TRIBUNJAMBI/SAMSUL BAHRI
Mangkok Diduga Cagar Budaya di Tanjabar Berjumlah 730, BPCB dan Disdikbud Turun ke Lokasi 

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Tumpukan mangkuk kuno hasil temuan dari warga Desa Mekar Alam, Kecamatan Seberang Kota, Kabupaten Tanjabar mendapat sorotan dari Dosen Arkeologi Universitas Jambi (Unja).

Ketua Program Studi Arkeologi Universitas Jambi, Asyhadi Mufsi Sadzali mengungkapkan terkait temuan 730 mangkuk kuno berjenis porselin mengisyaratkan bahwa dari kondisi itu bisa jadi adalah tempat gudang penyimpanan, setelahnya diperdagangkan.

“Dilihat dari bentuk temuan itu memang kayak kodian atau partai banyak, bukan memang milik perorangan yang digunakan untuk sehari-hari,” kata Asyhadi Mufsi Sadzali selaku Ketua Program Studi Arkeologi Unja, Kamis (18/3/2021) melalui sambungan seluler.

Baca juga: Pemkab Kerinci Sudah Siapkan Lahan untuk Lapas Tipikor, Ini Lokasinya

Baca juga: Luapan Kekesalan Agnes Amelinda Atas Atlet Bulu Tangkis Indonesia Tak Jadi Bertanding

Baca juga: Mantan Kadis PU Kota Jambi Martua Sitanggang Jadi Wakil Bupati Samosir Sumatera Utara

Lanjutnya, ia mengatakan dari jenis keramik pada umumnya model biasa, dan belum ditemukan model khusus yang digunakan oleh kelas atas.

“Barang pecah belah ini digunakan dalam kehidupan sehari-hari, bukan barang dari kelas atas. Artinya perlengkapan sehari-hari masyarakat pada umumnya,” ujar Ashyadi.

Hal itu pun terlihat dari jumlah dan posisi penemuannya kata Ashyadi, objek yang ditemukan memiliki bentuk yang hampir sama yaitu mangkuk.

“Jadi yang menarik itu lokasinya, lokasi penemuan nya itu dulu apa? kalau saya lihat lingkungan alamnya melalui foto, ada kanal buatan kemudian saluran air buatan untuk irigasi,”

“Bisa jadi dulu disekitar situ ada sungai-sungai lama, kemudian dari aktivitas perkebunan lalu tertutup, sehingga tidak kelihatan lagi morfologi sungai lamanya. Nah dari aktivitas perkebunan yang sekarang terungkap kembali,” ungkapnya.

Sementara itu, ada tiga jenis perdagangan yang diciptakan pada masa Sriwijaya, hal ini tertuang di dalam paradigma jurnal kajian budaya volume 9 nomor 1 dengan judul hulu ke hilir jaringan dan sistem perniagaan kerajaan Sriwijaya.

“Ada namanya pelabuhan tingkat pengepul kecil, lalu ada pelabuhan pengepul sedang dan pelabuhan besar. Biasanya, pelabuhan besar dekat dengan muara pantai,” ujarnya.

Kemudian, dilihat dari lokasi temuan ratusan mangkuk ini bisa jadi masuk dalam ketegori pengepul kecil yang berada di wilayah pedalaman.

“Artinya mereka manfaatkan sungai-sungai kecil untuk transportasi yang kemudian mengumpulkan ke pengepul sedang lalu ke pelabuhan yang lebih besar dengan cakupann sudah antar pulau atau antar benua,” pungkasnya.

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved