Renungan Kristen

Renungan Harian Kristen - Memilih Untuk Bahagia

Bacaan ayat: Yakobus 1:2-3 (TB) - "Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab

Editor: Suci Rahayu PK
ist
Ilustrasi renungan harian 

Mereka adalah para kusta yang harus bergumul dengan kelemahan fisik, sekaligus rasa terasing dan diasingkan. Orang cacat yang dianggap bersalah dan dipersalahkan karena kecacatannya.

Baca juga: Renungan Harian Kristen - Firman Tuhan Sebagai Pandu

Mungkinkah ada kebahagiaan dalam kehidupan mereka? Jangankan berharap untuk bahagia, terbersit untuk berbahagia saja, rasanya menjadi ide yang sulit untuk diterima.

Yesus hadir memberi pengharapan bagi mereka. Penerimaan Yesus terhadap mereka hendak memulihkan kembali harga diri dan identitas diri mereka sebagai manusia.

Jamahan Yesus membawa makna bahwa ada Seseorang yang peduli dan mau hadir dalam kehidupan mereka.

Pemulihan ini menjadi dasar bagi mereka untuk memilih respon yang tepat terhadap apa yang terjadi.

Bahagia menjadi sebuah pilihan yang masuk akal untuk dipilih didasarkan atas fakta bahwa mereka adalah manusia seutuhnya yang dikasihi oleh Allah.

Penerimaan Yesus menjadi modal yang cukup untuk memulai hidup baru dalam pengharapan bahwa mereka bisa menjadi orang yang berbahagia tanpa harus dibelenggu oleh keadaan.

Yakobus memberikan nasihat menarik yang paralel dengan tujuan penerimaan Yesus terhadap orang-orang yang dianggap berdosa oleh aturan beragama.

Baca juga: Renungan Harian Kristen - Mendidik Untuk Mendewasakan

Ia menasihatkan untuk menganggap sebagai kebahagiaan, apabila seseorang mengalami berbagai-bagai pencobaan atau hal-hal yang membuatnya menderita.

Nasihat ini mengasumsikan bahwa seseorang mempunyai potensi kebebasan untuk memilih respon terhadap apa yang terjadi dalam kehidupannya.

Ia tidak boleh hanyut dalam penderitaan ketika berhadapan dengan penderitaan, sebaliknya ia mempunyai otoritas untuk memilih respon tetap berbahagia meskipun keadaan tidak memungkinkan untuk bahagaia.

Pilihan ini didasarkan pada pemahaman yang melampaui fakta. Pandangan iman dan keyakinan bahwa ujian terhadap iman akan menghasilkan ketekunan, menjadi dasar untuk memilih berbahagia.

Artinya, fakta yang dihadapi saat ini berupa penderitaan, ketika direspon dengan tetap berbahagia akan membuat seseorang semakin bertekun dalam pengharapan.

Kehidupannya akan semakin percaya dan mempercayakan diri kepada Allah, Sang Sumber

Pertolongan sejati dalam kehidupan.
Saatnya berubah dengan memilih untuk berbahagia. Bahagia itu pilihan, bukan penemuan.

Bahagia itu diciptakan dalam keputusan yang berpengharapan, bukan ditentukan oleh keadaan dan perasaan.

Bahagia itu sederhana, ketika seseorang terus mampu melihat karya Tuhan dalam setiap perkara. Berbagahagilah.. Amin

Renungan oleh Pdt Feri Nugroho S.Th, GKSBS Palembang Siloam

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved